Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK JIWA WIRAUSAHA PENGUSAHA DI WILAYAH KECAMATAN LOWOKWARU


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Penelitian  Perkembangan  kehidupan  masyarakat  yang  diikuti  perkembangan  kebutuhan  hidup  dan  ekonomi.  Dunia  kerja  yang  awalnya  diisi  oleh  tenaga  manusia saat ini telah beralih ke mesin-mesin industri, diberbagai jenis pekerjaan.
Pada saat ini beberapa posisi bidang kerja telah tergantikan oleh mesin, adanya  perubahan   membawa  konsekuensi  manusia  yang  tidak  memiliki  keahlian  akan  merasakan sulitnya untuk mencari lapangan kerja.
Lebih lanjut lagi dengan semakin terbukanya kerjasama antar negara yang  ditandai “era globalisasi perkonomian”  dalam semua lini kehidupan manusia saat  ini membuat persaingan antar negara-negara semakin  kompetitif. Di dunia kerja  semua negara-negara memberikan ruleyang sangat longar, sehingga komoditi dan  sumber daya bebas keluar masuk dari suatu negara. Model perekonomian seperti  ini Indonesia telah  meng-amini, yang ditandai dengan ditandatangani kesepakatan  AFTA  oleh  Indonesia.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  Indonesia  telah  siap  bersaing dengan negara-negara maju dan sedang berkembang. Di sisi lain degan  andanya  globalisasi  memberikan  masalah  atau  berdampak  “negatif  “  dalam  arti  persaingan yang sangat ketat dan tajam serta suasana yang sangat mudah meledak,  apabila SDM suatu negara dan dunia usaha bisnis tidak siap atau tidak memiliki  nilai  jual  untuk  menghadapi  tantangan  yang  akan  terjadi.  Dalam  hal  ini  pelaku      Globalisasi  perekonomian  merupakan  suatu  proses  kegiatan  ekonomi dan  perdagangan,  dimana  negara-negara  di  seluruh  dunia  menjadi  satu  kekuatan  pasaryang semakin terintegrasidengan tanpa rintangan batas teritorialNegara  (http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi)   dunia  kerja  yang  tidak  mampu  bersaing  maka  akan  tergilas  oleh  derasnya  arus  globalisai.

Indonesia  yang  berdiri  ditengah-tengah  persaingan  dunia  dengan  pasar  bebasnya, diakui atau tidak, telah terkena imbasnyabaik positif maupun dampak  negatif.  Dampak  tersebut  dapat  masuk  disemua  aspek  kehidupan  masyarakat  seperti sosial, politik, ekonomi, keamanan dan budaya. Salah satu dampak negatif  dalam bidang ekonomi, Indonesia memiliki jumlah penduduk miskin yang tinggi.
Hal ini di kuatkan dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)  Indoenesia  merilis  jumlah  angka  penduduk  miskin  (penduduk  yang  berada  di  bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta  (17,75 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskinpada pebruari 2005 yang  berjumlah 35,10 juta (15,97 persen), berarti jumlahpenduduk miskin meningkat  sebesar 3,95 juta  .  Lebih  khusus  lagi media Kompas  melaporkan bahwa  jumlah  “Sarjana  Ngangur  Melonjak”  hal  ini  diungkapakan  oleh  direktur  jendral  pendidikan Nasional  Fasli  Jalal  yang  menyebutkan  hingga  2007, jumlah sarjana  yang  mengangur  sebanyak  409.890  orang,  untuk  program  diploma  III  sebesar  179.231  dan  diploma  I  dan  II  sebesar  151.085  orang. Jadi  total  semuanya  berjumlah  740.206  orang  .  Hal  ini  dapat  disebabkan  oleh  minimnya  peluang  pekerjaan yang ada sedangkan biaya hidup yang semakin tinggi, juga globalisasi  pada  umumnya.  Belum  lagi  adanya  krisis  global  yang  melanda  Negara-negara  berkembang dan maju. Keadaan seperti ini akan memberikan dampak yang cukup  signifikan.     BPS Indonesia   Muh Yunus, Isalam dan Wirausaha Inovatif (Malang: UIN Press, 2008), hlm, 81   Bila keadaan ini dibiarkan terus menenerus akan membawa dampak yang  lebih besar, maka pemerintah secara umum harus menyiapkan alternatif solusinya  sehingga  Indonesia  mampu  bersaing  dengan  negara  dunia  dan  jumlah  angka  kaemiskinan dapat berkurang. Negara-negara yang memiliki keungulan bersaing  adalah  negara  yang  memiliki  keungulan  bersaing  yaitu  negara  yang  dapat  memberdayakan  sumber  daya  ekonomi  sumber  daya  yang  nyata,  hal  itu  semua  dapat diberdayakan jika didukung manusia-manusia yang kreatif dan inovtif  .
Demi terwujudnya harapan tersebut lembaga-lembaga pendidikan dengan  dukungan  pemerintah  harus  mendorong  setiap  lulusan  perguruan  tinggi  yang  memiliki  kemampauan  dan  ketrampilan  yang  handal  disertai  kreatifitas  dan  inovasi sehingga mampu bersaing. Adanya sumber dayamanusia yang berkualitas  dapat  digunakan  sebagai  pengembagan  ilmu  pengetahuan  juga  dapat  berfungsi  secara pribadi untuk bekerja baik di instasi pemerintah atau perusahaan swasta  yang  telah  ada.  Namun  yang  menjadi  delematis  tiap  angkatan  lulusan  yang  dikeluarkan  oleh  perguruan  tinggi  tidak  semuanya  terserap  di  dunia  kerja  atau  menciptakan lapangan pekerjaan. Fenomena seperti ini dapat disebabkan kualitas  output pendidikan  formal  yang  rendah,  juga  kemampuan  kreatifitas  dan  motivasinya masih rendah sehingga hanya lulusan pendidikan formal (perguruan  tinggi) hanya mengantungkan pada perusahan/industriuntuk merekrutnya. Bukti  keadan ini ditunjukan dengan prosentase pencarai kerja di setiap bursa kerja yang  ada pada suatu daerah. Sangatlah jelas keadaan ekonomi Indonesia masih lemah.
Dengan lapangan pekerjaan yang berbanding terbalik  dengan pencari kerja yaitu   Suryana, Kewirausahaan(Jakarta. Salemba Empat 2006), hlm.79   begitu banyaknya pelamar kerja diperusahaan atau instansi pemerintah, sedangkan  yang dibutuhakan hanya sedikit.
Menurut Depdiknas,  pada 2006/2007, jumlah  perguruantinggi  mencapai  2.638 lembaga. Angka itu meningkat dari dua tahun sebelumnya, 2004/2005, yang  baru mencapai 2.516 lembaga  Jika Indonesia setiap Universitas/ perguruan tinggi  yang ada, misalnya dirata-rata mewisuda 500 mahasiswa setiap tahunnya, berapa  lapangan  pekerjaan  yang  mesti  disiapkan  oleh  pemerintah?  Jika  mereka  semua  hanya disiapkan menjadi pencari kerja (job seeker) ketimbang pencipta lapangan  kerja  (job  creator).  Hal  ini  diperkuat  dengan  paparan  yang  diungkapkan  Dirjen  Pemuda dan Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional dari 75.3  juta pemuda Indonesia, 6,6 persen yang lulus sarjana. Dari jumlah tersebut 82%  nya bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta,sementara hanya 18% yang  berusaha  sendiri  atau  menjadi  wirausahawan  .   Keadaan  seperti  ini  sangat  delematis pada satu sisi pemerintah diwajibkan menyediakan lapangan pekerjaan  bagi setiap warganegaranya, akan tetapi secara faktual pemerintah jelas tidak akan  mungkin memenuhi kewajiban tersebut.
Sebagai  upaya  untuk  mengurangi  angka  kemiskinan  penduduk,  penganguran  “terdidik”  dan  masyarakat  pada  umumnya. Selayaknya  lembaga  pendidikan  formal  menyiapkan  formula-formula  yang  dapat  meningkatkan  kualitas  lulusan  yang  disertai   ketrampilan  dan  kreatifitas,  agar  setelah   “  Perguruan  Tinggi  di  Indonesia  Adu  Kreatif  Menuju  Puncak”  (www.mediaindonesia.com.
Selasa, 13 Mei 2008)    Gatot  Johanes  Silalahi  “Kesempatan  Wirausaha  bagi  Lulusan  Perguruan  Tinggi”(http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/usaha/2005/0108/ukm3.html .Kamis,  06/03/2008 )   menyelesaikan  jenjang  pendidikan  diperguruan  tinggi mampu  mengembangkan  ilmunya,  bersaing  di  dunia  kerja  dan  tak  kalah  penting  memiliki  jiwa  entrepreneur    mampu  menciptakan  lapangan  pekerjaan  sendiri  yang  mampu  menyerap  tenaga  kerja.  Seorang  wirausaha  adalah  profesi  yang  mulia,  hal  ini  sejalan  dengan  suri  tauladan  umat  muslim  yaitu  Nabi Muhamad  Saw,  beliau  adalah  saudagar  yang  ulet,  jujur,  memegang  amanah  .  Seorang  yang  memiliki  kepercayaan  diri,  keberanian  mengambil  resiko,  berorentasi  pada  tugas,  jiwa  kepemimpian, keorisinalan dalam hal kreativitas daninovasi merupakan karakter  yang dimiliki sorang jiwa wirausaha  . Degan keunggulan wirausaha tersebut maka  selayaknya  pendidikan  dan  pelatihan  untuk  menumbuhkan  jiwa  wirausaha  di  budayakan dan dikembangkan di lembaga pendidikan formal.
Jiwa wirausaha merupakan hal-hal yang dapat dipelajari dan dilatih maka  upaya  sinergis  lembaga  pendidikan  formal  bersama  pemerintah  harus  berupaya  untuk  meningkatkan  kemampuan  tersebut.  Faktor-faktor  yang  membentuk  jiwa  wirausaha dapat berasal dari interen dan eksteran individu seperti (Property right  PR)  kemampaun  atau  kompetensi  (Competency/ability)  ,  pendidikan  dan  pengalaman  (Locus  of  Control),  itelejensia,  usia,  pendidikan,  jenis  kelamin,  budaya  ,  lingkungan  (peluang,  inkubator,  aktivitas,  sumber daya  dan  kebijakan     Entrepreneur  adalah  orang  yang  menciptakan  kerja  bagi  orang  lain dengan  cara  mendirikan,  mengembangkan dan melembagakan perusahaan milik pribadi serta bersedia mengambil resiko  pribadi untuk menemukan peluang berusaha dan secarakreatif mengunakan potensi diri untuk  mengenali produk, mengelola, dan menentukan cara produksi, meyusun oprasi untuk pengadaan  produk  serta  mengatur  permodalan  oprasionalnya.lihat  Arman  Hakim  Nahsution  dkk,  2007.
Enterpreneurship Membangun Spirit Teknopreneurship. (Yogyakarta: penerbit Andi ), hlm. 3   Tim Multi Communications, Islamic Business Strategy For Enterpreneurship (Jakarta: Zikrul,  2007), hlm. 11   Suryana, loc. Cit, hlm. 39-42   Ibid, hlm. 14   Arman, loc. Cit, hlm.42-44   pemerintah) dan lingkungan sosial seperti keluarga,orang tua dan teman (jaringan  kelompok)  .
Dengan  seperti  itu  mahasiswa  dituntut  harus  mempunyai  rasa  kepekaan,  kemauan  (motivasi),  sensitifitas,  kreatifitas,   inovasi-inovasi  serta  berani  mengambil  resiko  dalam  menciptakan  peluang  yang  dapat  menhasilkan  nilai  manfaat  untuk  pribadi  atau  untuk  masyarakat  sekitar.  Disisi  lain  seseorangwiarausaha   lebih  Independen,  tidak  dibatasi  waktu,  tidak  diperintah  orang  lain,  tidak  terikat  dengan  aturan  dan  peluang kemajuan  dan  kemunduran  dapat  diciptakan  sendiri,  terbuka  peluang  untuk  mengembagkan  potensi  secara  penuh  sehingga  besar  kecilnya  pendapatan  yang  akan  diperoleh  juga  ditentukan  oleh sendiri.
Semakin  maju  suatu  negara  maka  akan  semakin  banyak  orang  yang  terididik  dan  banyak  pula  orang  yang  mengangur,  maka  semakin  dirasakan  pentingnya dunia wirausaha  . Dalam hal ini peraranan seseorangwirausaha akan  semakin dirasakan untuk peningkatan taraf hidup masyarak dengan semakin orang  yang berkarya. Di sisi lain adanya ini akan berimbas pada pembagunan ekonomi  secara makro. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian  dengan  Judul  “  Analisa  Faktor-Faktor  yang  Membentuk Jiwa  Wirausaha  Pengusaha di Wilayah Kecamatan Lowokwaru".
 Suryana, Op. Cit, hlm. 63   Alma,  Kewirausahaan Untuk Mahasiswa Dan Umum. (Bandung: Alfabeta. 2003), hlm.
 B.  Rumusan Masalah  Berdasarkan latar  belakang diatas  uaraian  diatas maka dapat  dirumuskan  rumusan masalah antara lain :  1.  Faktor-faktor  apa  saja  yang  menentukan  pembentukan  jiwa  wirausaha  Pengusaha di wilayah Kecamatan Lowokwaru ?  2.  Faktor  manakah  yang  paling  dominan  dalam  membentuk  jiwa  wirausaha  Pengusaha di wilayah Kecamatan Lowokwaru?  
C.  Tujuan Penelitian  Tujuan  dari  penelitian  ini,  tentunya  untuk  menjawab rumusan  masalah  yang ditentukan diatas yaitu :  1.  Untuk  mengidentifikasi  faktor  yang  mempengaruhi  pembentukan  jiwa  wirausaha pengusaha di wilayah Kecamatan Lowokwaru .
2.  Untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan  dalam membentuk jiwa  wirausaha pengusaha di wilayah Kecamatan Lowokwaru.
D.  Manfaat penelitian  Penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat kepada:  1.  Bagi Lembaga  Diharapkan  dapat  memberikan  tambahan  informasi  dan  masukan  sebagai  bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan strategis  yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia 


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi