Minggu, 11 Mei 2014

Skripsi Pendidikan Agama Islam : HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERILAKU KEBERAGAMAN SISWA DI MAN MALANG II KOTA BATU


BAB 1 
PENDAHULUAN 
A.      Latar Belakang Masalah 
Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara  menyeluruh  pada  perubahan  itu  dihadapai  bersama  sebagai  suatu  perubahan  yang wajar. Sebab, mau tidak mau, siap tidak siap perubahan itu diperkirakan  bakal terjadi.
 Dalam kondisi seperti ini, barang kali manusia akan mengalami  konflik  batin  secara  besar-besaran.  Konflik  tersebut  sebagai  dampak  dari  ketidak seimbangan antara kemampuan iptek yang menghasilkan kebudayaan  atau materi dengan kekosongan rohani. Kegoncangan batin yang diperkirakan  akan melanda umat manusia mempengaruhi terhadap kehidupannya.
Ditengah  zaman  yang  bergolak  dan  berubah  sangat  cepat  ini,  seringkali  membawa  seseorang  pada  situasi  psikologis  yang  diliputi  kebingungan,  kecemasan  dan  kegelisahan  yang  hebat.  Semakin  hari  pergolakan  dan  perubahan  itu  berjalan  semakin  cepat karena  kemajuan  yang  pesat dari ilmu dan teknologi dibidang informasi, komunikasi dan transportasi,  sehingga  mengalahkan  kemampuan  manusia  sendiri  untuk  menghadapi,  menyesuaikan dan mengantisipasi perubahan itu.
  Melihat keadaan siswa secara umum yang selama ini masih belum  menyadari  tentang  perilaku  keberagamaan  yang  dikarenakan  adanya  konflik  Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama Sebbuah Pengantar, (Bandung: Kaifa,  2002) hlm  195 Asy’arie, Dialektika Agama,(Yogyakarta: Lesfi, 2002) hlm 135. 

 dan ketidakmampuan siswa  menyerap dan  menyaring berbagai dampak yang  ada  pada  kehidupan  masyarakat.  Sehingga  dapat  mengakibatkan  perilaku  siswa tersebut menyimpang dari ajaran agama.
 Bukan  itu  saja,  fenomena  sosial juga  menunjukan  adanya  kemiskinan  rohani,  tindakan  kekerasan  terjadi  dimana-mana,  bahkan  pembunuhan  dilakukan  oleh  orang-orang  taat  beragama dan  konon  juga  mengatasnamakan  agama,  seperti  yang  terjadi  dimaluku,  poso  dan  beberapa  daerah  lainnya.
   Karena  kehilangan  pergantungan  moral  dan  spiritual  yang  pasti  atau  kokoh,  manusia  modern  menjadi  serba  pragmatis  menunjuk  pada  tindakan  yang  serba  mempertimbangkan  nilai  keguanaan,  tanpa  mempertimbangkan benar atau salah dari tindakan itu. Sedangkan sikap hedonis selalu  mengarahkan  tindakan  pada  kesenangan  duniawi  semata.  Sehingga  yang  muncul  dipermukaan  adalah  sederet  tindakan  yang  penuh  ambisi  dan  keserakahan,  bila  perlu dengan  mengabaikan  dan  menapilkan  kepentingan  sesama.  Dalam  kehidupan  modern,  boleh  jadi  nafsu  serakah  itu  memperoleh  alat-alat  pelengkap  dan  lingkunan  fisik  dan  sosial  yang  kondusif,  sehingga  menjadi serba canggih dan terkesan beradab.
Ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  serta  lingkungan  fisik-sosial-budaya  sedemikian  memberi  kemudahan  bagi  manusia  modern  untuk  menyalurkan  keserakahannya. Perangkat-perangkat modern itu telah mengasingkan manusia  dari Tuhan, dari lingkungan bahkan dari jati dirinya sendiri. Sehingga manusia  modern  menjadi  kehilangan  keseimbangan  yang  fatal  yang  kemudian  Musa Asy’Arie, Dialektika Agama,(Yogyakarta:Lesfi,2002) hlm 130.   menumbuhkan  naluri-naluri  hewaniah  dalam  dirinya.  Itulah  degradasi  atau  erosi  kemanusiaan  yang  paling  mengenaskan  dalam  kehidupan  manusia  modern.  Agar  kekawatiran  itu  dapat  diredam,  maka  kita  harus  mampu  menemukan jalan bagi peningkatan hidup rohani sebagai alat control.
Iptek  memang  dapat  disalahgunakan  pemakaiannya  untuk  merusak  dan membinasakan segala-segalanya, jika penggunaannya tidak dilandasi oleh  pertimbanganetika, moral dan spiritual.
 Karena itu dalam abad informasi dan  globallisasi serta iptek ini, tidaklah cukup bagi manusia hanya bersandar pada  akal  dan  rasio  belaka.  Kalo  hanya  mengandalkan  pada rasio,  maka  manusia  akan  mengalami  kesengsaraan  rohani,  yang  mengakibatkan  tumpulnya  perasaan terhadap keindahaan dan kemanusiaan  .
 Manusia akan kehilangan makna hidup serta dilanda ketersaingan  dan ketakutan.  Dalam  keadaan  demikian,  manusia  dengan  mudah jatuh pada  pementingan  diri  sendiri  yang  dapat  membuka  peluang lebar-lebar  untuk  melakukan  kejahatan.  Dan kata  lain, kalo hanya berpegang pada keunggulan  rasio,  maka  manusia  dapat  menyalahgunakan  iptek  dan informasi  untuk  maksud-maksud  jahat.  Sementara  diphak  lain  informasi  memberikan  alasan  munculnya interpretasi yang bertentangan dengan apayang sedang terjadi dan  apa  yang  harus  dilakukan.  Ketidak  pahamaan  terhadap kondisi  yang  ada,  ketidak  mampuan  manusia  mengendaliakan  situasi.  Pertentangan  itu   Victor 1, Tanja,  Plularisme Agama dan Problema Sosial, (Jaakarta: Putaka Cidesindo,  1998) hlm 87.  ibdhlm 106.                  mendorong  upaya-upaya  untuk  memperoleh  kendali  demi mencapai  tujuantujuan yang diinginkan.
Kondisi  semacam  ini  manusia  telah  dikuasai  oleh  ketidakpercayaan  diri. Ketidakpercayaan ini akhirnya merambahkan kesemua bagian kehidupan,  termasuk pendidikan.
Pendidikan  sebagai  alat  pengembangan  intelektualitas  dan  yang  berlandaskan nilai-nilai objektivitas keilmiahan (scientific) dan kebijaksanaan  moralitas  sebagai  nilai  dasar  dalam pencarian  pengetahuan  kini  dimuati oleh  nilai-nilai  komersial,  sebagai  refleksi  dari  keperpihakan  pada  kekuasaan  spiritual.
 Pendidikan  adalah  salah  satu  yang  harus  diperjuangkan,  pendidikan  tidak hanya menciptakan manusia cerdas dan tranpil  namun juga berkesadaran  makrifat  (arif)  dan  ke-waskitaan  (kritis).
  Selama  ini  pendidikan  dianggap  sebagai salah satu bagian sistem yang dapat membawamanusia mampu untuk  berkarya  dan  menciptakan  sesuatu  hal  yang  baru  (kreativitas),  kebebasan  berfikir,  berasa,  dan  bertindak.  Namun  kenyataannya sebaliknya  pendidikan  belum  mampu  menciptakan  manusia  ideal.  Hal  ini  karena  pendidikan  yang  didasarkan pada suatu pandang yang menitik beratkanpada segi material atau  bersifat  inderawi  sebagai  tujuan  tertinggi  dan  ingin  menghasilkan  para  ahli  yang  cakap  dalam  bidang  tertentu.  Filsafat  mencoba  merumuskan  konsep  Yasraf Amir Piling, Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan,  (Yogyakarta: Jalan Sutra,2004) hlm 335. ibdhlm 361. 
 pandangan  melalui  manusia  yang  selanjutnya  melahirkan  aplikasi  sistem  pendidikan dan konsep perkembangan manusia.
Perpedaan filsafat dan aplikasinnya dalam keahidupan dunia (manusia  dan  pembangunan  pendidikan)  menyebabkan  berbagai  benturan  yang  menyebabkan manusia menempati posisi yang jauh daripusat eksistensisnya,  keluar dari jalur horizon spiritual. Krisis ekologidan kehancuran nilai ilahiyah  semakin parah. Kebudayaan dan dunia keindrawiaan tidak dapat menentukan  mana yang benar dan aman yang salah.
Pandangan tersebut diatas menunjukan betapa pentingnya pendidikan,  yang satu sama lain terkait erat, salah satu aspek  adalah peserta didik maupun  pendidik  mampu  untuk  menyesuaikan  diri  dengan  lingkungannya.  Tidak  manusia  memiliki  kemampuan  tinggi  untuk  menyesuaikan  dirinnya  dengan  lingkungan, ini yang disebut kecerdasaan.
Kecerdasan  berbeda  dengan  kepandaian.  Kepandaian  sebatas  kemampuan aktifitas rohani dan jasmani yang dimiliki seseorang. Sedangkan  kecerdasan merupakan kesanggupan manusia untuk menyesuaikan diri dengan  keadaan-keadaan baru dengan cepat dan tepat.
 Bila di amati kondisi riil siswa bahwa dilihat darikecerdasan spiritual  mereka  adakalannya  berpengaruh  terhadap  perilaku  beragama.  Karena  ada  siswa yang kecerdasan spiritualnya tinggi tapi perilaku beragamanya baik.
Lebih  lanjut  lagi  kecerdasan  dibagi  menjadi  tiga,  kecerdasan  intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasa spiritual dalam penelitian ini   Dana Zohar danIan Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Sepiritual Dalam Berfikir  integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Hidup,(Bandung: Mizan, 2003) hlm 167.    penulis  akan  meneliti  salah  satu  dari  kecerdasan  manusia  yaitu  kecerdasan  spiritual.  Penulis  akan  mengambil  penelitian  yang  berjudul  ”Hubungan  Antara  Kecerdasan  Spiritual  Dengan  Perilaku  Keberagamaan  siswa  di  MAN Malang II Kota Batu”.
B.      Rumusan Masalah 
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  dapat  dikemukakan  rumusan  masalah sebagai berikut; 
1.  Apakah  ada  korelasi  yang  menyakinkan  antara  hubungan  kecerdasan  spiritual  dengan  perilaku  keberagamaan  siswa  MAN  Malang  II  Kota  Batu? 
C. Tujuan penelitian  Sesuai  dengan  rumusan  masalah  tersebut  tujuan  dari  penelitian  ini  adalah: 
1.  Untuk  mengetahui  ada  tidaknya  korelasi  yang  menyakinkan  antara  kecerdasan spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa MAN Malang II  Kota Batu?  
D. Manfaat Penelitian  
Sedangkan penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis dan praktis.
Secara teoritis peneliti ini dapat diharapkan: 
1.  Sebagai  bahan  pertimbangan  dalam  rangka  mencerdasakan  anak  secara  spiritual.

 2.  Sebagai tambahan khasanah keilmuan keberagamaan.
Secara  praktis,  dapat  menemukan  hal-hal  yang  berhubungan  dengan  perilaku  keberagamaan   siswa  MAN  Malang  II  Kota   Batu  apabila  dapat  berjalan  dengan  baik  dan  dihayati  maka  dengan  sendirinya  akan  terwujud  kecerdasan spiritual.
E. Hipotesis Peneliitian   
Dari penelitian ini dibuat hipotesis sebagai berikut: 
1.  Hipotesis kerja (Ho)  Adapun hipotesis kerja yang penulis ajukan yaitu: ada korelasi positif yang  signifikan  antara  kecerdasan  spiritual  dengan  perilaku  keberagamaan  di  MAN Malang II Kota Batu.
2.  Hipotesis Nihil atau Nol (Ho)  Hipotesis nihil yang penulis ajukan yaitu: Tiadak ada korelasi positif yang  signifikan  antara  kecerdasan  spiritual  dengan  perilaku  keberagamaan  di  MAN Malang II Kota Batu.
E. Ruang Lingkup 
Ruang lungkup dalam penelitian ini meliputi:
 (1) lokasi dan subyek 
(2) variabel penelitian. Penelitian ini dilaksanakan MAN Malang II Kota Batu  yang  berada  di  daerah  pegunungan  dengan  udara  yang  sejuk  dan  Batu  juga  berada  pada  jalur  lalulintas  Malang-Kediri-Jombang, Batu-Mojokerto  lewat  lintas pegunungan dan berlokasi di Jalan Patimura  Nomor 25 Batu. Dengan  
 subyek  peneliti  adalah  siswa  disekolah  tersebut  dan yang  berlokasi  di  Jalan  Patimura  Nomor  25  Batu.  Penelitian  ini  terdiri  dari dua  variabel  yaitu: 
(1)  kecerdasan spiritual (X) sebagai variabel bebas.
(2) perilaku keberagamaan (Y)  sebagai perilaku.
F. Definisi Oprasional  
Agar  dalam  pembahasan  penelitian  ini  dapat  terfokus  dan  mengenai  sasaran  seesuai  dengan  yang  diharapkan  penulis,  memberikan  definisi oprasional sebagai berikut:  1.   Kecerdasan spiritual  SQ merupakan sandaran yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan  EQ secara efektif. Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan kecerdasan spiritual  sebagai  kemampuan  untuk  memberi  makna  ibadah  setiap pada  perilaku  kegiatan  melalui  langkah-langkah  dan  pemikiran  yang bersifat  fitrah  menuju  manusia  yang  seutuhnya  (hanif)  dan  memiliki  pola  pemikiran  tauhid  (integralistik) serta karena hanya Allah SAW.
 Definisi  tersebut  menunjukan  bahwa  kecerdasan  spiritual  adalah  kemampuan seseorang menentukan diri sendiri berawaldari  mengungkapkan  makna  nilai  dalam  hidup.  Kecerdasan  spiritual  berhubungan  dengan  bagaimana seseorang dapat mengarahkan dirinnya melalui spirit yang muncul  dari batin.
Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power Sebuah Inner Jouney Melalui Al-Ihsan, (Jakarta:  Arga 2001) hlm 462.  Perilaku keberagamaan  Keberagamaan  terdiri  dari  kata  dasar  agama  yang  berarti  segenap  kepercayaan  kepada  Tuhan,  serta  dengan  ajaran  kebaktian  dan  kewajibankewajiban  yang  bertalian  dengan  kepercayaan  itu   sedangkan  Poerwadarminto  mengungkapkan  bahwa  keberagamaan  berasal  dari  kata  agama yang kemudian mendapat awalan ke- dan akhiran–an sehingga menjadi  keagamaan  yang  berarti  sifat-sifat  yang  mengenai  agama.
  Jadi  yang  dimaksud  perilaku  keberagamaan  adalah  tingkah  laku, perbuatan  dan  sikap  seseorang  atas  pengakuan  dirinya  dengan  hal-hal  yang  disyari’atkan  Allah  SWT  dalam  rangka  beribadah  kepadanya,  baik  dalam  aspek  ibadah,  akhlak  dan aspek sosial yang mencangkup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
Dari  penegasan  istilah  diatas  pengertian  yang  penulis  maksudnya  adalah  “untuk  membuktikan  ada  tidaknya  hubungan  kecerdasan  spiritual  dengan perilaku keberagamaan siswa MAN Malang II Kota Batu.
G. Sistematika pembahasan 
Dalam  penulisan  ini  penulis  membagi  dalam  tiga  hal  yaitu:  bagian  awal,  bagian  isi  dan  bagian  akhir,  untuk  lebih  jelasnya  penulis  paparkan  dibawah ini:  Bagian  awal  meliputi:  halaman  judul.  Halaman  nota  pembimbing  halaman  pengesahan,  kata  pengantar  dan  daftar  isi.Bagian  isi  meliputi  bab  Purtanto dan Yuwanto, Kamus Kecil Bahasa Indonesia,(Surabaya; Arkolo 1994) hlm 6.  Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993):9.   satu:  pendahuluan  yang  memuat  latar  belakang  masalah,  penjelasan  istilah,  rumusan  masalah,  tujuan  penelitian,  hipotesis,  metode  penelitian  dan  sistematika penulisa.
Bab dua meliputi, pengertian kecerdasan spiritual,  ciri-ciri kecerdasan  spiritual,  fungsi  kecerdasan  spiritual,  komponen-komponen  kecerdasan  spiritual,  pengembangan  kecerdasan  spiritaual,  upaya  melatih  kecerdasan  spiritual,  pengertian  perilaku  keberagamaan,  konsep keberagamaan,  aspekaspek  perilaku  keberagamaan  dan  hubungan  perilaku  keberagamaan  dengan  kecerdasan spiritual.
Bab  tiga berisi tentang letak geografis, keadaan guru, kariyawan dan  keadaan sarana dan prasarana. Bab empat tentang penyajian data, analisa data  dan  intaerpretasi  data.  Bab  lima  adalah  penutup  meliputi  kesimpulan,  saransaran dan kata penutup.
Bagian akhir meliputi, daftar pustaka dan lampiran-lampiran    

Download lengkap Versi PDF


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi