BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Era globalisasi memberikan
perubahan besar pada tatanan dunia secara
menyeluruh pada perubahan
itu dihadapai bersama
sebagai suatu perubahan
yang wajar. Sebab, mau tidak mau, siap tidak siap perubahan itu
diperkirakan bakal terjadi.
Dalam kondisi seperti ini, barang kali manusia
akan mengalami konflik batin
secara besar-besaran. Konflik
tersebut sebagai dampak
dari ketidak seimbangan antara
kemampuan iptek yang menghasilkan kebudayaan
atau materi dengan kekosongan rohani. Kegoncangan batin yang
diperkirakan akan melanda umat manusia
mempengaruhi terhadap kehidupannya.
Melihat keadaan siswa secara umum yang selama ini masih belum menyadari
tentang perilaku keberagamaan
yang dikarenakan adanya
konflik Jalaludin Rahmat,
Psikologi Agama Sebbuah Pengantar, (Bandung: Kaifa, 2002) hlm
195 Asy’arie, Dialektika Agama,(Yogyakarta: Lesfi, 2002) hlm 135.
dan ketidakmampuan siswa menyerap dan menyaring berbagai dampak yang ada pada kehidupan masyarakat. Sehingga dapat mengakibatkan perilaku siswa tersebut menyimpang dari ajaran agama.
Bukan
itu saja, fenomena
sosial juga menunjukan adanya
kemiskinan rohani, tindakan
kekerasan terjadi dimana-mana,
bahkan pembunuhan dilakukan
oleh orang-orang taat
beragama dan konon juga
mengatasnamakan agama, seperti
yang terjadi dimaluku,
poso dan beberapa
daerah lainnya.
Karena kehilangan pergantungan
moral dan spiritual
yang pasti atau
kokoh, manusia modern
menjadi serba pragmatis
menunjuk pada tindakan
yang serba mempertimbangkan nilai
keguanaan, tanpa mempertimbangkan benar atau salah dari
tindakan itu. Sedangkan sikap hedonis selalu
mengarahkan tindakan pada
kesenangan duniawi semata.
Sehingga yang muncul
dipermukaan adalah sederet
tindakan yang penuh
ambisi dan keserakahan,
bila perlu dengan mengabaikan
dan menapilkan kepentingan
sesama. Dalam kehidupan
modern, boleh jadi
nafsu serakah itu
memperoleh alat-alat pelengkap
dan lingkunan fisik
dan sosial yang
kondusif, sehingga menjadi serba canggih dan terkesan beradab.
Ilmu pengetahuan
dan teknologi serta
lingkungan
fisik-sosial-budaya
sedemikian memberi kemudahan
bagi manusia modern
untuk menyalurkan keserakahannya. Perangkat-perangkat modern
itu telah mengasingkan manusia dari
Tuhan, dari lingkungan bahkan dari jati dirinya sendiri. Sehingga manusia modern
menjadi kehilangan keseimbangan
yang fatal yang
kemudian Musa Asy’Arie,
Dialektika Agama,(Yogyakarta:Lesfi,2002) hlm 130. menumbuhkan
naluri-naluri hewaniah dalam
dirinya. Itulah degradasi
atau erosi kemanusiaan
yang paling mengenaskan
dalam kehidupan manusia
modern. Agar kekawatiran
itu dapat diredam,
maka kita harus
mampu menemukan jalan bagi
peningkatan hidup rohani sebagai alat control.
Iptek memang
dapat disalahgunakan pemakaiannya
untuk merusak dan membinasakan segala-segalanya, jika
penggunaannya tidak dilandasi oleh
pertimbanganetika, moral dan spiritual.
Karena itu dalam abad informasi dan globallisasi serta iptek ini, tidaklah cukup
bagi manusia hanya bersandar pada akal dan
rasio belaka. Kalo
hanya mengandalkan pada rasio,
maka manusia akan
mengalami kesengsaraan rohani,
yang mengakibatkan tumpulnya
perasaan terhadap keindahaan dan kemanusiaan .
Manusia akan kehilangan makna hidup serta
dilanda ketersaingan dan ketakutan. Dalam
keadaan demikian, manusia
dengan mudah jatuh pada pementingan
diri sendiri yang
dapat membuka peluang lebar-lebar untuk
melakukan kejahatan. Dan kata
lain, kalo hanya berpegang pada keunggulan rasio,
maka manusia dapat
menyalahgunakan iptek dan informasi
untuk maksud-maksud jahat.
Sementara diphak lain
informasi memberikan alasan
munculnya interpretasi yang bertentangan dengan apayang sedang terjadi
dan apa
yang harus dilakukan.
Ketidak pahamaan terhadap kondisi yang
ada, ketidak mampuan
manusia mengendaliakan situasi.
Pertentangan itu Victor 1, Tanja, Plularisme Agama dan Problema Sosial,
(Jaakarta: Putaka Cidesindo, 1998) hlm
87. ibdhlm 106. mendorong
upaya-upaya untuk memperoleh
kendali demi mencapai tujuantujuan yang diinginkan.
Kondisi semacam
ini manusia telah
dikuasai oleh ketidakpercayaan diri. Ketidakpercayaan ini akhirnya
merambahkan kesemua bagian kehidupan, termasuk
pendidikan.
Pendidikan sebagai
alat pengembangan intelektualitas dan
yang berlandaskan nilai-nilai
objektivitas keilmiahan (scientific) dan kebijaksanaan moralitas
sebagai nilai dasar
dalam pencarian pengetahuan kini
dimuati oleh nilai-nilai komersial,
sebagai refleksi dari
keperpihakan pada kekuasaan
spiritual.
Pendidikan
adalah salah satu
yang harus diperjuangkan, pendidikan
tidak hanya menciptakan manusia cerdas dan tranpil namun juga berkesadaran makrifat
(arif) dan ke-waskitaan
(kritis).
Selama ini pendidikan
dianggap sebagai salah satu
bagian sistem yang dapat membawamanusia mampu untuk berkarya
dan menciptakan sesuatu
hal yang baru
(kreativitas), kebebasan berfikir,
berasa, dan bertindak.
Namun kenyataannya
sebaliknya pendidikan belum mampu menciptakan
manusia ideal. Hal
ini karena pendidikan
yang didasarkan pada suatu
pandang yang menitik beratkanpada segi material atau bersifat
inderawi sebagai tujuan
tertinggi dan ingin
menghasilkan para ahli
yang cakap dalam
bidang tertentu. Filsafat
mencoba merumuskan konsep
Yasraf Amir Piling, Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas
Kebudayaan, (Yogyakarta: Jalan
Sutra,2004) hlm 335. ibdhlm 361.
pandangan melalui manusia yang selanjutnya melahirkan aplikasi sistem pendidikan dan konsep perkembangan manusia.
pandangan melalui manusia yang selanjutnya melahirkan aplikasi sistem pendidikan dan konsep perkembangan manusia.
Perpedaan filsafat dan
aplikasinnya dalam keahidupan dunia (manusia
dan pembangunan pendidikan)
menyebabkan berbagai benturan
yang menyebabkan manusia
menempati posisi yang jauh daripusat eksistensisnya, keluar dari jalur horizon spiritual. Krisis
ekologidan kehancuran nilai ilahiyah
semakin parah. Kebudayaan dan dunia keindrawiaan tidak dapat menentukan mana yang benar dan aman yang salah.
Pandangan tersebut diatas
menunjukan betapa pentingnya pendidikan,
yang satu sama lain terkait erat, salah satu aspek adalah peserta didik maupun pendidik
mampu untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Tidak
manusia memiliki kemampuan
tinggi untuk menyesuaikan
dirinnya dengan lingkungan, ini yang disebut kecerdasaan.
Kecerdasan berbeda
dengan kepandaian. Kepandaian
sebatas kemampuan aktifitas
rohani dan jasmani yang dimiliki seseorang. Sedangkan kecerdasan merupakan kesanggupan manusia
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan
baru dengan cepat dan tepat.
Bila di amati kondisi riil siswa bahwa dilihat
darikecerdasan spiritual mereka adakalannya
berpengaruh terhadap perilaku
beragama. Karena ada
siswa yang kecerdasan spiritualnya tinggi tapi perilaku beragamanya
baik.
Lebih lanjut
lagi kecerdasan dibagi
menjadi tiga, kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasa spiritual dalam
penelitian ini Dana Zohar danIan
Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Sepiritual Dalam Berfikir integralistik dan Holistik Untuk Memaknai
Hidup,(Bandung: Mizan, 2003) hlm 167.
penulis akan meneliti
salah satu dari
kecerdasan manusia yaitu
kecerdasan spiritual. Penulis
akan mengambil penelitian
yang berjudul ”Hubungan
Antara Kecerdasan Spiritual
Dengan Perilaku Keberagamaan
siswa di MAN Malang II Kota Batu”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut;
1. Apakah
ada korelasi yang
menyakinkan antara hubungan
kecerdasan spiritual dengan
perilaku keberagamaan siswa
MAN Malang II
Kota Batu?
C. Tujuan penelitian Sesuai
dengan rumusan masalah
tersebut tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui ada tidaknya
korelasi yang menyakinkan
antara kecerdasan spiritual
dengan perilaku keberagamaan siswa MAN Malang II Kota Batu?
D. Manfaat Penelitian
Sedangkan penelitian ini dapat
ditinjau secara teoritis dan praktis.
Secara teoritis peneliti ini
dapat diharapkan:
1. Sebagai
bahan pertimbangan dalam
rangka mencerdasakan anak
secara spiritual.
2. Sebagai tambahan khasanah keilmuan keberagamaan.
Secara praktis,
dapat menemukan hal-hal
yang berhubungan dengan
perilaku keberagamaan siswa
MAN Malang II
Kota Batu apabila
dapat berjalan dengan
baik dan dihayati
maka dengan sendirinya
akan terwujud kecerdasan spiritual.
E. Hipotesis Peneliitian
Dari penelitian ini dibuat
hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis kerja (Ho) Adapun hipotesis kerja yang penulis ajukan
yaitu: ada korelasi positif yang
signifikan antara kecerdasan
spiritual dengan perilaku
keberagamaan di MAN Malang II Kota Batu.
2. Hipotesis Nihil atau Nol (Ho) Hipotesis nihil yang penulis ajukan yaitu:
Tiadak ada korelasi positif yang
signifikan antara kecerdasan
spiritual dengan perilaku
keberagamaan di MAN Malang II Kota Batu.
E. Ruang Lingkup
Ruang lungkup dalam penelitian
ini meliputi:
(1) lokasi dan subyek
(2) variabel penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan MAN Malang II Kota Batu yang
berada di daerah
pegunungan dengan udara
yang sejuk dan
Batu juga berada
pada jalur lalulintas
Malang-Kediri-Jombang, Batu-Mojokerto
lewat lintas pegunungan dan
berlokasi di Jalan Patimura Nomor 25
Batu. Dengan
subyek
peneliti adalah siswa
disekolah tersebut dan yang
berlokasi di Jalan
Patimura Nomor 25
Batu. Penelitian ini
terdiri dari dua variabel
yaitu:
(1) kecerdasan spiritual (X) sebagai variabel
bebas.
(2) perilaku keberagamaan
(Y) sebagai perilaku.
F. Definisi Oprasional
Agar dalam
pembahasan penelitian ini
dapat terfokus dan
mengenai sasaran seesuai
dengan yang diharapkan
penulis, memberikan definisi oprasional sebagai berikut: 1.
Kecerdasan spiritual SQ merupakan
sandaran yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Ary Ginanjar Agustian
mendefinisikan kecerdasan spiritual
sebagai kemampuan untuk
memberi makna ibadah
setiap pada perilaku kegiatan
melalui langkah-langkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah
menuju manusia yang
seutuhnya (hanif) dan
memiliki pola pemikiran
tauhid (integralistik) serta
karena hanya Allah SAW.
Definisi
tersebut menunjukan bahwa
kecerdasan spiritual adalah
kemampuan seseorang menentukan diri sendiri berawaldari mengungkapkan
makna nilai dalam
hidup. Kecerdasan spiritual
berhubungan dengan bagaimana seseorang dapat mengarahkan
dirinnya melalui spirit yang muncul dari
batin.
Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power
Sebuah Inner Jouney Melalui Al-Ihsan, (Jakarta:
Arga 2001) hlm 462. Perilaku
keberagamaan Keberagamaan terdiri
dari kata dasar
agama yang berarti
segenap kepercayaan kepada
Tuhan, serta dengan
ajaran kebaktian dan
kewajibankewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu
sedangkan Poerwadarminto mengungkapkan
bahwa keberagamaan berasal
dari kata agama yang kemudian mendapat awalan ke- dan
akhiran–an sehingga menjadi keagamaan yang
berarti sifat-sifat yang
mengenai agama.
Jadi yang dimaksud
perilaku keberagamaan adalah
tingkah laku, perbuatan dan
sikap seseorang atas
pengakuan dirinya dengan
hal-hal yang disyari’atkan
Allah SWT dalam
rangka beribadah kepadanya,
baik dalam aspek
ibadah, akhlak dan aspek sosial yang mencangkup aspek
afektif, kognitif dan psikomotorik.
Dari penegasan
istilah diatas pengertian
yang penulis maksudnya
adalah “untuk membuktikan
ada tidaknya hubungan
kecerdasan spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa MAN Malang
II Kota Batu.
G. Sistematika pembahasan
Dalam penulisan
ini penulis membagi
dalam tiga hal
yaitu: bagian awal,
bagian isi dan
bagian akhir, untuk
lebih jelasnya penulis
paparkan dibawah ini: Bagian
awal meliputi: halaman
judul. Halaman nota
pembimbing halaman pengesahan,
kata pengantar dan
daftar isi.Bagian isi
meliputi bab Purtanto dan Yuwanto, Kamus Kecil Bahasa
Indonesia,(Surabaya; Arkolo 1994) hlm 6.
Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1993):9. satu: pendahuluan
yang memuat latar
belakang masalah, penjelasan
istilah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, hipotesis,
metode penelitian dan
sistematika penulisa.
Bab dua meliputi, pengertian
kecerdasan spiritual, ciri-ciri
kecerdasan spiritual, fungsi
kecerdasan spiritual, komponen-komponen kecerdasan
spiritual, pengembangan kecerdasan
spiritaual, upaya melatih
kecerdasan spiritual, pengertian
perilaku keberagamaan, konsep keberagamaan, aspekaspek
perilaku keberagamaan dan
hubungan perilaku keberagamaan
dengan kecerdasan spiritual.
Bab tiga berisi tentang letak geografis, keadaan
guru, kariyawan dan keadaan sarana dan
prasarana. Bab empat tentang penyajian data, analisa data dan
intaerpretasi data. Bab
lima adalah penutup
meliputi kesimpulan, saransaran dan kata penutup.
Bagian akhir meliputi, daftar
pustaka dan lampiran-lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi