BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan
salah satu aspek
yang sangat penting
untuk membentuk generasi
yang siap mengganti
tongkat estafet generasi
tua dalam rangka
membangun masa depan.
Karena itu pendidikan
berperan mensosialisasikan kemampuan
baru kepada mereka
agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.
Dalam masyarakat yang dinamis pendidikan
memegang peranan yang sangat
menentukan eksistensi dan
perkembangan masyarakat. Oleh
karena itu Islam
sebagai agama Rahmatan Lil ‘Alamin merupakan konsekuensi logis bagi
umatnya untuk menyiapkan
generasi penerus yang
berkualitas, baik moral maupun
intelektual serta berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu
upaya untuk menyiapkan genearasi
penerus tersebut adalah
melalui lembaga pendidikan
sekolah.
Sekolah merupakan
salah satu wadah
bagi anak untuk
belajar memperoleh pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kemampuan dan keterampilan. Oleh karena itu,
pengajaran di sekolah
adalah salah satu usaha
yang bersifat sadar,
bertujuan, sistematis dan terarah.
Di dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1) ditegaskan bahwa: Muhaimin, M.A, Konsep Pendidikan
Islam,Ramadhan, Solo, 1991, hlm: 9
Kurikulum pendidikan dasar
dan menengah wajib
memuat: pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
seni danbudaya, pendidikan jasmani dan
olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.
Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan
agama Islam adalah salah satu usaha yang
bersifat sadar, bertujuan,
sistematis dan terarah
pada perubahan pengetahuan,
tingkah laku atau
sikap yang sejalan
dengan ajaran-ajaran yang
terdapat dalam Islam.
Sejalan dengan ini,
Zakiyah Daradjat mengatakan
bahwa pendidikan agama
Islam adalah usaha
berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik
agar kelak setelah
selesai pendidikannya dapat memahami
dan mengamalkan ajaran agama
Islam serta menjadikannya sebagai way of life.
Abdul Madjid dan Dian Andayani, dalam
kesimpulannyamengatakan bahwa pendidikan
agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik
untuk meyakini, memahami,
dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan
yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu dalam buku Metodologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Hj.
Suhairini dan H. Abdul Ghofir
menyatakan bahwa pandidikan agama Islam dapat
diartikan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003Tentang
SISDIKNAS, Citra Umbara, Bandung,2003,
hlm. 25-26.
Zakiyah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, Bumi
Aksara, Jakarta, 1992, hla. 86.
Abdul
Madjid dan Dian
Andayani, Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm.
132.
dan
rohani peserta didik
menuju terbentuknya keperibadian
yang baik dan
utama.
Dari
beberapa definisi di
atas dapat dikemukakan
bahwa pendidikan agama
Islam bertujuan menciptakan manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt yang berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari bagi diri pribadi,
keluarga, masyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Jadi, pada
dasarnya, pendidikan agama
Islam menginginkan peserta
didik yang memiliki fondasi
keimanan dan ketakwaan yang kuat terhadap Allah, Tuhan Yang
Maha Esa. Iman
merupakan potensi rohani
yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga
menghasilkan prestasi yang disebut takwa.
Dalam kurikulum Pendidikan Agama
Islam, sebagaimanadikutip oleh Abdul
Majid, dijelaskan bahwa,
Pendidikan agama Islam
di sekolah/madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, serta
pengalaman peserta didik
tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang
dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Zuhairini dan Abdul Ghafir menyimpulkan bahwa
tujuan pendidikan agama Islam adalah
meningkatkan taraf kehidupan manusia
melalui seluruh aspek yang
ada sehingga sampai
kepada tujuan yang
telah ditetapkan dengan
proses tahap demi tahap.
Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, UM Press, Malang: 2004,
hlm. 1.
Abdul Madjid dan Dian Andayan, Op. Cit., hlm.
135.
Zuhairini dan Abdul Ghafir, Op.Cit, hlm.
8-9 Tahapan pendidikan
Islam yang dilalui
dan dialami oleh
siswa di sekolah
dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan danpemahaman siswa
terhadap ajaran dan
nilai-nilai yang terkandung
dalam ajaran Islam, untuk
selanjutnya menuju pada tahapan afeksi,
yakni terjadinya prosesinternalisasi ajaran dan nilainilai ajaran agama Islam,
dalam arti menghayati danmeyakininya. Tahapan afeksi ini
terkait erat dengan
kognisi, dalam arti
bahwa penghayatan dan
keyakinan siswa akan
kokoh manakala didasari oleh
seperangkat pengetahun dan pemahamannya
terhadap ajaran dan
nilai-nilai ajaran Islam. Melalui
tahapan afeksi tersebut
diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam
yang telah diinternalisasikan dalam
dirinya (tahap psikomotorik). Dengan demikian akan
terbentuk manusia muslim yang beriman, dan bertakwa kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan agama Islam
itu, diharapkan siswamampu mengamalkan
dalam kehidupan pribadinya,
sehingga menjadi manusia
yang dapat menjadi
anggota masyarakat yang
sanggup mandiri, berjuang
untuk kepentingan bangsa,
Negara dan agama serta mengabdi kepada Allah dan mencapai kebahagiaan
dunia akhirat.
Salah satu
fungsi pendidikan adalah
memindahkan nilai-nilai, ilmu
dan keterampilan dari
generasi tua kepada
generasi muda untuk melanjutkan
dan memelihara identitas
masyarakat tersebut. Dalam
hal ini bisa dilalui
dengan proses pengajaran
dan belajar. Dahulu
orang menyangka bahwa
mengajar sebenarnya tidak lebih
dari memindahkan isi kepala seseorang guru, kalaulah ilmu itu ada di kepala, kepada kepala seseorang
atau beberapa murid. Dengan demikian
terjadilah proses belajar.
Dengan kata lain
belajar sebenarnya, tidak ubahnya
seperti memindahkan isi suatu keranjang kepada keranjang-keranjang lain.
Hasan
Langgulung menyebutkan bahwa
dalam pendidikan mengandung dua
aspek, Pertama: Aspek mengajar dan Kedua:
Aspek belajar. Aspek mengajar itu
hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar. Sedangkan proses
belajar berlaku apa sebanarnya yang
terjadi pada manusia.
Herry
Noer Aly menyebutkan
istilah yang digunakan
untuk menunjukkan konsep
pendidikan dalam bahasa
Islam ialah . proses pembalajaran
secara terus menerus
sejak lahir melalui
pengembangan fungsi-fungsi pendengaran,
penglihatan dan hati. Pengertian ini digali dari firman Allah SWT:
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan
dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”.(Q.S. An-Nahl: 78)
Dalam konteks pembaharuan
pendidikan, ada tiga
hal yang perlu
disoroti, yaitu pembaharuan
kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran.
Hasan Langgulung, Asas-Asas
Pendidikan Islam, Pustaka
Al-Husana, Jakarta, 1988, hlm. 250 Ibid., hlm. 23 Herry Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Logos
Jakarta, 1999, ha. 7 Departemen Agama
RI Al-Qur’an dan
Terjemah, CV. Toha
Putra, Semarag,1989, ha.413.
Dunia
pendidikan saat ini
menuai berbagai kritik
tajam karena ketidak
mampuannya dalam menanggulangi
berbagai isi penting dalam
kehidupan masyarakat. Selain itu,
dunia pendidikan yang dijadikan kambing hitam pada saat masyarakat tidak mampu mencapai perubahan
dalam kehidupan mereka.
Pendidikan agama
di sekolah atau
madrasah, dalam pelaksanaannya masih
menunjukkan permasalahan yang kurang menggembirakan. Selama ini dirasakan adanya kesan bahwa peserta didik kurang
antusias dalam mengikuti pembelajaran
PAI. Dalam pembelajaran PAI model ceramah, tanya jawab, dan pemberian
tugas tidak digunakan
secara mandiri. Model
ceramah biasanya sudah
divariasikan dengan tanya
jawab serta dilengkapi
dengan pemberian tugas.
Walaupun demikian penggunaan
model ceramah masih
lebih dominan dibanding
model pembelajaran lainnya.
Komunikasi yang terjadi hanyasatu arah dari guru kepada peserta
didik. Interaksi diantara
sesama peserta didik
hampir tidak ada.
Guru menjadi pusat perhatian
peserta didik dan seolah-olah menjadi sumber informasi tunggal. Kenyataan ini bertambah parah bila
buku referensi yang tersedia tidak sebanding
dengan jumlah peserta
didik. Sehingga proses
pembelajaran didominasi dengan
kegiatan mencatat. Pada
akhirnya guru gagal
menciptakan suasana dialogis
dalam pembelajaran di kelas.
Dalam proses pembelajaran semacam
itu peserta didikhanya berperan sebagai
penerima informasi materi pelajaran
yang diberikan oleh guru. Sehingga
peserta didik tidak dapat berperan aktif
dalam pembelajaran. Informasi materi
pelajaran yang diperoleh dari guru lebih
banyak mengandalkan indera pendengaran.
Dalam Nurhadi, dkk.
Pembelajaran kontekstual dan
penerapannya dalam KBK,
Universitas Negeri Malang, Malang 2004, ha. 2 situasi
itu indera lain
yang dimiliki oleh
peserta didik tidak
dapat difungsikan secara optimal. Peserta didik akan memahami
pelajaran PAI hanya sebagai materi hafalan. Padahal
kemampuan menghafal merupakan
kemampuan intelektual paling rendah menurut taxonomi Bloom. Peserta
didikmerasakan materi pelajaran PAI sebagai
beban belajar yang
menjenuhkan bukan sebagai
tantangan.
Kejenuhan peserta
didik terhadap suatu
mata pelajaran akan
diikuti dengan turunnya
prestasi belajar. Indikator
dari turunnya presasi
belajar itu dapat
diketahui dari analisis
butir soal, daya
serap, rata-rata nilai
ulangan harian, dan
ulangan blok dari waktu ke waktu
Bahkan terlalu sering pengajaran
dianggap sebagai pengalihan
(transfer) pengetahuan dan
keterampilan. Pengalihan pengetahuan
dan keterampilan memang
perlu. Akan tetapi
apabila pengalihan tersebut
hanya berhasil meneruskan
sesuatu dari pengajar
yang mengetahui kepada
peserta didik yang
belum mengetahui dan
apabila peserta didik
tidak dapat menerapkan
dalam kehidupannya sehari-hari,
maka pengajarannya itu tidak mencapai sasaran.
Sementara itu, banyak pembelajaran yang numpang lewat dari alam memori siswa. Hari ini diberikan sajian guru, besok
siswa sudah lupa apalagi seminggu, sebulan,
atau seterusnya. Pembelajaran
disajikan hanya untuk
memenuhi waktu yang disediakan, target yang digariskan, dan
kurikulum yang dipayungkan. Dari 40 siswa
dalam satu kelas,
mungin hanya 10%-nya
yang menyimpan sajian
pembelajaran dalam otaknya. Ujung-ujungnya, siswa dipersalahkan,
dituding, dan dicap sebagai siswa yang
tidak pandai, statis, dan rendah prestasi
Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses: Gramedia, Jakarta, 1990, hlm.
xix.
Oleh
karena itu agar
dalam penerapan pendidikan
agama dapat mencapai
sasaran haruslah menggunakan
metode. Metode pembelajaran
mempunyai peranan penting
sebab merupakan jembatan
yang menghubungkan pendidkan
dengan anak didik
menuju kepada tujuan
pendidikan Islam yaitu
terbentuknya kepribadian muslim.
Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran
salah satunya adalah metode pembelajaran. Artinya: Rasulullah
bersabda ”Mudahkanlah, janganlah
engkau persulit, berikanlah
kabar-kabar yang menggembirakan dan
jangan sekali-kali engkau
memberikan kabar yang menyusahkan sehingga mereka lari dan menjauhkan
diri dari mu, saling taatlah kamu dan
jangan berselisih yang dapat
merenggangkan kamu”. (H.R. Bukhari:
2811) Dari hadits
tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidik dalam
menyampaikan materi dan bahan pendidikan harus benar-benar memudahkan
dan tidak mempersulit
peserta didik, tentunya
harus sesuai dengan
kadar dan kemampuan
mereka. Kita tidak
boleh mementingkan materi
atau bahan dengan
mengorbankan anak didik.
Sebaliknya kita harus
mengusahakan dengan jalan
menyusun materi tersebut
sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan taraf
kemampuan mereka, serta dengan gaya yang menarik Bertolak
dari uraian di
atas, usaha untuk
mencapai efesiensi dan
efektifitas kerja dalam
rangka mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam, perlu
adanya inovasi metode
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Oleh
karena itu inovasi
dalam pendidikan sangat
perlu. Inovasi merupakan
suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan
manusia, yang diamati dirasakan
sebagai suatu yang
baru bagi seseorang
atau kelompok orang
(masyarakat). Dalam bukunya
Miles yang diterjemahkan
oleh Wasty Soemanto;
Inovasi adalah macam-macam
perubahan genus.
Inovasi
sebagai perubahan disengaja,
baru, khusus untuk
mencapai tujuan-tujuan sistem.
Hal yang baru
itu dapat berupa
hasil invention atau
discovery yang digunakan
untuk mencapai tujuan
tertentu dan diamati
sebagai sesuatu yang
baru bagi seseorang
atau kelompok masyarakat, jadi
perubahan ini direncanakan dan dikehendaki.
Yang dimaksud inovasi
(pembaharuan) dalam kajian ini bukan berarti bahwa sistem
pendidikan yang ada
perlu diperbaharui atau
sama sekali tidak
dapat dipergunakan lagi, akan
tetapi merubah dan memperbaiki yang rasa kurang efektif menurut
ukuran zaman. Sebab
kalau tidak ada
pembaharuan dalam sistem
pendidikan, maka pendidikan akan tertinggal oleh roda zaman.
Inovasi
(pembaharuan) dalam judul
skripsi ini difokuskan
pada pengembangan metode
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Dalam hal
ini keberhasilan seorang
guru dalam menyampaikan
suatu materi pelajaran,
banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, satu di antaranya
ialah pemilihan metode
pembelajaran yang tepat.
Dalam metode pembelajaran
pendidikan agama Islam, ada tiga unsur strategi yaitu; strategi penataan
organisasi isi pembelajaran
PAI, strategi penyampaian
pembelajaran PAI, dan
strategi Wasty Soemanto,
Petunjuk untuk Pembinaan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya,1980, hlm:62 Martin Sardi,Mencari Identitas Pendidikan,Alumni,
Bandung, 1981, hlm. 20-21 pengelolaan
pembelajaran PAI.
Karena ketepatan strategi yang digunakan, baik berupa
metode, pemanfaatan sarana
dan lain sebagainya,
akan membawa efektivitas dan efesiensi kerja.
Dari uraian
di atas dapat
diambil pengertian bahwa
untuk mewujudkan program
pelaksanaan metode pembelajaran
yang inovatif dan sesuai dengan
tujuan pendidikan yang
direncanakan diperlukan seseorang
yang dapat mempengaruhi,
mendorong serta menggerakkan
komponen-komponen yang ada
dalam lembaga pendidikan
guna mengefektifkan pencapaian
tujuan pendidikan baik di lembaga pendidikan Islam maupun
pendidikan umum Oleh sebab
itu, seorang guru
dituntut untuk lebih
kreatif mencoba mengembangkan
konsep-konsep desain pembelajaran
dan penilaiannya, serta lebih
menguasai dan memperbaharui
metode pembelajaran pendidikan
agama Islam untuk mencapai hasil
yang sesuai dengan keinginan.
Selama ini kondisi rial kelemahan
metode pembelajaran PAI disebabkan oleh
beberapa factor yaitu:
(1) kualitas dan
kuantitas (kompetensi) guru
yang masih rendah; (2) proses pembelajaran PAI selama
ini cenderung lebih diarahkan pada
pencapaian target kurikulum;
(3) pembelajaran PAI
bukan diarahkan pada
pencapian dan penguasaan kompetensi, akan tetapi terfokus pada
aspek kognitif sehingga
pembelajaran identik dengan
hafalan, ceramah dll;
(4) alokasi waktu
yang tersedia sangat
sedikit sedangkan muatan
materinya sangat padat;
(5) terbatasnya sarana dan
prasarana; (6) penilaian yang dilakukan cenderung hanya kepada satu aspek (kognitif) saja. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nurcholis Majid
Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm:148 yang dikutip oleh Abdul Majid, bahwa:
“Kegagalan pendidikan agama disebabkan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam lebih menitik beratkan pada hal-hal
yang bersifat formal dan hafalan, bukan
pada pemaknaannya, (Pikiran Rakyat,30 Juni
2003). Hal senada juga disebutkan oleh Malik Fajar menyatakan bahwa: ”Proses belajar mengajar sampai sekarang ini lebih
banyak hanya sekedar mengejar target
pencapaian kurikulum yang telah ditentukan.
Dengan
keadaan seperti itu,
mendorong penulis ingin mengetahui kenyataan
dengan mengamati secara
teliti dan sistematis
melalui penelitian. Kegiatan
ini penulis terapkan
di MTs Negeri
Turen Malang. Dengan mengambil judul:
“Inovasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di
MTsN Turen Malang” Penulis sengaja
memilih obyek penelitian
di MTsN Turen
Malang selain karena lembaga ini telah memiliki lab Agama
juga didukung oleh para guru-guru
agama yang inovatif
dan kreatif dalam
melakukan pembaharuan metode
pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam, disamping itu Kepala
Sekolah MTsN Turen
sangat peduli dan
antusias terhadap pengembangan
pembelajaran khususnya pendidikan
agama Islam
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka masalah yang penulis ungkapkan
meliputi: 1. Bagaimana Pelaksanaan Inovasi Metode
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
MTsN Turen Malang Abdul Majid, Op. Cit.hlm.
165 2.
Faktor apa saja yang menjadi
kendala dan penunjang dalam pelaksanaan Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTsN Turen
Malang 3. Bagaimana
hasil prestasi belajar
siswa dengan di
laksanakannya Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTsN Turen Malang
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di
atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelititan ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan
Inovasi Metode Pembelajaran
Pendidikan agama Islam
di MTsN Turen
Malang Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa.
2. Untuk
mendeskripsikan faktor apa
saja yang menjadi
kendala dan penunjang dalam pelaksanaan Inovasi Metode
Pembelajaran PAI di MTsN Turen
Malang 3. Untuk
mengetahui hasil prestasi
belajar siswa dengan
di laksanakannya Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTsN Turen
Malang D. Manfaat Penelitian.
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai tambahan atau masukan
sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan dalam pembaharuan metodei pembelajaran
pendidikan Agama Islam 2. Hasil
dari penelitian ini
dapat digunakan sebagai
pijakan pendidikan Agama
Islam dalam pengembangan
pendidikan Agama Islam
khususnya bagi tenaga
pengajar 3. Bagi
Universitas Islam Negeri
Malang khususnya Fakultas
Tarbiyah Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Dari
hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya
khazanah kepustakaan, juga
dapat dijadikan dasar
pengembangan oleh peneliti lain yang mempunyai minat pada kajian
yang sama dan sekaligus sebagai
penyelesaian tugas akhirbagi mahasiswa.
4. Untuk
menambah wawasan praktis
sebagai pengalaman bagi
penulis sesuai dengan disiplin
ilmu yang telah penulis tekuni selama ini
E. Batasan Masalah Dalam penelitian
ini, pembatasan masalah
pada pelaksanaan metode
pembelajaran PAI yang inovatif, dan Faktor yang menjadi kendala dan
penunjang dalam pelaksanaan metode
pembelajaran yang inovatifserta hasil prestasi belajar siswa
di MTsN Turen
Malang dengan dilaksanakan
metode pembelajaran yang
inovatif, dan membatasi ruang lingkup penelitiannyadi MTsN Turen
Malang G. Sistematika Penulisan Laporan
Dan Pembahasan Agar memperoleh
gambaran yang lebih
jelas dan menyeluruh
mengenai pembahasan skripsi
ini. Maka secara
global penulis merinci
dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut: BAB I:
Merupakan kerangka dasar
yang berisi latar
belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, ruang lingkup
penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II: Berisi tentang kajian pustaka, dengan
bab ini dapat dijadikan dasar untuk
penyajian dan analisis
data yang ada
relevansinya dengan rumusan masalah BAB III:
Metode penelitian, pada bab ini berisikantentang: desain
penelitian; pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian,
sumber data, metode
pengumpulan data, dan
analisis data.
BAB IV: Berisi
tentang laporan hasil
penelitian terdiri atas
latar belakang obyek, penyajian dan analisis data BAB V:
Pembahasan hasil penelitian
dan analisis, dan
merupakan pembahasan terhadap
temuan-temuan.
BAB VI: Merupakan
bab terakhir yang
berisi penutup yang
meliputi, kesimpulan dan
saran
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi