Rabu, 14 Mei 2014

Skripsi Pendidikan Agama Islam: Inovasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MTsN Turen Malang


BAB I 
PENDAHULUAN 
A.      Latar Belakang Masalah 
Pendidikan  merupakan  salah  satu  aspek  yang  sangat  penting  untuk  membentuk  generasi  yang  siap  mengganti  tongkat  estafet  generasi  tua  dalam  rangka  membangun  masa  depan.  Karena  itu  pendidikan  berperan  mensosialisasikan  kemampuan  baru  kepada  mereka  agar mampu  mengantisipasi  tuntutan masyarakat yang dinamik.
 Dalam masyarakat yang dinamis pendidikan memegang peranan yang sangat  menentukan  eksistensi  dan  perkembangan  masyarakat.  Oleh  karena  itu  Islam  sebagai agama Rahmatan Lil ‘Alamin merupakan konsekuensi logis bagi umatnya  untuk  menyiapkan  generasi  penerus  yang  berkualitas, baik  moral  maupun  intelektual serta berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk  menyiapkan  genearasi  penerus  tersebut  adalah  melalui  lembaga  pendidikan  sekolah.
Sekolah  merupakan  salah  satu  wadah  bagi  anak  untuk  belajar  memperoleh  pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan. Oleh  karena  itu,  pengajaran  di  sekolah  adalah  salah  satu usaha  yang  bersifat  sadar,  bertujuan, sistematis dan terarah.
Di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang  Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1) ditegaskan bahwa:   Muhaimin, M.A, Konsep Pendidikan Islam,Ramadhan, Solo, 1991, hlm: 9   Kurikulum  pendidikan  dasar  dan  menengah  wajib  memuat:  pendidikan  agama,  pendidikan  kewarganegaraan,  bahasa,  matematika,  ilmu  pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni danbudaya, pendidikan  jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.

 Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah salah satu  usaha  yang  bersifat  sadar,  bertujuan,  sistematis  dan  terarah  pada  perubahan  pengetahuan,  tingkah  laku  atau  sikap  yang  sejalan  dengan  ajaran-ajaran  yang  terdapat  dalam  Islam.  Sejalan  dengan  ini,  Zakiyah  Daradjat  mengatakan  bahwa  pendidikan  agama  Islam  adalah  usaha  berupa  bimbingan  dan  asuhan  terhadap  anak  didik  agar  kelak  setelah  selesai  pendidikannya dapat  memahami  dan  mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life.
 Abdul Madjid dan Dian Andayani, dalam kesimpulannyamengatakan bahwa  pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam  rangka  mempersiapkan  peserta  didik  untuk  meyakini,  memahami,  dan  mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan  yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 Selain itu dalam buku Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Hj.
Suhairini dan H. Abdul Ghofir menyatakan bahwa pandidikan agama Islam dapat  diartikan bimbingan secara sadar oleh pendidik  terhadap perkembangan  jasmani   Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003Tentang SISDIKNAS,  Citra Umbara, Bandung,2003, hlm. 25-26.
 Zakiyah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hla. 86.
 Abdul  Madjid  dan  Dian  Andayani,  Pendidikan  Agama  Islam  Berbasis  Kompetensi:  Konsep  dan  Implementasi  Kurikulum  2004,  Remaja  Rosdakarya,  Bandung, 2004, hlm. 132.
 dan  rohani   peserta  didik  menuju  terbentuknya  keperibadian  yang  baik  dan  utama.
 Dari  beberapa  definisi  di  atas  dapat  dikemukakan  bahwa  pendidikan  agama  Islam bertujuan menciptakan manusia  yang beriman dan bertakwa kepada Allah  Swt yang berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari bagi diri pribadi, keluarga,  masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Jadi,  pada  dasarnya,  pendidikan  agama  Islam  menginginkan  peserta  didik  yang memiliki fondasi keimanan dan ketakwaan yang kuat terhadap Allah, Tuhan  Yang  Maha  Esa.  Iman  merupakan  potensi  rohani  yang  harus  diaktualisasikan  dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi yang disebut takwa.
Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam, sebagaimanadikutip oleh Abdul  Majid, dijelaskan bahwa,  Pendidikan  agama  Islam  di  sekolah/madrasah  bertujuan  untuk  menumbuhkan  dan  meningkatkan  keimanan  melalui  pemberian  dan  pemupukan  pengetahuan,  penghayatan,  serta  pengalaman  peserta  didik  tentang  agama  Islam  sehingga  menjadi  manusia  muslim yang  terus  berkembang  dalam  hal  keimanan,  ketakwaannya,  berbangsa  dan  bernegara,  serta  untuk  dapat  melanjutkan  pada  jenjang  pendidikan  yang  lebih tinggi.
 Zuhairini dan Abdul Ghafir menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama  Islam adalah meningkatkan taraf kehidupan manusia  melalui seluruh aspek yang  ada  sehingga  sampai  kepada  tujuan  yang  telah  ditetapkan  dengan  proses  tahap  demi tahap.
  Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama  Islam, UM Press, Malang: 2004, hlm. 1.
 Abdul Madjid dan Dian Andayan, Op. Cit., hlm. 135.
 Zuhairini dan Abdul Ghafir, Op.Cit, hlm. 8-9   Tahapan  pendidikan  Islam  yang  dilalui  dan  dialami  oleh  siswa  di  sekolah  dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan danpemahaman siswa terhadap  ajaran  dan  nilai-nilai  yang  terkandung  dalam  ajaran Islam,  untuk  selanjutnya  menuju pada tahapan afeksi, yakni terjadinya prosesinternalisasi ajaran dan nilainilai ajaran agama Islam, dalam arti menghayati danmeyakininya. Tahapan afeksi  ini  terkait  erat  dengan  kognisi,  dalam  arti  bahwa  penghayatan  dan  keyakinan  siswa  akan  kokoh  manakala  didasari  oleh  seperangkat pengetahun  dan  pemahamannya  terhadap  ajaran  dan  nilai-nilai  ajaran Islam.  Melalui  tahapan  afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak  untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam yang telah diinternalisasikan dalam  dirinya (tahap psikomotorik). Dengan demikian  akan  terbentuk manusia  muslim  yang beriman, dan bertakwa kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan agama Islam itu, diharapkan siswamampu mengamalkan  dalam  kehidupan  pribadinya,  sehingga  menjadi  manusia  yang  dapat  menjadi  anggota  masyarakat  yang  sanggup  mandiri,  berjuang  untuk  kepentingan  bangsa,  Negara dan agama serta mengabdi kepada Allah dan mencapai kebahagiaan dunia  akhirat.
Salah  satu  fungsi  pendidikan  adalah  memindahkan  nilai-nilai,  ilmu  dan  keterampilan  dari  generasi  tua  kepada  generasi  muda untuk  melanjutkan  dan  memelihara  identitas  masyarakat  tersebut.  Dalam  hal ini  bisa  dilalui  dengan  proses  pengajaran  dan  belajar.  Dahulu  orang  menyangka  bahwa  mengajar  sebenarnya tidak lebih dari memindahkan isi kepala seseorang guru, kalaulah ilmu  itu ada di kepala, kepada kepala seseorang atau beberapa murid. Dengan demikian   terjadilah  proses  belajar.  Dengan  kata  lain  belajar sebenarnya,  tidak  ubahnya  seperti memindahkan isi suatu keranjang kepada keranjang-keranjang lain.
 Hasan  Langgulung  menyebutkan  bahwa  dalam  pendidikan mengandung  dua  aspek,  Pertama:  Aspek mengajar dan  Kedua:  Aspek belajar. Aspek mengajar itu  hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar. Sedangkan proses belajar  berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada manusia.
 Herry  Noer  Aly  menyebutkan  istilah  yang  digunakan  untuk  menunjukkan  konsep  pendidikan  dalam  bahasa  Islam  ialah   .  proses  pembalajaran  secara  terus  menerus  sejak  lahir  melalui  pengembangan  fungsi-fungsi  pendengaran,  penglihatan dan hati. Pengertian ini digali dari firman Allah SWT:
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak  mengetahui  sesuatupun,  dan  dia  memberi  kamu  pendengaran,  penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.(Q.S. An-Nahl: 78)  Dalam  konteks  pembaharuan  pendidikan,  ada  tiga  hal  yang  perlu  disoroti,  yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas  metode pembelajaran.
  Hasan  Langgulung,  Asas-Asas  Pendidikan  Islam,  Pustaka  Al-Husana,  Jakarta,  1988, hlm. 250   Ibid., hlm. 23   Herry Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Logos Jakarta, 1999, ha. 7   Departemen  Agama  RI  Al-Qur’an  dan  Terjemah,  CV.  Toha  Putra,  Semarag,1989, ha.413.
 Dunia  pendidikan  saat  ini  menuai  berbagai  kritik  tajam  karena  ketidak  mampuannya  dalam  menanggulangi  berbagai  isi  penting dalam  kehidupan  masyarakat. Selain itu, dunia pendidikan yang dijadikan kambing hitam pada saat  masyarakat tidak mampu mencapai perubahan dalam kehidupan mereka.
Pendidikan  agama  di  sekolah  atau  madrasah,  dalam  pelaksanaannya  masih  menunjukkan permasalahan yang kurang menggembirakan. Selama ini dirasakan  adanya kesan bahwa peserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran  PAI. Dalam pembelajaran PAI model ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas  tidak  digunakan  secara  mandiri.  Model  ceramah  biasanya  sudah  divariasikan  dengan  tanya  jawab  serta  dilengkapi  dengan  pemberian  tugas.  Walaupun  demikian  penggunaan  model  ceramah  masih  lebih  dominan  dibanding  model  pembelajaran lainnya. Komunikasi yang terjadi hanyasatu arah dari guru kepada  peserta  didik.  Interaksi  diantara  sesama  peserta  didik  hampir  tidak  ada.   Guru  menjadi pusat perhatian peserta didik dan seolah-olah menjadi sumber informasi  tunggal. Kenyataan ini bertambah parah bila buku referensi  yang tersedia tidak  sebanding  dengan  jumlah  peserta  didik.   Sehingga  proses  pembelajaran  didominasi  dengan  kegiatan  mencatat.  Pada  akhirnya  guru  gagal  menciptakan  suasana dialogis dalam pembelajaran di kelas.
Dalam proses pembelajaran semacam itu peserta didikhanya berperan sebagai  penerima informasi materi pelajaran  yang diberikan  oleh guru. Sehingga peserta  didik tidak dapat berperan aktif dalam pembelajaran.  Informasi materi pelajaran  yang diperoleh dari guru lebih banyak mengandalkan  indera pendengaran. Dalam   Nurhadi,  dkk.  Pembelajaran  kontekstual  dan  penerapannya  dalam  KBK,  Universitas Negeri Malang, Malang 2004, ha. 2   situasi  itu  indera  lain  yang  dimiliki  oleh  peserta  didik  tidak  dapat  difungsikan  secara optimal. Peserta didik akan memahami pelajaran PAI hanya sebagai materi  hafalan.  Padahal  kemampuan  menghafal  merupakan  kemampuan  intelektual  paling rendah menurut taxonomi Bloom. Peserta didikmerasakan materi pelajaran  PAI  sebagai  beban  belajar  yang  menjenuhkan  bukan  sebagai  tantangan.
Kejenuhan  peserta  didik  terhadap  suatu  mata  pelajaran  akan  diikuti  dengan  turunnya  prestasi  belajar.  Indikator  dari  turunnya  presasi  belajar  itu  dapat  diketahui  dari  analisis  butir  soal,  daya  serap,  rata-rata  nilai  ulangan  harian,  dan  ulangan blok dari waktu ke waktu  Bahkan  terlalu  sering  pengajaran  dianggap  sebagai  pengalihan  (transfer)  pengetahuan  dan  keterampilan.  Pengalihan  pengetahuan  dan  keterampilan  memang  perlu.  Akan  tetapi  apabila  pengalihan  tersebut  hanya  berhasil  meneruskan  sesuatu  dari  pengajar  yang  mengetahui  kepada  peserta  didik  yang  belum  mengetahui  dan  apabila  peserta  didik  tidak  dapat  menerapkan  dalam  kehidupannya sehari-hari, maka pengajarannya itu tidak mencapai sasaran.
 Sementara itu, banyak pembelajaran  yang numpang lewat dari alam memori  siswa. Hari ini diberikan sajian guru, besok siswa  sudah lupa apalagi seminggu,  sebulan,  atau  seterusnya.  Pembelajaran  disajikan  hanya  untuk  memenuhi  waktu  yang disediakan, target yang digariskan, dan kurikulum yang dipayungkan. Dari  40  siswa  dalam  satu  kelas,  mungin  hanya  10%-nya  yang  menyimpan  sajian  pembelajaran dalam otaknya. Ujung-ujungnya, siswa dipersalahkan, dituding, dan  dicap sebagai siswa yang tidak pandai, statis, dan rendah prestasi   Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses: Gramedia, Jakarta, 1990, hlm. xix.
 Oleh  karena  itu  agar  dalam  penerapan  pendidikan  agama  dapat  mencapai  sasaran  haruslah  menggunakan  metode.  Metode  pembelajaran  mempunyai  peranan  penting  sebab  merupakan  jembatan  yang  menghubungkan  pendidkan  dengan  anak  didik  menuju  kepada  tujuan  pendidikan  Islam  yaitu  terbentuknya  kepribadian muslim. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran ini dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  yang  mendukung  pelaksanaan  pembelajaran  salah  satunya  adalah metode pembelajaran. Artinya:  Rasulullah  bersabda  ”Mudahkanlah,  janganlah  engkau  persulit,  berikanlah  kabar-kabar  yang  menggembirakan  dan  jangan  sekali-kali  engkau  memberikan kabar yang menyusahkan sehingga mereka lari dan menjauhkan diri  dari mu, saling taatlah kamu dan jangan berselisih  yang dapat merenggangkan  kamu”. (H.R. Bukhari: 2811)  Dari  hadits  tersebut  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa pendidik  dalam  menyampaikan materi dan bahan pendidikan harus benar-benar memudahkan dan  tidak  mempersulit  peserta  didik,  tentunya  harus  sesuai  dengan  kadar  dan  kemampuan  mereka.  Kita  tidak  boleh  mementingkan  materi  atau  bahan  dengan  mengorbankan  anak  didik.  Sebaliknya  kita  harus  mengusahakan  dengan  jalan  menyusun  materi  tersebut  sedemikian  rupa  sehingga  sesuai  dengan  taraf  kemampuan mereka, serta dengan gaya yang menarik  Bertolak  dari  uraian  di  atas,  usaha  untuk  mencapai  efesiensi  dan  efektifitas  kerja  dalam  rangka  mencapai  tujuan  Pendidikan  Agama Islam,  perlu   adanya  inovasi metode pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
 Oleh  karena  itu  inovasi  dalam  pendidikan  sangat  perlu.  Inovasi  merupakan  suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang  diamati  dirasakan  sebagai  suatu  yang  baru  bagi  seseorang  atau  kelompok  orang  (masyarakat).  Dalam  bukunya  Miles  yang  diterjemahkan  oleh  Wasty  Soemanto;  Inovasi  adalah  macam-macam  perubahan  genus.
 Inovasi  sebagai  perubahan  disengaja,  baru,  khusus  untuk  mencapai  tujuan-tujuan  sistem.  Hal  yang  baru  itu  dapat  berupa  hasil  invention  atau  discovery  yang  digunakan  untuk  mencapai  tujuan  tertentu  dan  diamati  sebagai  sesuatu  yang  baru  bagi  seseorang  atau  kelompok masyarakat, jadi perubahan ini direncanakan dan dikehendaki.
Yang dimaksud inovasi (pembaharuan) dalam kajian ini bukan berarti bahwa  sistem  pendidikan  yang  ada  perlu  diperbaharui  atau  sama  sekali  tidak  dapat  dipergunakan lagi, akan tetapi merubah dan memperbaiki yang rasa kurang efektif  menurut  ukuran  zaman.  Sebab  kalau  tidak  ada  pembaharuan  dalam  sistem  pendidikan, maka pendidikan akan tertinggal oleh roda zaman.
 Inovasi  (pembaharuan)  dalam  judul  skripsi  ini  difokuskan  pada  pengembangan metode pembelajaran pendidikan agama Islam.
Dalam  hal  ini  keberhasilan  seorang  guru  dalam  menyampaikan  suatu  materi  pelajaran,  banyak  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor, satu  di  antaranya  ialah  pemilihan  metode  pembelajaran  yang  tepat.  Dalam  metode  pembelajaran  pendidikan agama Islam, ada tiga unsur strategi yaitu; strategi penataan organisasi  isi  pembelajaran  PAI,  strategi  penyampaian  pembelajaran  PAI,  dan  strategi   Wasty Soemanto, Petunjuk untuk Pembinaan Pendidikan, Usaha Nasional,  Surabaya,1980, hlm:62   Martin Sardi,Mencari Identitas Pendidikan,Alumni, Bandung, 1981, hlm. 20-21   pengelolaan pembelajaran PAI.
 Karena ketepatan strategi yang digunakan, baik  berupa  metode,  pemanfaatan  sarana  dan  lain  sebagainya,  akan  membawa  efektivitas dan efesiensi kerja.
Dari  uraian  di  atas  dapat  diambil  pengertian  bahwa  untuk  mewujudkan  program  pelaksanaan  metode  pembelajaran  yang  inovatif  dan  sesuai  dengan  tujuan  pendidikan  yang  direncanakan  diperlukan  seseorang  yang  dapat  mempengaruhi,  mendorong  serta  menggerakkan  komponen-komponen  yang  ada  dalam  lembaga  pendidikan  guna  mengefektifkan  pencapaian  tujuan  pendidikan  baik di lembaga pendidikan Islam maupun pendidikan umum  Oleh  sebab  itu,  seorang  guru  dituntut  untuk  lebih  kreatif  mencoba  mengembangkan  konsep-konsep  desain  pembelajaran  dan penilaiannya,  serta  lebih  menguasai  dan  memperbaharui  metode  pembelajaran  pendidikan  agama  Islam untuk mencapai hasil yang sesuai dengan keinginan.
Selama ini kondisi rial kelemahan metode pembelajaran PAI disebabkan oleh  beberapa  factor  yaitu:  (1)  kualitas  dan  kuantitas  (kompetensi)  guru  yang  masih  rendah; (2) proses pembelajaran PAI selama ini cenderung lebih diarahkan pada  pencapaian  target  kurikulum;  (3)  pembelajaran  PAI  bukan  diarahkan  pada  pencapian dan penguasaan kompetensi, akan tetapi terfokus pada aspek  kognitif  sehingga  pembelajaran  identik  dengan  hafalan,  ceramah  dll;  (4)  alokasi  waktu  yang  tersedia  sangat  sedikit  sedangkan  muatan  materinya  sangat  padat;  (5)  terbatasnya sarana dan prasarana; (6) penilaian yang dilakukan cenderung hanya  kepada satu aspek (kognitif) saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurcholis Majid   Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, PT.Remaja Rosdakarya,  Bandung, 2002, hlm:148   yang dikutip oleh Abdul Majid, bahwa: “Kegagalan pendidikan agama disebabkan  pembelajaran Pendidikan Agama Islam lebih menitik beratkan pada hal-hal yang  bersifat formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya, (Pikiran Rakyat,30 Juni  2003). Hal senada juga disebutkan oleh Malik Fajar  menyatakan bahwa: ”Proses  belajar mengajar sampai sekarang ini lebih banyak hanya sekedar mengejar target  pencapaian kurikulum yang telah ditentukan.
 Dengan  keadaan  seperti  itu,  mendorong  penulis  ingin mengetahui  kenyataan  dengan  mengamati  secara  teliti  dan  sistematis  melalui  penelitian.  Kegiatan  ini  penulis  terapkan  di  MTs  Negeri  Turen  Malang.  Dengan mengambil  judul:  “Inovasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan  Prestasi Belajar Siswa Di MTsN Turen Malang”  Penulis  sengaja  memilih  obyek  penelitian  di  MTsN  Turen  Malang  selain  karena lembaga ini telah memiliki lab Agama juga didukung oleh para guru-guru  agama  yang  inovatif  dan  kreatif  dalam  melakukan  pembaharuan  metode  pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam, disamping itu Kepala Sekolah  MTsN  Turen  sangat  peduli  dan  antusias  terhadap  pengembangan  pembelajaran  khususnya pendidikan agama Islam 
B.      Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang penulis ungkapkan  meliputi:  1.  Bagaimana Pelaksanaan Inovasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama  Islam di MTsN Turen Malang   Abdul Majid, Op. Cit.hlm. 165   2.  Faktor apa saja  yang menjadi kendala dan penunjang  dalam pelaksanaan  Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTsN Turen Malang  3.  Bagaimana  hasil  prestasi  belajar  siswa  dengan  di  laksanakannya  Inovasi  Metode Pembelajaran PAI di MTsN Turen Malang
 C. Tujuan Penelitian 
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai  dalam penelititan ini adalah:  1.  Untuk  mendeskripsikan  pelaksanaan  Inovasi  Metode  Pembelajaran  Pendidikan  agama  Islam  di  MTsN  Turen  Malang  Dalam  Meningkatkan  Prestasi Belajar Siswa.
2.  Untuk  mendeskripsikan  faktor  apa  saja  yang  menjadi  kendala  dan  penunjang dalam pelaksanaan Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTsN  Turen Malang  3.  Untuk  mengetahui  hasil  prestasi  belajar  siswa  dengan  di  laksanakannya  Inovasi Metode Pembelajaran PAI di MTsN Turen Malang  D. Manfaat Penelitian.
1.  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan atau  masukan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan  dalam pembaharuan metodei pembelajaran pendidikan Agama Islam  2.  Hasil  dari  penelitian  ini  dapat  digunakan  sebagai  pijakan  pendidikan  Agama  Islam  dalam  pengembangan  pendidikan  Agama  Islam  khususnya  bagi tenaga pengajar   3.  Bagi  Universitas  Islam  Negeri  Malang  khususnya  Fakultas  Tarbiyah  Jurusan  Pendidikan  Agama  Islam.  Dari  hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memperkaya  khazanah  kepustakaan,  juga  dapat  dijadikan  dasar  pengembangan oleh peneliti lain yang mempunyai minat pada kajian yang  sama dan sekaligus sebagai penyelesaian tugas akhirbagi mahasiswa.
4.  Untuk  menambah  wawasan  praktis  sebagai  pengalaman  bagi  penulis  sesuai dengan disiplin ilmu yang telah penulis tekuni selama ini  E. Batasan Masalah  Dalam  penelitian  ini,  pembatasan  masalah  pada  pelaksanaan  metode  pembelajaran PAI yang inovatif, dan Faktor yang menjadi kendala dan penunjang  dalam pelaksanaan metode pembelajaran yang inovatifserta hasil prestasi belajar  siswa  di  MTsN  Turen  Malang  dengan  dilaksanakan  metode  pembelajaran  yang  inovatif, dan membatasi ruang lingkup penelitiannyadi MTsN Turen Malang  G. Sistematika Penulisan Laporan Dan Pembahasan  Agar  memperoleh  gambaran  yang  lebih  jelas  dan  menyeluruh  mengenai  pembahasan  skripsi  ini.  Maka  secara  global  penulis  merinci  dalam  sistematika  pembahasan ini sebagai berikut:  BAB I:  Merupakan  kerangka  dasar  yang  berisi  latar  belakang,  rumusan  masalah,  tujuan  penelitian,  kegunaan  penelitian,  ruang  lingkup  penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II:  Berisi tentang kajian pustaka, dengan bab  ini dapat dijadikan dasar  untuk  penyajian  dan  analisis  data  yang  ada  relevansinya  dengan  rumusan masalah   BAB III:  Metode penelitian, pada bab ini berisikantentang: desain penelitian;  pendekatan  dan  jenis  penelitian,  kehadiran  peneliti,  lokasi  penelitian,  sumber  data,  metode  pengumpulan  data,  dan  analisis  data.
BAB IV:  Berisi  tentang  laporan  hasil  penelitian  terdiri  atas  latar  belakang  obyek, penyajian dan analisis data  BAB V:  Pembahasan  hasil  penelitian  dan  analisis,  dan  merupakan  pembahasan terhadap temuan-temuan.
BAB VI:  Merupakan  bab  terakhir  yang  berisi  penutup  yang  meliputi,  kesimpulan dan saran  

Download lengkap Versi PDF


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi