BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah pemberi corak
hitam putihnya perjalanan hidup
seseorang. Oleh karenaitu, ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya
bagi semua umat, dan berlangsung seumur
hidup, semenjak dari buaian hingga ajal datang (AlHadits) life long education.
ِ
( Artinya : Belajarlah (carilah) ilmu semenjak engkau dalam buaian
(ayunan) sampai ke liang
lahat(Al-Hadits).
Pentingnya pendidikan untuk
membentuk manusia seutuhnya tidak hanya
diakui oleh dunia Islam saja, tetapi juga diakui oleh bangsa Indonesia.
Buktinya pasal 31 ayat 1 dan 2
yang berbunyi: 1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran 2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
suatu system pengajaran nasional, yang
diatur dengan undang-undang.
Secara tidak langsung kedaulatan tersebut
menempatkan pendidikan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.
Zuharini, dkk.Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,1991), hlm
1 Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomer
IV/MPR/1999 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Beserta Sususnan
Kabinet Persatuan Nasional Masa Bakti
1999-2004 (Surabaya: Arkolo) hlm,40
Zuharini,dkk Op Cit Oleh karena
itu, pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya,
sehingga diperoleh referensi dan
kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi umat
manusia, untuk membentuk aspek-aspek
dari diri manusia. Adapun aspek tersebut meliputi: aspek keilmuan, aspek ketrampilan, aspek
kesenian dan aspek keagamaan.
Dalam rangka pengembangan aspek
itulah maka dibutuhkan lembaga-lembaga
yang mampu menyalurkan dan mengarahkan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan manusia tersebut.
Lembaga-lembaga pendidikan yang
ada saat ini banyak, baik itu yang
berada dijalur pendidikan formal, non formal dan informal. Adapun
yang dimaksud dengan jalur pendidikan
formal, non formal dan informal adalah
sebagai berikut: pertama, pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Kedua, satuan pendidikan non
formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan
majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis. Ketiga, kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri.
Pada umumnya diantara
lembaga-lembaga pendidikan, pesantren lebih
tepat dijadikan tolak ukur bagi lembaga-lembaga lainnya, sebab,
pertama, pesantren tidak terlalu
membebankan masalah biaya kepada peserta didiknya, Op Cit, hlm. 2 meskipun ada sebagian pesantren yang mematok
biaya namun tidaklah terlalu besar.
Kedua, pesantren diniyah dan madrasah tersebut lebih banyak berkembang dikawasan pedesaan dibanding yang
tumbuh diperkotaan.
Ketiga, hal itu sesuai dengan tujuan utama
pesantren sewaktu didirikan pada awal
pertumbuhannya, yaitu :(a) menyiapkan santri dalam mendalami dan menguasai ilmu Agama Islam atau lebih dikenal
dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan
dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan bangsa Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas.
(b) dakwah menyebarkan Agama Islam (c)
benteng pertahanaan umat dalam bidang akhlak. Sejalan dengan hal inilah, materi yang diajarkan di
pondok pesantren semuanya terdiri dari
materi agama yang langsung digali dari kitab-kitab klasik yang berbahasa Arab. Akibat perkembangan zaman dan
tuntutannya, tujuan pondok pesantrenpun
bertambah dikarenakan peranannya yang signifikan. Tujuan itu adalah berupaya meningkatkan pengembangan
masyarakat diberbagai sertor kehidupan.
Namun sesungguhnya, tujuan terakhir adalah manifestasi dari hasil yang dicapai yaitutafaqquh fid-din.
Sebagaimana firman Allah: Abdul Munir Mulkan, Nalar Spiritual
Pendidikan, solusi Problem Filosopi
Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002) hlm.186 Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan
Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan
Perkembangan nya (Jakarta :Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003)
hlm.9 Artinya: Dan tidak sepatutnya
orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke
medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam
pengetahuan Agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya.
(At-Taubah: 122).
Selain sebagai lembaga yang
membentuk moral, pesantren juga sebagai
salah satu lembaga pendidikan yang memberikan solusi bagi para peserta didik dan orang tua dalam hal
memberikan pendidikan yang murah tetapi
tetap memiliki kualitas yang tidak kalah dengan lembaga-lembaga lain.
Pembentukan moral di pesantren
tidak bisa dipisahkan dari sumber materi
dan modal pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran di pesantren. Sumber materi yang ada di
pesantren adalah Al- Qur’an, hadits dan
kitab-kitab kuning yang merupakan karya para ulama’ terdahulu.
Kitab kuning sebagai salah satu
unsur mutlak dalam proses pembelajaran
di pondok pesantren ternyata memiliki tali kesinambungan intelektual dengan ilmu-ilmu lainnya dalam
membentuk kecerdasan, intelektualitas,
dan moralitas kesalihan (kualitas keberagaman) para santri.
Dengan mengadakan penelaahan secara mendalam
terhadap pelajaranpelajaran yang terdapat dalam kitab kuning serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, maka santriyang memiliki sosok Ulul Albab yang diharapkan dan merupakan tujuan dari
pendirian pondok pesantren.
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial (Bandung :
Mizan, 1994) hlm.51 Pembelajaran kitab
kuning sebagai wahana untuk menyalurkan dan
mengkaji karya para ulama’ dan cendekiawan muslim yangdilakukan
oleh pesantren-pesantren amatlah baik
bagi perkembangan pemikiran dan moral
para penerus Islam di kemudian hari.
Kitab kuning memang menarik,
tentu saja bukan karena warnanya kuning,
tetapi kitab itu mempunyai ciri-ciri yang melekat yang untuk memahaminya memerlukan keterampilan tertentu
dan tidak cukup hanya dengan menguasai
bahasa Arab saja. Sehingga banyak orang pandai berbahasa Arab, namun masih kesulitan
mengklarifikasikan isi dan kandungan kitabkitab kuning secara persis.
Sebaliknya tidak sedikit ulama’ yang menguasai
kitab-kitab kuning tidak dapat berbahasa Arab. Dalam buku” Pesantren
Masa Depan” dijelaskan, bahwa “ Kitab
Kuning” adalah merupakan salah satu
sarana keilmuan untuk mempelajari ajaran-ajaran Agama Islam atau
kitabkitab yang dikarang oleh ulama’ salaf.
Sehingga dalam setiap mata pelajaran selalu menggunakan literatur yang menggunakan
bahasa Arab. Oleh karena itu kitab
kuning (klasik/gundul) menjadi sangat penting dalam proses belajar mengajar dalam pondok pesantren dan dijadikan
satu-satunya silaby yang selalu
digunakan dalam setiap proses pendidikannya.
Mempelajari kitab kuning sangat
mutlak diperlukan oleh para santri
sebagai bahan acuan agar mereka dapat mengerti atau memahami isi
dan maksud yang terkandung dalam kitab
kuning tersebut. Untuk itu maka
diperlukan faktor-faktor penunjang
antara; penguasaan bahasa Arab,
Chozin nasula, Pesantren Masa Depan, Pustaka Hidayat, jakarta, 2000,
hlm.253 penguasaan ilmu alat (Nahwu dan
Sharaf) dan sebagainya. Yang kesemuanya
itu adalah sebagai bahan agar dapat sukses dalam mempelajari kitab
kuning dan dapat mengerti arti dan isi
serta maksud yang terkandung dalam kitabkitab tersebut.
Namun pembelajaran kitab kuning
tersebut akan menjadi kurang terarah dan
tepat sasaran, jika model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran tersebut tidaklahtepat,
misalnya : dalam penggunaan metode
pembelajaran yang kurang sesuai, penyusunan materi yang kurang sistematis dan minimnya alokasi waktu.
Kekurang terarahan dan kekurang
tepatan proses pembelajaran Kitab kuning
ini bisa diatasi dengan cara para pendidik, baik itu Kyai, Ustadz serta pihak-pihak yang terkait dengan proses
pembelajaran terlebih dahulu membuat
perencanan yang terkait dengan materi yang akan diajarkan kepada para peserta didik.
Peneliti tertarik meneliti
perkembangan pembelajaran yang terjadi di
pesantren, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran kitab kuning
yang merupakan salah satu ciri khas dari
pesantren.
Untuk itulah, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Pengembangan Pembelajaran Kitab Kuning” dengan mengambil lokasi penelitian di Pondok
Pesantren Mamba’ul Hikam Mantenan
Udanawu Blitar.
E. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang
telah dipaparkan diatas tersebut maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana bentuk pengembangan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam Mantenan Udanawu
Blitar ? 2. Kendala apakah yang dihadapi oleh pondok
pesantren Mamba’ul Hikam dalam
pengembangan pembelajaran kitab kuning ?
3. Upaya apakah yang dilakukan
olehpondok pesantren Mamba’ul Hikam
untuk menghadapi kendala dalam pengembangan pembelajaran kitab kuning ?
C . Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari beberapa rumusan
masalah diatas, penulis menyusun tujuan
penelitian ini supaya dapat: 1. Menggambarkan bentuk pengembangan
pembelajaran kitab kuning yang dilakukan
pondok pesantren Mamba’ul Hikam Udanawu Blitar
2. Menjelaskan hambatan-hambatan
yang dihadapi di pondok pesantren
Mamba’ul Hikam dalam pengembangan pembelajaran kitab kuning.
3. Mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan
oleh pondok pesantren Mamba’ul Hikam
dalam mengatasikendala dalam pengembangan
pembelajaran kitab kuning.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian
yang telah disebutkan diatas, penulis
membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua poin yaitu : 1.
Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini memberikan
sumbangan bagi perekembangan khazanah
keilmuan khususnya dibidang pendekatan
pembelajaran 2. Secara praktis, hasil penelitian ini
bermanfaat bagi : a. Peneliti diharapkan dapat menambah khazanah
keilmuan, wawasan dan pengalaman
sehingga jika kelak peneliti menjadi guru yang
professional.
b. Pesantren dan sekolah, diharapkan dapat
menjadi salah satu sumber rujukan dalam
melakukan pendekatan pembelajaran.
c. Kyai dan Ustadz, diharapkan dapat menjadi
salah satu sumber dalam model-model
pendekatan pembelajaran yang digunakan.
d. Peneliti yang lain, diharapkan dapat menjadi
salah satu rujukan dalam penelitian yang
dikerjakan, serta diharapkan pula dapat diteruskan agar penelitian ini menjadi lebih akurat.
E. Ruang Lingkup
Pembahasan Identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas tidak semua permasalahan tersebut diuraikan dalam pembahasan
skripsi ini, hal tersebut mengingat
terbatasnya waktu dan tenaga, oleh karena itu penulis membatasi berbagai persoalan yang erat kaitanya dengan
judul. Namun apabila ada uraian lain
yang disisipkan pada pembahasanskripsi ini hanya sebagai pelenkap untuk menjelaskan pokok permasalahan yang
berkaitan dengan judul. Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut
: 1.
Bentuk pengembangan pembelajaran kitab kuning yang dilakukan oleh pesantren Mamba’ul Hikam dari segi perencanaan dan metode pembelajaran.
2. Kendala yang dihadapi oleh pesantren Mamba’ul
Hikam dalam pengembangan pembelajaran
kitab kuning darisegi perencanaan dan
metode pembelajaran.
3. Upaya yang dilakukan oleh pesantren Mamba’ul
Hikam untuk mengatasi kendala dalam
pengembangan pembelajaran kitab kuning dari segi perencanaan dan metode pembelajaran.
F. Penegasan Istilah
Penulisan skripsi ini,
menggunakan beberapa istilah yang memiliki
peran penting bagi pembaca dalam memahami skripsi ini. Istilah-istilah tersebut dapat dii difinisikan sebagai
berikut : 1. Pengembangan adalah suatu kegiatan kegiatan
menghasilkan suatu alat atau cara yang
baru, yang selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat ataucara tersebut
terus dilakukan.
2. Pembelajaran, yaitu proses interaksi antara
pendidikan dengan peserta didik untuk
mengetahui, mendalami dan memahami sesuatu dalam proses pembelajaran yang menjadi pusatnya bukanlah
si pendidik, tetapi para peserta didik.
3. Kitab kuning, adalah karya ulama atau
Cendekian muslim yang banyak dikaji di
ponpes, yang didalamnya berisi ilmu keislaman, seperti : tafsir, aqidah, akhlak tasawuf, fikih, nahwu, sorrof,
dan balaghah serta yang lainya. Kitab
itu disebut kitab kuning kkarena dicetak diatas kertas berwarna kuning, terkadang lembarannya lepas
tidak berjilid sehingga bagian yang
diperlukan mudah diambil.
4. Pesantren, adalah lembaga pendidikan yang
bertujuan untuk menjaga menyiarkan
ajaran-ajaran Agama Islam.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam
penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut : BAB I PENDAHULUAN Membahas tentang pendahuluan yangmeliputi tentang
latar belakang, hal ini diperlukan untuk
mengetahui sesuatu yang mendasari pemilihan ntema.
Rumusan masalah, hal ini
diperlukan untuk mengetahui permasalahan yang
diteliti dengan lebih rinci. Tujuanpenelitian, hal ini diperlukan
untuk mengetahui tujuan yang hendak
dicapai. Kegunaan penilitian, hal ini
diperlukan untuk mengetahui sasaran yang diharapkan dapat
menggunakan hasil studi ini. Ruang
lingkup pembahasan, hal ini diperlukan agar
permasalahan yang dibahas tidak keluar dari tema. Penegasan judul, hal
ini diperlukan agar judul dapat dipahami
secara baik dan benar. Sistematika
pembahasan, hal ini diperlukan agarlebih mudah adalam menyusun
maupun memahami isi skripsi ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Membahas tentang kajian pustaka, yang
mengulas beberapa sub bab yaitu :
Pertama mengenai seputar pesantren. Kedua tinjauan tentang konsep pembelajaran yang meliputi: Definisi
pembelajaran, prinsip-prinsip
pembelajaran, komponen pembelajaran; Sedangkan ketiga mengenai pembelajaran kitab kuning yang meliputi :
pengertian kitab kuning, tujuan dan
fungsi pembelajaran kitab kuning, ruang lingkup pembahasan kitab kuning.
BAB III METODE PENELITIAN Membahas mengenai metode penelitian yang di
dalamnya meliputi tentang pendekatan dan
jenis penilitian, hal ini diperlukan untuk mengetahui jenis penelitian yang digunakan.
Lokasipenelitian, hal ini diperlukan untuk
mengetahui dan mengenal obyek yang dipilih sumber data, hal ini
diperlukan untuk mengetahui
sumber-sumber yang dimanfaatkan untuk memperolleh data. Teknik pengumpulan data, hal ini
diperlukan untuk mengetahui teknik dan
metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data.
BAB IV LAPORAN HASIL
PENELITIAN Membahas tentang laporan
hasil penelitian yang mencakup tentang
paparan data.
BAB V PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN Membahas tentang Analis hasil
penelitian, yang meliputi tentang
pengembangan pembelajaran kitab kuning yang dilakukan oleh pondok pesantren Mamba’ul Hikam, kendala-kendala
yang dihadapi oleh pondok pesantren
Mamba’ul Hikam serta upaya-upaya untuk mengatasinya.
BAB VI PENUTUP Membahas tentang kesimpulan dan saran yang
berisi kesimpulan, hal ini diperlukan
untuk mengetahui hasil studi secara rinci. Saran, hal ini di perlukan sebagai sumbangsih peneliti terhadap
obyek studi kasus in
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi