Jumat, 20 Juni 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROPINSI JAWATENGAH

BAB I .
PENDAHULUAN .
1.1. Latar Belakang Masalah .
Pada masa sekarang ini desentralisasi dipandang sebagai suatu alat kebijakan  yang efektif dalam menanganisejumlah masalah berkaitan dengan stabilitas dan  pertumbuhan ekonomi di dalam suatu negara demokrasi. Dalam MartinezVazquez dan McNab (2001) Brennan dan Buchanan (1980) menyatakan bahwa  desentralisasi dipandang sebagai upaya untuk membedakan dengan rezim  penguasa sebelumnya yang dianggap terlalu sentralistis sehingga tidak  memberikan kesempatan kepada daerah untuk berkembang. Hal itu tidak terlepas  dari kegagalan dari sejumlah birokrasi yang sentralistis dibawah rejim  pemerintahan sebelumnya di negara berkembang yang mengalami transisi  demokrasi.

Tailant (1994) menyatakan bahwa desentralisasi dipandang sebagai bentuk  pelimpahan otoritas fiskal dari pemerintahpusat kepada pemerintah daerah. Isu di  banyak negara bukan lagi apakah akan melaksanakan desentralisasi, namun  bagaimana bentuk desentralisasi yang terbaik. Hal ini menunjukkan desentralisasi  telah menjadi pilihan bagi banyak negarasebagai bagian dari kebijakan ekonomi  pemerintah.
Meski  demikian,  desentralisasi tidaklah menjamin keberhasilan suatu  pemerintahan. Peraturan dan hukum di tingkat daerah dan pusat yang berjalannya  seiring lebih mudah dikatakan daripada dilaksanakan. Begitu pula sentimen  separatisme yang seringkali membayangiupaya desentralisasi. Banyak upaya  desentralisasi di berbagai negara yang mengalami kegagalan. Sumber kegagalan  desentralisasi beragam.Namun, kegagalannya seringkali dikaitkan dengan  masalah ekonomi, yaitu ketimpangan pendapatan, sumberdaya, dan kesempatan  ekonomi di berbagai daerah. Selain itu, tidak sejalannya sistem perpajakan dan  terbelakangnya hukum yang mengatur kontrak, serta lemahnya pengakuan hak  milik (property rights) turut mendorong kegagalan itu, pada keadaan itu, sistem  fiskal dipandang sebagai sumber pemecahan masalah (Bird dan Wallich, 1994).
Kebijakan desentralisasi telah menjadi pilihan baik di negara maju maupun  negara berkembang dalam menjalankan kebijakan ekonominya (MartinezVazquezdan McNab, 2001), tidak terkecuali di Indonesia. Semangat untuk  melakukan otonomi daerah telah ditunjukkan oleh pemerintah sejak tahun 1992  dengan dikeluarkannya PP No. 45 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan otonomi  daerah dengan titik berat pada daerah tingkat II. Hal tersebut diikuti dengan  dikeluarkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No. 105 Tahun  1994 yaitu tentang penunjukan 26 daerah tingkat II sebagai proyek percontohan  otonomi daerah yang tersebar di 26 propinsi di seluruh Indonesia (Koen, et al.,  2001; xvi)  Pada  tanggal  1  Januari  2001  merupakan  awal  penerapan  kebijakan  desentralisasi fiskal di Indonesia. Kebijakan tersebut mengacu pada UU No. 22  Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 Tentang  Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Bagi Propinsi Jawa  Tengah, otonomi daerah merupakan tantangan yang tidak ringan karena otonomi  daerah yang didasari atas kesadaran bahwa peluang bagi daerah untuk  membuktikan kemandiriannya. Hal ini berarti otonomi daerah tidak dapat  dipandang sebagai sebuah kegagalan. Otonomi daerah harus diarahkan pada  keberhasilannya dengan dukungan pendanaan yang memadai melalui  perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Oleh karena itu, kebijakan  pemerintah daerah tidak dapat dipungkirilagi harus menitikberatkan pada  peningkatan kualitas pelayanan pada masyarakat. Maka melalui pengolaan  keuangan daerah, selain bertujuan untuk meningkatkan peran sertanya dalam  pembangunan, juga ditujukan bagi peningkatan mutu pelayanan kepada  masyarakat.
Salah  satu  argumen  dalam  pelaksanaan  otonomi  daerah  adalah  pemerintah  daerah harus memiliki sumber-sumber keuangan yang memadai untuk membiayai  penyelenggaraan otonominya. Kapasitas keuangan pemerintah daerah akan  menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi  pemerintahannya (Suwandi, 2000). Rendahnya kemampuan keuangan daerah akan  sering menimbulkan siklus negatif, yaiturendahnya tingkat pelayanan masyarakat  yang pada gilirannya akan mengundang campur tangan pusat, atau bahkan dapat  menyebabkan dialihkannya sebagian fungsi-fungsi pemerintah daerah ke tingkat  pemerintahan yang lebih atas.
Sebagai  konsekuensi  atas pelaksanaan UU No. 22 dan UU No. 25 Tahun  1999 adalah bahwa daerah harus mampu mengembangkan otonomi daerah secara  luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam memberdayakan masyarakat, lembaga  ekonomi, politik, hukum, serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah NKRI.
Di sisi lain kemampuan keuangan pemerintah daerah masih sangat tergantung  pada penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat. Oleh karena itu, dalam  rangka desentralisasi kepada setiap daerah dituntut untuk dapat membiayai diri  melalui sumber-sumber keuangan yang dikuasainya. Peran pemerintah daerah  dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber  penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas  pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah (Halim, 2001).
Hal  tersebut  dapat  dilihat dari Propinsi Jawa Tengah yang memilki 35  Daerah Tingkat II yang terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota memiliki  penerimaan dan pengeluaran keuangan pemerintahan yang masing-masing  berbeda antara daerah satu dengan daerahlainnya, yang mana setiap pengeluaran  pemerintah yang dilakukan berdasarkan kepemilikan pendapatan yang berupa  penerimaan dari potensi-potensi daerah, atau yang lebih dikenal dengan  Pendapatan Asli Daerah yang antara lain komponen komponennya terdiri dari  penerimaan pajak dan retribusi daerah, penerimaan laba Badan Usaha Milik  Daerah (BUMD) dan penerimaan lain-lainnya yang sah. Akan tetapi ada fakta  bahwa daerah tidak akan mampu membiayai pengeluarannya baik itu pengeluaran  rutin maupun pengeluaran pembangunan jika hanya menggandalkan dari sektor  Pendapatan Asli Daerah, oleh karena itu pemerintah pusat mengeluarkan  kebijakan untuk pemberian bantuan dalam keuangan pemerintah daerah dengan  dana perimbangan. Dana perimbangan tersebut diberikan sesuai dengan potensi  daerah masing-masing atau arti lainnyadaerah yang satu tidak sama dengan  daerah lainnya, makin besar potensi daerah tersebut maka semakin besar dana  perimbangan yang diberikan untuk melakukan pengeluarannya yang kita ketahui  berupa pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, seperti contohnya  adalah Kabupaten Cilacap yang merupakan Kota yang memiliki sumber daya  alam berupa minyak yang cukup banyak mempunyai tingkat pengeluaran  pemerintah sebesar Rp. 155.838.063.000 dengan tingkat PAD sebesar Rp.
19.278.951.000 mendapatkan dana perimbangan sebesar Rp. 129.825.315.000.
Hal tersebut kita bandingkan dengan Kabupaten Sragen yang memiliki  pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 23.317.371.000 dengan jumlah PADnya  sebesar Rp. 8.876.265.000 dan dana perimbangannya sebesar Rp. 84.922.556.000,  yang mana Kabupaten Sragen ini tidak memiliki potensi daerah yang besar atau  dalam arti lainnya tidak memilki sumber daya alam yang potensial, selain itu  jumlah penduduknya juga terpaut jauh, apabila di Kabupaten Cilacap memiliki  jumlah penduduk sebesar 1.608.488 jiwa di Kabupaten Sragen hanya sebesar  844.893 jiwa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diduga ada beberapa  faktor yang mempengaruhi nilai pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten dan Kota  di Propinsi Jawa Tengah. Beberapa variabel tersebut diduga mempunyai pengaruh  signifikan terhadap nilai pengeluaran pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut  maka penulis dalam penulisan skripsi ini memilih judul ANALISIS  PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROPINSI JAWA  TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN 2000-2002. Adapun variabel yang  digunakan dalam penelitian ini adalah Pengeluaran Pemerintah, PAD, Dana  Perimbangan dan Jumlah Penduduk.
1.2. Rumusan Masalah  Dalam pemecahan suatu masalah, mengetahui rumusan masalah merupakan  suatu langkah yang harus dilakukan, langkah tersebut sangat penting sebagai  landasan dalam menyikapi permasalahan tersebut dimasa yang akan datang, baik  untuk mengantisipasi ataupun mengendalikan. Dari latar belakang yang telah  dikemukakan di atas, dapat dikemukakan masalah, yaitu:  1.  Seberapa besar pengaruh tingkat PAD dalam menentukan besaran nilai  pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah.
2.  Seberapa besar pengaruh Dana Perimbangan dalam menentukan besaran nilai  pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah .
3.  Seberapa besar pengaruh Jumlah Penduduk dalam menentukan besaran nilai  pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah.
1.3. Tujuan Penelitian  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:  1.  Untuk menganalisa pengaruh PAD dalam menentukan besaran nilai  pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2000-2002.
2.  Untuk menganalisa pengaruh Dana Perimbangan dalam menentukan besaran  nilai pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2000-2002.
3.  Untuk menganalisa pengaruh pengaruh Jumlah Penduduk dalam menentukan  besaran nilai pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah tahun  anggaran 2000-2002.
1.4. Manfaat Penelitian  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yakni memberikan  informasi dan gambaran kepada pembaca mengenai seberapa besar pengaruh dari  variabel-fiskal dan non-fiskal, yaitu variabel PAD, Dana Perimbangan, dan  Jumlah Penduduk dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah di 29  Kabupaten dan 6 Kota di daerah Jawa Tengah pada periode Januari 2000 sampai  dengan Desember 2002, dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk  penelitian selanjutnya.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai langkah  pertimbangan bagi pemerintah daerahuntuk mengambil keputusan tentang  langkah yang diambil dalam menentukan kebijakan fiskalnya ( keuangan ). Bagi  penulis penelitian ini merupakan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang  sudah diperoleh dibanku kuliah serta sebagai prasyarat untuk mendapat gelar  Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

  

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi