BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan
kehidupan masyarakat yang
diikuti perkembangan kebutuhan
hidup dan ekonomi.
Dunia kerja yang
awalnya diisi oleh
tenaga manusia saat ini telah
beralih ke mesin-mesin industri, diberbagai jenis pekerjaan.
Pada saat ini beberapa posisi
bidang kerja telah tergantikan oleh mesin, adanya perubahan
membawa konsekuensi manusia
yang tidak memiliki
keahlian akan merasakan sulitnya untuk mencari lapangan
kerja.
Lebih lanjut lagi dengan semakin
terbukanya kerjasama antar negara yang ditandai
“era globalisasi perkonomian” dalam
semua lini kehidupan manusia saat ini
membuat persaingan antar negara-negara semakin
kompetitif. Di dunia kerja semua
negara-negara memberikan ruleyang sangat longar, sehingga komoditi dan sumber daya bebas keluar masuk dari suatu
negara. Model perekonomian seperti ini
Indonesia telah meng-amini, yang
ditandai dengan ditandatangani kesepakatan AFTA
oleh Indonesia. Hal
ini mengindikasikan bahwa
Indonesia telah siap bersaing
dengan negara-negara maju dan sedang berkembang. Di sisi lain degan andanya
globalisasi memberikan masalah
atau berdampak “negatif
“ dalam arti persaingan
yang sangat ketat dan tajam serta suasana yang sangat mudah meledak, apabila SDM suatu negara dan dunia usaha
bisnis tidak siap atau tidak memiliki nilai jual
untuk menghadapi tantangan
yang akan terjadi.
Dalam hal ini
pelaku Globalisasi
perekonomian merupakan suatu
proses kegiatan ekonomi dan perdagangan,
dimana negara-negara di
seluruh dunia menjadi
satu kekuatan pasaryang semakin terintegrasidengan tanpa
rintangan batas teritorialNegara (http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi)
dunia
kerja yang tidak
mampu bersaing maka
akan tergilas oleh
derasnya arus globalisai.
Indonesia yang
berdiri ditengah-tengah persaingan
dunia dengan pasar bebasnya,
diakui atau tidak, telah terkena imbasnyabaik positif maupun dampak negatif.
Dampak tersebut dapat
masuk disemua aspek
kehidupan masyarakat seperti sosial, politik, ekonomi, keamanan dan
budaya. Salah satu dampak negatif dalam
bidang ekonomi, Indonesia memiliki jumlah penduduk miskin yang tinggi.
Hal ini di kuatkan dengan data
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indoenesia
merilis jumlah angka
penduduk miskin (penduduk
yang berada di bawah
garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen). Dibandingkan dengan penduduk
miskinpada pebruari 2005 yang berjumlah
35,10 juta (15,97 persen), berarti jumlahpenduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta .
Lebih khusus lagi media Kompas melaporkan bahwa jumlah “Sarjana
Ngangur Melonjak” hal
ini diungkapakan oleh
direktur jendral pendidikan Nasional Fasli
Jalal yang menyebutkan
hingga 2007, jumlah sarjana yang
mengangur sebanyak 409.890
orang, untuk program
diploma III sebesar 179.231
dan diploma I
dan II sebesar
151.085 orang. Jadi total
semuanya berjumlah 740.206
orang . Hal
ini dapat disebabkan
oleh minimnya peluang pekerjaan yang ada sedangkan biaya hidup yang
semakin tinggi, juga globalisasi pada umumnya.
Belum lagi adanya
krisis global yang
melanda Negara-negara berkembang dan maju. Keadaan seperti ini akan
memberikan dampak yang cukup signifikan. BPS
Indonesia Muh Yunus, Isalam dan
Wirausaha Inovatif (Malang: UIN Press, 2008), hlm, 81 Bila keadaan ini dibiarkan terus menenerus
akan membawa dampak yang lebih besar,
maka pemerintah secara umum harus menyiapkan alternatif solusinya sehingga
Indonesia mampu bersaing
dengan negara dunia
dan jumlah angka kaemiskinan
dapat berkurang. Negara-negara yang memiliki keungulan bersaing adalah
negara yang memiliki
keungulan bersaing yaitu
negara yang dapat memberdayakan sumber
daya ekonomi sumber
daya yang nyata,
hal itu semua dapat
diberdayakan jika didukung manusia-manusia yang kreatif dan inovtif .
Demi terwujudnya harapan tersebut
lembaga-lembaga pendidikan dengan dukungan pemerintah
harus mendorong setiap
lulusan perguruan tinggi
yang memiliki kemampauan
dan ketrampilan yang
handal disertai kreatifitas
dan inovasi sehingga mampu
bersaing. Adanya sumber dayamanusia yang berkualitas dapat
digunakan sebagai pengembagan
ilmu pengetahuan juga
dapat berfungsi secara pribadi untuk bekerja baik di instasi
pemerintah atau perusahaan swasta yang telah
ada. Namun yang
menjadi delematis tiap
angkatan lulusan yang dikeluarkan oleh
perguruan tinggi tidak
semuanya terserap di
dunia kerja atau menciptakan
lapangan pekerjaan. Fenomena seperti ini dapat disebabkan kualitas output pendidikan formal
yang rendah, juga
kemampuan kreatifitas dan motivasinya
masih rendah sehingga hanya lulusan pendidikan formal (perguruan tinggi) hanya mengantungkan pada
perusahan/industriuntuk merekrutnya. Bukti keadan ini ditunjukan dengan prosentase
pencarai kerja di setiap bursa kerja yang ada pada suatu daerah. Sangatlah jelas keadaan
ekonomi Indonesia masih lemah.
Dengan lapangan pekerjaan yang
berbanding terbalik dengan pencari kerja
yaitu Suryana, Kewirausahaan(Jakarta.
Salemba Empat 2006), hlm.79 begitu
banyaknya pelamar kerja diperusahaan atau instansi pemerintah, sedangkan yang dibutuhakan hanya sedikit.
Menurut Depdiknas, pada 2006/2007, jumlah perguruantinggi mencapai 2.638 lembaga. Angka itu meningkat dari dua
tahun sebelumnya, 2004/2005, yang baru
mencapai 2.516 lembaga Jika Indonesia
setiap Universitas/ perguruan tinggi yang
ada, misalnya dirata-rata mewisuda 500 mahasiswa setiap tahunnya, berapa lapangan
pekerjaan yang mesti
disiapkan oleh pemerintah?
Jika mereka semua hanya
disiapkan menjadi pencari kerja (job seeker) ketimbang pencipta lapangan kerja
(job creator). Hal
ini diperkuat dengan
paparan yang diungkapkan
Dirjen Pemuda dan Pendidikan Luar
Sekolah Departemen Pendidikan Nasional dari 75.3 juta pemuda Indonesia, 6,6 persen yang lulus
sarjana. Dari jumlah tersebut 82% nya
bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta,sementara hanya 18% yang berusaha
sendiri atau menjadi
wirausahawan . Keadaan
seperti ini sangat delematis pada satu sisi pemerintah diwajibkan
menyediakan lapangan pekerjaan bagi
setiap warganegaranya, akan tetapi secara faktual pemerintah jelas tidak akan mungkin memenuhi kewajiban tersebut.
Sebagai upaya
untuk mengurangi angka
kemiskinan penduduk, penganguran
“terdidik” dan masyarakat
pada umumnya. Selayaknya lembaga pendidikan
formal menyiapkan formula-formula yang
dapat meningkatkan kualitas
lulusan yang disertai
ketrampilan dan kreatifitas,
agar setelah “
Perguruan Tinggi di
Indonesia Adu Kreatif
Menuju Puncak” (www.mediaindonesia.com.
Selasa, 13 Mei 2008) Gatot
Johanes Silalahi “Kesempatan
Wirausaha bagi Lulusan
Perguruan Tinggi”(http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/usaha/2005/0108/ukm3.html
.Kamis, 06/03/2008 ) menyelesaikan
jenjang pendidikan diperguruan
tinggi mampu mengembangkan ilmunya,
bersaing di dunia
kerja dan tak
kalah penting memiliki
jiwa entrepreneur mampu
menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri yang mampu menyerap tenaga
kerja. Seorang wirausaha
adalah profesi yang
mulia, hal ini sejalan dengan
suri tauladan umat
muslim yaitu Nabi Muhamad
Saw, beliau adalah
saudagar yang ulet,
jujur, memegang amanah
. Seorang yang
memiliki kepercayaan diri,
keberanian mengambil resiko,
berorentasi pada tugas,
jiwa kepemimpian, keorisinalan
dalam hal kreativitas daninovasi merupakan karakter yang dimiliki sorang jiwa wirausaha . Degan keunggulan wirausaha tersebut maka selayaknya
pendidikan dan pelatihan
untuk menumbuhkan jiwa
wirausaha di budayakan dan dikembangkan di lembaga
pendidikan formal.
Jiwa wirausaha merupakan hal-hal
yang dapat dipelajari dan dilatih maka upaya sinergis
lembaga pendidikan formal
bersama pemerintah harus
berupaya untuk meningkatkan
kemampuan tersebut. Faktor-faktor
yang membentuk jiwa wirausaha
dapat berasal dari interen dan eksteran individu seperti (Property right PR)
kemampaun atau kompetensi
(Competency/ability) , pendidikan
dan pengalaman (Locus
of Control), itelejensia,
usia, pendidikan, jenis
kelamin, budaya ,
lingkungan (peluang, inkubator,
aktivitas, sumber daya dan
kebijakan Entrepreneur
adalah orang yang
menciptakan kerja bagi
orang lain dengan cara
mendirikan, mengembangkan dan
melembagakan perusahaan milik pribadi serta bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha dan
secarakreatif mengunakan potensi diri untuk mengenali produk, mengelola, dan menentukan
cara produksi, meyusun oprasi untuk pengadaan produk
serta mengatur permodalan
oprasionalnya.lihat Arman Hakim
Nahsution dkk, 2007.
Enterpreneurship Membangun Spirit
Teknopreneurship. (Yogyakarta: penerbit Andi ), hlm. 3 Tim Multi Communications, Islamic Business
Strategy For Enterpreneurship (Jakarta: Zikrul, 2007), hlm. 11 Suryana, loc. Cit, hlm. 39-42 Ibid, hlm. 14 Arman, loc. Cit, hlm.42-44 pemerintah) dan lingkungan sosial seperti
keluarga,orang tua dan teman (jaringan kelompok) .
Dengan seperti
itu mahasiswa dituntut
harus mempunyai rasa
kepekaan, kemauan (motivasi),
sensitifitas, kreatifitas, inovasi-inovasi serta
berani mengambil resiko
dalam menciptakan peluang
yang dapat menhasilkan
nilai manfaat untuk
pribadi atau untuk
masyarakat sekitar. Disisi
lain seseorangwiarausaha lebih
Independen, tidak dibatasi
waktu, tidak diperintah orang
lain, tidak terikat
dengan aturan dan
peluang kemajuan dan kemunduran dapat
diciptakan sendiri, terbuka
peluang untuk mengembagkan
potensi secara penuh
sehingga besar kecilnya
pendapatan yang akan
diperoleh juga ditentukan oleh sendiri.
Semakin maju
suatu negara maka
akan semakin banyak
orang yang terididik
dan banyak pula
orang yang mengangur,
maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha . Dalam hal ini peraranan seseorangwirausaha
akan semakin dirasakan untuk peningkatan
taraf hidup masyarak dengan semakin orang yang berkarya. Di sisi lain adanya ini akan
berimbas pada pembagunan ekonomi secara
makro. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dengan
Judul “ Analisa
Faktor-Faktor yang Membentuk Jiwa Wirausaha Pengusaha di Wilayah Kecamatan Lowokwaru".
Suryana, Op. Cit, hlm. 63 Alma,
Kewirausahaan Untuk Mahasiswa Dan Umum. (Bandung: Alfabeta. 2003), hlm.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang diatas uaraian
diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah antara lain : 1. Faktor-faktor apa
saja yang menentukan
pembentukan jiwa wirausaha Pengusaha di wilayah Kecamatan Lowokwaru ? 2.
Faktor manakah yang
paling dominan dalam
membentuk jiwa wirausaha Pengusaha di wilayah Kecamatan Lowokwaru?
C. Tujuan Penelitian Tujuan
dari penelitian ini,
tentunya untuk menjawab rumusan masalah yang ditentukan diatas yaitu : 1.
Untuk mengidentifikasi faktor
yang mempengaruhi pembentukan
jiwa wirausaha pengusaha di
wilayah Kecamatan Lowokwaru .
2. Untuk mengidentifikasi faktor yang paling
dominan dalam membentuk jiwa wirausaha pengusaha di wilayah Kecamatan
Lowokwaru.
D. Manfaat penelitian Penelitian ini, diharapkan dapat memberi
manfaat kepada: 1. Bagi Lembaga Diharapkan
dapat memberikan tambahan
informasi dan masukan
sebagai bahan pertimbangan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan strategis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi