BAB .
PENDAHULUAN .
1.1 Latar Belakang .
Salah satu jenis tanaman
hortikultura yang sesuai di daerah dataran tinggi adalah Cabai, yang mana banyak dijumpai dan sudah cukup lama
dibudidayakan di kabupaten Semarang. Jenis tanaman
ini mempunyai prospek
yang cukup baik,
ditinjau dari segi
kemampuan produksi, tanaman ini dapat dipanen tiga sampai empat
kali dalam sebulan (Setiadi, 1986).
Untuk menyalurkan
produk hasil pertanian
agar sampai ke
tangan konsumen maka dibutuhkan kegiatan
distribusi. Menurut Soekartawi
(2001), kegiatan distribusi
adalah suatu kegiatan
yang berfungsi untuk
mengantarkan, atau menyalurkan
produk agar nantinya
dapat sampai ke
tangan konsumen. Dengan
adanya saluran distribusi
yang baik dapat
menjamin ketersediaan Cabai
yang dibutuhkan oleh
konsumen. Tanpa adanya
kegiatan distribusi, petani Cabai
akan kesulitan untuk
memasarkan produknya. Petani
dalam proses penjualannya
lebih banyak berhubungan
dengan pedagang perantara.
Jika petani pada
suatu saat misalnya
karena serangan hama atau karena
harga input yang mahal, maka petani hanya akan memproduksikan hasil dalam jumlah yang sedikit. Hal ini
berakibat volume pembelian pedagang perantara akan berkurang sehingga akan berdampak pada pola
distribusi. Pola distribusi pemasaran
Cabai yang paling penting
bagi petani adalah
pedagang perantara, yang
meliputi pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer untuk
proses distribusi, sehingga komoditas Cabai
dapat bergerak dari pihak petani
ke konsumen (Irawan,1984).
Menurut Radiosono
(1983), setiap pendistribusian bertujuan
untuk memperlancar penyaluran
hasil panen dari
petani Cabai ke
konsumen. Peningkatan produksi
pertanian akan berpengaruh
pada petani. Dalam
meningkatkan kesejahteraan, petani
sering dihadapkan pada permasalahan pengetahuan
yang masih relatif
rendah, serta pemahaman
akan pentingnya pola dan
aktifitas pendistribusian pemasaran Cabai yang nantinya akan berpengaruh pada
penerimaan petani. Dalam
pola pendistribusian pemasaran
Cabai terdapat suatu
aktifitas kegiatan sebelum proses pendistribusian berlangsung yakni
distribusi fisik. Distribusi fisik yang menjadi aktifitas kegiatan tersebut berupa penanganan pasca
panen dan sarana transportasi yang dapat berdampak pada mutu dan kualitas Cabai itu sendiri.
Persoalan
mutu dan kualitas
Cabai merupakan bagian
dari masalah pemasaran
Cabai yang tidak
dapat dipisahkan begitu
juga dengan sarana
transportasinya, karena mempunyai dampak
langsung terhadap pihak-pihak
yang terkait dalam
perdagangan Cabai. Selain
itu keberadaan lokasi
penanaman Cabai yang
terpencar-pencar dan jauh
dari pusat perekonomian yang
mengarah pada terbentuknya
pola distribusi yang
panjang, karena adanya
peran dari pedagang
perantara yang cenderung
menambah upaya perbaikan
mutu Cabai. Sementara
itu persoalan kelancaran
pemasaran sangat tergantung
pada kualitas produk
yang dihasilkan oleh petani produsen
dan juga upaya
penyempurnaan kinerja pedagang
perantara. Sehingga sistem pemasaran
itu sendiri pada
akhirnya akan memperluas
lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan serta
kualitas tingkat kesejahteraan
petani Cabai yang
memadai. Kualitas yang terbaik dapat
terlaksana apabila pemilihan
kendaraan roda dua
maupun roda empat
memberi peran penting untuk
kualitas Cabai yang akan dibawa (Ebert, 2007).
Berdasarkan uraian
yang telah disebutkan
diatas terdapat masalah
yang layak untuk diteliti diantaranya:
bagaimana pola distribusi
pemasaran Cabai yang
terbentuk di daerah penelitian dan bagaimana aktifitas distribusi fisik pada masing-masing
pola distribusi pemasaran Cabai.
1.2 Tujuan Berdasarkan
latar belakang yang
sudah dipaparkan diatas,
tujuan yang hendak
dicapai melalui penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pola distribusi pemasaran Cabai.
2. Mengetahui aktifitas distribusi fisik pada
masing-masing pola distribusi pemasaran Cabai.
1.3 Signifikansi 1. Ditinjau dari
segi ilmiah penelitian
ini diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu
dalam bidang pemasaran komoditas
pertanian.
2. Ditinjau
dari segi praktis,
hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi
informasi kepada petani maupun
pelaku bisnis akan pentingnya peran distribusi untuk memasarkan hasil
agar mendapatkan keuntungan
yang lebih besar
dengan menerapkan pola
distribusi pemasaran yang tepat dan baik.
1.4
Batasan Masalah Mengingat waktu,
biaya, dan tenaga
yang terbatas, maka
penelitian ini perlu
dibatasi permasalahannya. Sesuai
dengan tujuan penelitian
yang hendak dicapai,
untuk itu dalam penelitian ini
masalah yang diteliti
mengenai pola distribusi
pemasaran Cabai di
kabupaten Semarang. Subyek
penelitian ini adalah petani dan pedagang perantara Cabai yang ada di sekitar Bandungan
yang terdiri dari
Kecamatan Sumowono, Kecamatan
Bandungan dan Kecamatan Ambarawa. Berbagai aspek dalam penelitian ini
dibatasi sebagai berikut: Pola
distribusi pemasaran Cabai adalah jalur yang dilalui oleh produk Cabai dari
petani ke konsumen.
Pedagang perantara
merupakan peran dari
pola distribusi pemasaran
Cabai, pada dasarnya
terdapat tiga kelompok
yaitu: pedagang pengumpul,
pedagang grosir dan
pedagang pengecer.
Pedagang pengumpul adalah
perantara yang menerima hasil panen Cabai dari para petani yang selanjutnya
akan disalurkan oleh
beberapa perantara yang
lain agar komoditas
Cabai dapat sampai ke tangan konsumen.
Grosir adalah perantara yang
menjual produk ke pedagang pengecer untuk dijual kembali kepada konsumen.
Pengecer adalah perantara yang
menjual produknya langsung kepada konsumen.
Aktifitas distribusi fisik adalah menyangkut
kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik petani maupun pedagang perantara untuk menjaga mutu
dan kualitas serta memindahkan produk Cabai dari
produsen kepada konsumen.
Distribusi fisik ini
merupakan bagian dari
pola distribusi pemasaran Cabai. Distribusi fisik meliputi
penanganan pasca panen dan sarana transportasi.
Penanganan pasca
panen adalah perlakuan
sortasi dan pengemasan
yang dilakukan sebelum komoditas Cabai disalurkan.
Sarana transportasi adalah
pemilihan alat angkut yang sesuai dengan
volume komoditas Cabai yang akan
dibawa untuk disalurkan.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi