Selasa, 17 Juni 2014

Skripsi Agribisnis:ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI ORGANIK DAN ANORGANIK

 1.  PENDAHULUAN .
1.1  Latar Belakang Masalah .
Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian  Indonesia.  Selama  ini  produk  pertanian  mengandung  bahan-bahan  kimia  yang  berdampak  negatif  bagi  kesehatan  manusia.  Bahan-bahan  kimia  yang  seringkali  digunakan  oleh  seorang  petani  dalam  sistem  budidayanya  berupa  pestisida  dan  pupuk kimia sintesis hingga zat pengatur tumbuh. Penggunaan bahan-bahan kimia  dapat  memacu  perubahan  keseimbangan  ekosistem  serta  perubahan  sifat  kimia,  fisika hingga biologi lahan. Seiringnya waktu, produktifitas lahan akan mengalami  penurunan karena struktur lahan memadat. Sejalan dengan kesadaran masyarakat  mengkonsumsi  makanan  sehat  dan  keseimbangan  ekosistem,  muncul  selogan  “Back  to  Nature” yang  didukung  syarat  jaminan  produk  pertanian,  yaitu  aman  untuk dikonsumsi  (food safety attributes),memiliki kandungan nutrisi yang tinggi  (nutritional  attributes), dan  ramah  terhadap  lingkungan  (eco-labelling  attribute)  (Sutanto, 2002).

Pertanian organik merupakan budidaya yang mengandalkan bahan-bahan alami  tanpa  menggunakan  bahan  kimia  sintesis.  Tujuan  utama  dari  pertanian  organik  yaitu  menyediakan  bahan  pangan  yang  aman  bagi  kesehatan  produsen  dan  konsumennya  serta  tidak  merusak  lingkungan.  Dalam  pertanian  organik,  dituntut  lahan  yang  tidak  tercemar  oleh  bahan  kimia  namun  memiliki  aksesibilitas  yang  cukup baik, akan tetapi kesuburannya lebih rendah bila dibandingkan dengan lahan  yang  sudah  tercemar  bahan  kimia.  Konversi  lahan  pertanian  anorganik  menjadi  organik membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun (Sutanto, 2002).
Hingga  saat  ini,  pertanian  anorganik  masih  banyak  dilakukan  petani  Padi  Indonesia.  Penggunaan  pestisida  dapat  mengakibatkan  “hilangnya”  agen  pengendali hayati dari organisme pengganggu tanaman (OPT) budidaya, selain itu  dapat  meningkatkan  keresistenan  hama.  Penggunaan  pupuk  sintesis  dapat  menimbulkan  dampak  negatif  bagi  struktur  tanah,  sehingga  perakaran  tanaman  sulit menembusnya (Untung, 2007).    Hasil  produksi  pertanian  organik  mencapai  5-7%  dari  total  produk  pertanian  yang diperdagangkan di pasar internasional, sebagian besar dipenuhi negara maju  seperti  Australia,  Eropa  dan  Amerika.  Di  Asia,  pasar  produk  pertanian  organik  banyak  didominasi  Jepang,  Taiwan  dan  Hongkong.  Saat  ini  potensi  penjualan  produk  pertanian  organik  di  Indonesia  masih  sedikit,  karena  terbatas  di  kelas  menengah ke atas. Kendala yang lain adalah nilai investasi pertanian organik yang  tinggi.  Penyebabnya  diperlukan  pemilihan  lahan  yang  belum  tercemar  bahan  kimia.  Kendala  lainnya  adalah  belum  ada  kepastian  pasar  produk  pertanian  organik, sehingga petani tidak termotivasi memproduksi produk pertanian organik  (Anonim, 200 a ).
Saat  ini  pertanian  organik  modern  sudah  memasuki  pertanian  di  Indonesia,  namun  dalam  skala  kecil.  Pertanian  organik  modern  memiliki  kesamaan  dengan  pertanian  organik  pada  umumnya,  yaitu  memproduksi  bahan  pangan  yang  aman  bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Beberapa komoditas perspektif yang dapat  dikembangkan dengan pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan,  hortikultura,  perkebunan,  tanaman  rempah  dan  obat,  serta  peternakan  (Anonim, 200 a ).
Bahan  pangan  strategis  seperti  Beras,  Gula,  Jagung,  Kedelai,  Ubi  Kayu,  dan  Ikan Kering sudah mendapatkan perhatian khusus. Di negara-negara Asia termasuk  Indonesia, pangan berarti Beras. Ini menandakan Beras memegang peranan penting  sebagai bahan pangan. Diperkirakan 40-80% kebutuhan kalori masyarakat berasal  dari Beras. Beras menjadi sumber pendapatan penting bagi sebagian besar petani  kecil  Asia,  karena  diperkirakan  2/3  lahan  pertanian  di  Asia  dialokasikan  untuk  tanaman Padi (Sawit dalam Widodo dkk, 2002: 117-119).
Berdasarkan  Dispertan  Provinsi  Jawa  Tengah  tahun  2005,  produksi  Padi  di  Jawa Tengah adalah 8.424.096 ton, yang diperoleh dari luasan lahan panen sebesar  1.611.107  ha,  dimana  produktivitas  adalah  52,29  kw/ha  (Anonim,  2005  dalam Trianto, 2006: 10).
Menurut  penelitian  Hapsari di  Ngawi  tahun  2006  tentang  usahatani  Padi  organik  didapati  produksi  rata-rata  pertanian  organik  lebih  rendah  dari  pada  pertanian  anorganik  yaitu  5.472,91  kg/ha  sedangkan  pertanian  konvensional   6.399,57  kg/ha.  Pendapatan  rata-rata  pertanian  organik  sebesar  Rp  5.496.178/ha  sedangkan pertanian konvensional Rp 3.699.938/ha (Hapsari, 2006).
Dari  uraian  di  atas,  ada  hal  yang  menarik  yaitu  mengenai  pendapatan  bersih  seorang petani. Pendapatan bersih pertanian organik lebih tinggi bila dibandingkan  dengan pertanian anorganik sebab biaya yang dikeluarkan untuk pembelian saprodi  (benih,  pupuk,  pestisida,  dan  fungisida)  lebih  rendah.  Penyebabnya  pupuk,  pestisida, dan fungisida yang digunakan dalam usahatani sangat murah dan mudah  dibuat secara mandiri. Oleh karena itu biaya saprodi yang dikeluarkan hanya untuk  pembelian benih lokal.
Jika dilihat dari sisi pendapatan kotor yang dihubungkan dengan harga jual tiap  kilogram  Beras  dari  tangan  petani,  pertanian  organik  memberi  pendapatan  kotor  yang  tinggi,  harga  jualnya  mencapai  Rp  10.000,00/kg  untuk  varietas  Padi  yang  sama, dalam hal ini adalah varietas  IR-64. Berbeda dengan harga jual Padi  IR-6 yang diproduksi secara pertanian anorganik, yaitu Rp 5.900,00/kg.
Dari  uraian  latar  belakang,  terdapat  beberapa  permasalahan  yang  menarik  untuk  diteliti  diantaranya  mengenai  pendapatan  bersih  dan  kotor  pertanian  Padi  organik  dengan  anorganik,  kemudian  mengenai  perbedaan  produktivitas  Padi  pertanian organik, semi organik dan anorganik yang memiliki selisih cukup besar,  yaitu 2 ton/ha. Sehingga rumusan masalahnya adalah:  1.1.1  Bagaimana  tingkat  produktifitas  Padi  yang  dibudidayakan  secara  organik  dan anorganik.
1.1.2  Bagaimana  pendapatan  kotor  dan  pendapatan  bersih  yang  diperoleh  petani  Padi yang dibudidayakan secara organik dan anorganik.
1.2  Tujuan Penelitian  1.2.1  Mengetahui  produktifitas  Padi  yang  dibudidayakan  secara  organik  dan  anorganik.
1.2.2  Memperbandingkan  besarnya  modal  lancar,  pendapatan  kotor  dan  bersih,  dan biaya produksi yang meliputi benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja di  pertanian padi organik dan anorganik.
 1.3  Signifikansi Penelitian  Ditinjau dari segi ilmiah  Penelitian  ini  diharapkan  mampu  memperkaya  khazanah  ilmu  pengetahuan  dalam bidang Agribisnis, terutama mengenai Padi organik.
Ditinjau dari segi kepraktisan Penelitian  ini  diharapkan  mampu  memberikan  sumbangan  pemikiran  bagi  berbagai  pihak,  terutama  kepada  pihak  yang  bergerak  dalam  bidang  pertanian  organik dengan komoditas Padi.
Ditinjau dari segi ekonomi  Diharapkan  penelitian  ini  mampu  meningkatkan  roda  perekonomian  hasil  produksi Padi pertanian organik yang telah diusahakan oleh petani.
1.4  Batasan Masalah  Dalam penelitian skripsi yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya,  maka  perlu  dibatasi  permasalahan  yang  hendak  dicapai,  sehingga  ruang  lingkup  penelitian  hanya  dibatasi  untuk  mengetahui  karakteristik  dari  petani  Padi  yang  bergerak  pada  bidang  pertanian  organik  dengan  anorganik  yang  terdapat  di  Kabupaten Sragen.
Dalam  penelitian  ini,  yang  dimaksudkan  dengan  pertanian  organik  adalah  budidaya  komoditas  Padi  yang  kegiatan  usahataninya  tidak  menggunakan  bahan  kimia  sintesis  seperti  pestisida,  fungisida,  dan  pupuk  kimia  sintesis,  namun  penggunaan benih unggul maupun introduksi masih dilakukan.
Yang  dimaksudkan  dengan  pertanian  anorganik  adalah  budidaya  komoditas  Padi,  yang  kegiatan  usahataninya  menggunakan  masukan  berupa  bahan-bahan  kimia  sintesis  seperti  pestisida,  fungisida,  dan  pupuk  kimia  sintesis  serta  penggunaan benih unggul.
Kemudian  yang  dimaksudkan  dengan  usahatani  adalah  pertimbangan  antara  biaya  dan  pendapatan  melalui  pengalokasian  sumber  daya  yang  dimiliki  oleh  keluarga  petani  secara  efektif  dan  efisien.  Dalam  penelitian  ini,  komponen  usahatani  yang  diteliti  adalah  modal  lancar,  biaya  saprodi  benih,  biaya  saprodi   pupuk,  biaya  saprodi  pestisida,  biaya  tenaga  kerja,  pendapatan  kotor  dan  pendapatan bersih.
Selanjutnya  yang dimaksudkan dengan varietas benih adalah varietas-varietas  tanaman Padi yang dipilih dan dibudidayakan oleh seorang petani organik maupun  anorganik pada satu musim tanam terakhir. Varietas ini terdiri dari varietas Padi  lokal, Padi unggul maupun Padi hibrida.
Selanjutnya  yang  dimaksud  dengan  pupuk  adalah  sumber  unsur  hara  yang  berasal dari luar ekosistem lahan, terdiri dari pupuk kimia sintesis maupun pupuk  hayati yang digunakan oleh seorang petani untuk mendukung usahataninya selama  satu musim terakhir.
Kemudian  yang  dimaksudkan  dengan  pestisida  adalah  beberapa  bahan  kimia  diantaranya pestisida, fungisida maupun herbisida, baik organik maupun anorganik  yang dipilih oleh seorang petani Padi dan digunakan selama satu musim terakhir  untuk memberikan perlindungan pada tanaman.
Yang dimaksudkan dengan produktivitas adalah hasil bagi antara input dengan  output, dimana input berupa luas lahan dan output merupakan hasil produksi.
Modal  yang  dimaksud  dalam  penelitian  ini  adalah  modal  lancar  yaitu  harta  yang mampu memberikan hasil usaha berupa pendapatan, atau sejumlah dana yang  dikeluarkan  untuk  memberikan  pendapatan.  Contohnya  dapat  berupa,  benih,  pupuk, pestisida, fungisida, dan tenaga kerja.
Yang dimaksud biaya  adalah jumlah segala pengeluaran  yang dilakukan oleh  seorang petani Padi dalam pembiayaan usahataninya selama satu musim terakhir,  baik  pada  petanian  organik  maupun  anorganik.  Biaya  yang  dimaksud  dalam  penelitian ini adalah biaya untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja,  dan biaya sewa alat serta biaya sewa lahan.
Biaya  untuk  benih  adalah  pengeluaran  yang  dialokasikan  untuk  pemenuhan  benih bagi usahatani Padi organik atau anorganik.
Biaya  untuk  pupuk  adalah  pengeluaran  yang  dialokasikan  untuk  membeli  sejumlah pupuk untuk kegiatan usahatani Padi organik maupun anorganik.
Biaya untuk pestisida adalah pengeluaran  yang dialokasikan untuk pembelian  pestisida dalam kegiatan usahatani Padi organik maupun anorganik.
 Biaya untuk tenaga kerja adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh seorang  petani  untuk  membayar  tenaga  kerja  dalam  usahatani  Padi  organik  maupun  anorganik.
Pendapatan  kotor  adalah  jumlah  pemasukan  dari  usahatani  yang  dilakukan  seorang petani Padi organik maupun anorganik dalam satu musim terakhir sebelum  dikurangi dengan jumlah biaya yang dikeluarkannya.
Kemudian  yang  dimaksud  dengan  pendapatan  bersih  adalah  jumlah  dari  pendapatan  kotor  yang  dikurangi  jumlah  biaya  total  dari  usahatani  Padi  organik  maupun anorganik, dapat disebut juga sebagai keuntungan.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi