BAB I PENDAHULUAN
1.10 Latar Belakang Banyak contoh di sekitar kita membuktikan
bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak
saja, atau memiliki
gelar yang tinggi
belum tentu sukses berkiprah
di dunia pekerjaan.
Seringkali yang berpendidikan
formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil.
Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat
pada kecerdasan akal
(IQ), padahal yang
diperlukan adalah bagaimana
mengembangkan kecerdasan hati,
seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme,
kemampuan beradaptasi yang
kini telah menjadi
dasar penilaian baru.
Saat ini begitu
banyak orang yang
berpendidikan dan tampak
begitu menjanjikan, namun
kariernya mandek. Atau
lebih buruk lagi,
tersingkir akibat rendahnya
kecerdasan hati mereka.
Pendidikan Indonesia selama ini,
terlalu menekankanarti penting nilai akademik, kecerdasan
otak atau IQ
saja. Mulai dari
tingkat sekolah dasar sampai ke
bangku kuliah, jarang
sekali ditemukan pendidikan
tentang kecerdasan emosi yang
mengajarkan tentang: integritas, kejujuran, komitmen, visi,
kreatifitas, ketahanan mental,
kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan,
penguasaan diri atau
sinergi, padahal justru
inilah hal yang terpenting.
Mungkin kita bisa melihat hasil dari bentukan dan kualitas sumber daya manusia era 2000 yang patut dipertanyakan,
yang berbuntut pada krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Hal ini
ditandai dan dimulai
dengan krisis 1 moral atau
buta hati yang
terjadi dimana-mana. Meskipun
mereka memiliki pendidikan
yang sangat tinggi
dan gelar-gelar di
depan atau di
belakang namanya, mereka hanya
mengandalkan logika, namun mengabaikan suara hati yang
sebenarnya mampu memberikan
informasi-informasi maha penting untuk mencapai keberhasilan. Kemudian
terbukti, akhirnya sang suara hati itu benar,
sehingga banyak di antara mereka yang kini terperosok, dulunya adalah orang-orang
yang telah mengabaikan
suara hati yang
menjadi dasar sebuah kecerdasan emosi.
Pada awal abad kedua puluh, IQ
pernah menjadi isu besar. Kecerdasan intelektual atau
rasional adalah kecerdasan
yang digunakan untuk memecahkan masalah
logika maupun strategis.
Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukurnya, dan tes – tes
ini menjadi manusia ke dalam berbagai tingkatan
kecerdasan, yang kemudian
lebih dikenal dengan
istilah IQ (Intelligence
Quotient), yang katanya
dapat menunjukkan kemampuan mereka.
Menurut teori ini
semakin tinggi IQ
seseorang, semakin tinggi pula kecerdasannya.
Pada
pertengahan 1990-an, Daniel Goleman mempopulerkan penelitian dari
banyak neorolog dan
psikolog yang menunjukkan
bahwa kecerdasan emosional
(EQ), sama pentingnya
dengan IQ. EQ
memberikan kita rasa empati, cinta,
motivasi, dan kemampuan
untuk menanggapi kesedihan
atau kegembiraan secara
tepat. Sebagaimana yang
dinyatakan Goleman, EQ merupakan persyaratan
dasar untuk menggunakan
IQ secara efektif.
Jika Danah Zohar & Ian Marshall. Kecerdasan
Spiritual. (Bandung: Mizan. 2007). Hlm; 3 bagian-bagian otak untuk merasa telah rusak,
kita tidak dapat berpikir efektif.
Pada akhir
abad kedua puluh,
menunjukkan adanya “Q” jenis
ketiga.
Gambaran utuh
kecerdasan manusia dapat
dilengkapi dengan perbincangan mengenai
kecerdasan spiritual (SQ).
SQ yang dimaksud
adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai,
yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang
lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain.
SQ adalah landasan
yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan
EQ secara efektif.
Bahkan, SQ merupakan kecerdasan
tertinggi kita.
Meskipun
IQ merupakan faktor yang penting bagi proses pembelajaran, hal ini tidak mutlak karena tanpa adanya
keseimbangan kecerdasan emosional dan
spiritual (ESQ) akan menjadi tidak sempurna dantidak efektif. Bila EQ tinggi,
akan mampu memahami
perasaan secara mendalam
dan dapat mengenali
diri sendiri. Kemampuan
akal kita merupakan
bawaan lahir dan sebagian
besar tidak berubah, IQ hanya meramalkan prestasi kita di atas kertas sejauh
mana kita memenuhi
standar yang ditetapkan
seseorang. Sedangkan EQ
membantu kita menetapkan
standar kita sendiri,
EQ mencahayai dunia batin
kita.
ESQ
Power merupakan sinergisitas kekuatan emosi danspiritual dimana hati menjadi pusatnya dan Allah hadir di
dalamnya. Kehadiran Allah di dalam hati ini
terjadi ketika suara
hati hanya dipenuhi
oleh dzikrullah (ingatan
Ibid hlm 4 Jeane
Segal. Kepekaan Emosional. (Bandung : Kaifa,2002). Hlm;30 kepada
Allah SWT). Semakin
banyak suara hati
dzikrullah, maka semakin bersih hati dari berbagai kotoran. Sedang,
apabila hati semakin kotor, emosi semakin
tidak stabil. Apabila
hati semakin kotor,
akal pun menjadi
lemah, kacau, jahil, dan jumud.
Pendidikan agama
yang semestinya dapat
diandalkan dan diharapkan bisa memberi solusi bagi permasalahan hidup
saat ini, ternyata lebih diartikan atau dipahami
sebagai ajaran “fiqih”
tidak dipahami dan dimaknai
secara mendalam, lebih kepada
pendekatan ritual dan symbol-simbol serta pemisahan antara kehidupan dunia akhirat. Bahkan ketika
saya duduk di bangku sekolah dasar, Rukun Iman dan Rukun Islam diajarkan
kepada saya dengan cara yang sangat sederhana,
hanyalah sebentuk hafalan,
tanpa dipahami maknanya.
Padahal di
sinilah letak rahasia
pembentukan Kecerdasan Emosi
dan Spiritual.
Allah
berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 46 yaitu : Οn =s ùr & Artinya
“Maka apakah mereka
tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan
itu mereka dapat
memahami atau Muhammad Muhyidin. Manajemen ESQ Power.
(Jogjakarta: Diva Press. 2007). Hlm; 98 Ary Ginanjar
Agustian. Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual (ESQ).
(Jakarta : Arga. 2001) mempunyai
telinga yang dengan
itu mereka dapat
mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada.” Kecerdasan
manusia sangat tergantung
pada kemampuannya mengaktualisasikan intelegensi
spiritual. Sebaliknya, orang
cerdas adalah mereka yang mampu mengapresiasi kehidupan itu
sendiri, serta mencari tahu dan jawaban
atas berbagai persoalan
kehidupan. Mereka inilah
orang-orang yang berhasil
mengaktualisasikan intelegensi spiritualnya secara optimal.
Sebagai sebuah
kekuatan, ESQ Power
bisa dipergunakan dalam berbagai hal;
berbagai situasi, berbagai
kondisi, berbagai tempat,
berbagai orang, dan
berbagai umur. ESQ
(kecerdasan emosional dan spiritual)
yang terkenal adalah ESQ Power
Ary Ginanjar yang berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5
Rukun Islam. Jadi
dengan SQ manusia
bisa mengobati penyakit
dirinya sendiri, akibat krisis
multidimensi seperti krisis eksistensi
(existential crisis), krisis spiritual
dan atau krisis
makna. SQ adalah
jenis kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna
dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Oleh karena itu mengingat ESQ
sangatdibutuhkan anak dalam menghadapi
tantangan kehidupan sehari-hari, maka pendidikan ESQ haruslah dimulai
sejak dini, agar
anak bisa menjadi
manusia yang bermanfaat
dalam pengelolaan
emosi-spiritualnya baik bagi diri sendiri, keluarga, mayarakat dan sesama makhluk Allah SWT.
Suharsono.
Melejeitkan IQ, IE & IS. (Depok : Inisiasi Press,2005). Hlm; 148 Pola asuh pembimbingan yang dilakukan baik
oleh orang tua maupun guru harus
dilakukan secara kontinyu
dan berkesinambungan secara
terus menerus dan
membutuhkan kesabaran yang
tinggi, karena sebuah
proses pendidikan tidak
seperti menanam jagung
yang bisa dipanen
dalam waktu sekitar
3 bulanan. Tujuan
pendidikan adalah masa
depan anak, sebagai generasi penerus peradaban yang memberi
kemanfaatankemanusiaan.
Lembaga pendidikan yang telah
dikenal sekarang mayoritas kurikulum yang
dianutnya hanya mengarah pada kecerdasan intelektual saja. Akan tetapi ada
sekolah yang dalam
proses belajar mengajar
di sekolah tidak
hanya meningkatkan kecerdasan
spitiual, akan tetapi juga meningkatkan
kecersadan emosi dan spiritual siswa
yakni di SMA Islam Al-Ma’arif Singosari Malang.
Sekolah ini
berada di naungan
yayasan Al-Ma’arif dan
dikelilingi oleh 13 pondok pesantren,
yang mana mayoritas
siswanya berasal dari
pondok pesantren tersebut.
Salah satunya adalah
pondok pesantren Nurul
Huda dan pengasunya
adalah Hj. Ummu
Zahro kegiatannya yaitu
berkaitan dengan kejiwaan
spiritual anak. Siswa
selain sudah mendapatkan
bekal spiritual di pondok, namun
di sekolah juga
mengembangkan kecerdasan emosi
dan spiritual siswa
melalui kegiatan TPA,
Sholat berjama’ah setiap
hari senin sampai
kamis di masjid,
Istighosah, dan menyantuni
anak yatim piatu.
Sehingga dengan kegiatan ini
siswa diajarkan untuk meningkatkan kecerdasan emosi dan spitualnya, disamping meningkatkan
kecerdasan intelektualnya.
Dari segi
pendidikan SMA Islam
Al-Ma’arif Singosari juga memberikan pendidikan kecakapan hidup yang
mencakupkecakapan pribadi, kecakapan
sosial, kecakapan akademik, kecakapan vokasional secara terpadu dan merupakan bagian integral dan pendidikan
semua mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri.
Dengan demikian
ESQ Power sesungguhnya
merupakan kecerdasan akal
sekaligus kecerdasan hati,
akal dan hati
yang cerdas akan
melahirkan perbuatan yang cerdas
pula.
ESQ
Power sangatlah penting dalam membentuk pribadi
siswa yang shalih dan cerdas di sisi yang lain. Berdasarkan uraian di atas,
maka kami mencoba
untuk meneliti tentang
bagaimana pengaruh kekuatan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ
Power)terhadap siswa di SMA Islam
Al-Ma’arif Singosari Malang khususnya kelas XI semester II.
1.11 Rumusan Masalah Bertitik
tolak dari masalah
yang dikemukakan di
atas maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam
penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai
berikut: a. Bagaimanakah
deskripsi kekuatan kecerdasan
emosi dan spiritual
(ESQ Power) terhadap
siswa di SMA
Islam Al-Ma’arif Singosari
kelas XI semester II ? b.
Apakah ada pengaruh positif signifikan antara kekuatan kecerdasan emosi dan
spiritual (ESQ Power)
terhadap siswa di
SMA Islam Al-Ma’arif Singosari kelas XI semester II ? Muhammad
Muhyidin. Op.Cit. Hlm;87 1.12 Tujuan Penelitian Dengan berpijak pada permasalahan di atas maka
tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah: a. Untuk
mengetahui gambaran tentang
kekuatan kecerdasan emosional
dan spiritual (ESQ Power)
terhadap siswa di SMA Islam Al-Ma’arif Singosari khususnya kelas XI semester II.
b. Untuk
mengetahui dan memahami
pengaruh kekuatan kecerdasan emosional
dan spiritual (ESQ
Power) terhadap siswa
di SMA Islam
AlMa’arif Singosari khususnya kelas XI semester II.
1.13 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis
dalam penelitian pengaruh
kekuatan ESQ power terhadap siswa yakni sebagai berikut : Ha = Ada pengaruh yang posistif signifikan ESQ
Power terhadap siswa kelas XI semester
II pada SMA Islam Al-Ma’arif Singosari.
Ho = Tidak Ada pengaruh yang
posistif signifikan ESQ Power terhadap siswa kelas XI semester II pada SMA Islam Al-Ma’arif
Singosari.
1.14 Kegunaan Penelitian Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi dunia pendidikan
pada umumnya dan khususnya bagi : 1. Bagi sekolah Peneliti
akan memberikan masukan-masukan bagi
sekolah guna dipakai untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi