Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: PENGARUH ESQ POWER TERHADAP SISWA KELAS XI SEMESTER II DI SMA ISLAM AL-MAARIF SINGOSARI


BAB I  PENDAHULUAN  
1.10  Latar Belakang  Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki  kecerdasan  otak  saja,  atau  memiliki  gelar  yang  tinggi  belum  tentu  sukses  berkiprah  di  dunia  pekerjaan.  Seringkali  yang  berpendidikan  formal  lebih  rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan  hanya  berpusat  pada  kecerdasan  akal  (IQ),  padahal  yang  diperlukan  adalah  bagaimana  mengembangkan  kecerdasan  hati,  seperti  ketangguhan,  inisiatif,  optimisme,  kemampuan  beradaptasi  yang  kini  telah  menjadi  dasar  penilaian  baru.  Saat  ini  begitu  banyak  orang  yang  berpendidikan  dan  tampak  begitu  menjanjikan,  namun  kariernya  mandek.  Atau  lebih  buruk  lagi,  tersingkir  akibat rendahnya kecerdasan hati mereka.

Pendidikan Indonesia selama ini, terlalu menekankanarti penting nilai  akademik,  kecerdasan  otak  atau  IQ  saja.  Mulai  dari  tingkat  sekolah  dasar  sampai  ke  bangku  kuliah,  jarang  sekali  ditemukan  pendidikan  tentang  kecerdasan emosi yang mengajarkan tentang: integritas, kejujuran, komitmen,  visi,  kreatifitas,  ketahanan  mental,  kebijaksanaan, keadilan,  prinsip  kepercayaan,  penguasaan  diri  atau  sinergi,  padahal  justru  inilah  hal  yang  terpenting. Mungkin kita bisa melihat hasil dari bentukan dan kualitas sumber  daya manusia era 2000 yang patut dipertanyakan, yang berbuntut pada krisis  ekonomi  yang  berkepanjangan.  Hal  ini  ditandai  dan  dimulai  dengan  krisis  1  moral  atau  buta  hati  yang  terjadi  dimana-mana.  Meskipun  mereka  memiliki  pendidikan  yang  sangat  tinggi  dan  gelar-gelar  di  depan  atau  di  belakang  namanya, mereka hanya mengandalkan logika, namun mengabaikan suara hati  yang  sebenarnya  mampu  memberikan  informasi-informasi  maha  penting  untuk mencapai keberhasilan. Kemudian terbukti, akhirnya sang suara hati itu  benar, sehingga banyak di antara mereka yang kini terperosok, dulunya adalah  orang-orang  yang  telah  mengabaikan  suara  hati  yang  menjadi  dasar  sebuah  kecerdasan emosi.
Pada awal abad kedua puluh, IQ pernah menjadi isu besar. Kecerdasan  intelektual  atau  rasional  adalah  kecerdasan  yang  digunakan  untuk  memecahkan  masalah  logika  maupun  strategis.  Para  psikolog  menyusun  berbagai tes untuk mengukurnya, dan tes – tes ini menjadi manusia ke dalam  berbagai  tingkatan  kecerdasan,  yang  kemudian  lebih  dikenal   dengan  istilah  IQ  (Intelligence  Quotient),  yang  katanya  dapat  menunjukkan  kemampuan  mereka.  Menurut  teori  ini  semakin  tinggi  IQ  seseorang,  semakin tinggi  pula  kecerdasannya.
  Pada pertengahan 1990-an, Daniel Goleman mempopulerkan penelitian  dari  banyak  neorolog  dan  psikolog  yang  menunjukkan  bahwa  kecerdasan  emosional  (EQ),  sama  pentingnya  dengan  IQ.  EQ  memberikan  kita  rasa  empati,  cinta,  motivasi,  dan  kemampuan  untuk  menanggapi  kesedihan  atau  kegembiraan  secara  tepat.  Sebagaimana  yang  dinyatakan  Goleman,  EQ  merupakan  persyaratan   dasar  untuk  menggunakan  IQ  secara  efektif.  Jika    Danah Zohar & Ian Marshall. Kecerdasan Spiritual. (Bandung: Mizan. 2007). Hlm; 3  bagian-bagian otak untuk merasa telah rusak, kita tidak dapat berpikir efektif.
Pada  akhir  abad  kedua  puluh,  menunjukkan  adanya  “Q” jenis  ketiga.
Gambaran  utuh  kecerdasan  manusia  dapat  dilengkapi  dengan  perbincangan  mengenai  kecerdasan  spiritual  (SQ).  SQ  yang  dimaksud  adalah  kecerdasan  untuk  menghadapi  dan  memecahkan  persoalan  makna  dan nilai,  yaitu  kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan kita dalam konteks makna yang  lebih  luas  dan  kaya,  kecerdasan  untuk  menilai  bahwa tindakan  atau  jalan  hidup  seseorang  lebih  bermakna  dibandingkan  dengan  yang  lain.  SQ  adalah  landasan  yang  diperlukan  untuk  memfungsikan  IQ  dan  EQ  secara  efektif.
Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.
  Meskipun IQ merupakan faktor yang penting bagi proses pembelajaran,  hal ini tidak mutlak karena tanpa adanya keseimbangan kecerdasan emosional  dan spiritual (ESQ) akan menjadi tidak sempurna dantidak efektif. Bila EQ  tinggi,  akan  mampu  memahami  perasaan  secara  mendalam  dan  dapat  mengenali  diri  sendiri.  Kemampuan  akal  kita  merupakan  bawaan  lahir  dan  sebagian besar tidak berubah, IQ hanya meramalkan prestasi kita di atas kertas  sejauh  mana  kita  memenuhi  standar  yang  ditetapkan  seseorang.  Sedangkan  EQ  membantu  kita  menetapkan  standar  kita  sendiri,  EQ  mencahayai  dunia  batin kita.
  ESQ Power merupakan sinergisitas kekuatan emosi danspiritual dimana  hati menjadi pusatnya dan Allah hadir di dalamnya. Kehadiran Allah di dalam  hati  ini  terjadi  ketika  suara  hati  hanya  dipenuhi  oleh  dzikrullah  (ingatan      Ibid hlm 4    Jeane Segal. Kepekaan Emosional. (Bandung : Kaifa,2002). Hlm;30  kepada  Allah  SWT).  Semakin  banyak  suara  hati  dzikrullah,  maka  semakin  bersih hati dari berbagai kotoran. Sedang, apabila  hati semakin kotor, emosi  semakin  tidak  stabil.  Apabila  hati  semakin  kotor,  akal  pun  menjadi  lemah,  kacau, jahil, dan jumud.
  Pendidikan  agama  yang  semestinya  dapat  diandalkan  dan  diharapkan  bisa memberi solusi bagi permasalahan hidup saat ini, ternyata lebih diartikan  atau  dipahami  sebagai  ajaran  “fiqih”  tidak  dipahami dan  dimaknai  secara  mendalam, lebih kepada pendekatan ritual dan symbol-simbol serta pemisahan  antara kehidupan dunia akhirat. Bahkan ketika saya  duduk di bangku sekolah  dasar, Rukun Iman dan Rukun Islam diajarkan kepada saya dengan cara yang  sangat  sederhana,  hanyalah  sebentuk  hafalan,  tanpa  dipahami  maknanya.
Padahal  di  sinilah  letak  rahasia  pembentukan  Kecerdasan  Emosi  dan  Spiritual.
  Allah berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 46 yaitu : Οn =s ùr &   Artinya  “Maka  apakah  mereka  tidak  berjalan  di  muka  bumi,  lalu  mereka  mempunyai  hati  yang  dengan  itu  mereka  dapat  memahami  atau      Muhammad Muhyidin. Manajemen ESQ Power. (Jogjakarta: Diva Press. 2007). Hlm; 98    Ary  Ginanjar  Agustian.  Rahasia  Sukses  Membangun  Kecerdasan  Emosi  dan  Spiritual  (ESQ).
(Jakarta : Arga. 2001)  mempunyai  telinga  yang  dengan  itu  mereka  dapat  mendengar?  Karena  Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang  di dalam dada.”   Kecerdasan  manusia  sangat  tergantung  pada  kemampuannya  mengaktualisasikan  intelegensi  spiritual.  Sebaliknya,  orang  cerdas  adalah  mereka yang mampu mengapresiasi kehidupan itu sendiri, serta mencari tahu  dan  jawaban  atas  berbagai  persoalan  kehidupan.  Mereka  inilah  orang-orang  yang berhasil mengaktualisasikan intelegensi spiritualnya secara optimal.
  Sebagai  sebuah  kekuatan,  ESQ  Power  bisa  dipergunakan  dalam  berbagai  hal;  berbagai  situasi,  berbagai  kondisi,  berbagai  tempat,  berbagai  orang,  dan  berbagai  umur.  ESQ  (kecerdasan  emosional dan  spiritual)  yang  terkenal adalah ESQ Power Ary Ginanjar yang berdasarkan 6 Rukun Iman dan  5  Rukun  Islam.  Jadi  dengan  SQ  manusia  bisa  mengobati  penyakit  dirinya  sendiri, akibat krisis multidimensi seperti krisis  eksistensi (existential crisis),  krisis  spiritual  dan  atau  krisis  makna.  SQ  adalah  jenis  kecerdasan  untuk  menghadapi  dan  memecahkan  persoalan  makna  dan  nilai,  yaitu  kecerdasan  untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih  luas dan kaya. Oleh karena itu mengingat ESQ sangatdibutuhkan anak dalam  menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari, maka pendidikan ESQ haruslah  dimulai  sejak  dini,  agar  anak  bisa  menjadi  manusia  yang  bermanfaat  dalam  pengelolaan emosi-spiritualnya baik bagi diri sendiri, keluarga, mayarakat dan  sesama makhluk Allah SWT.
  Suharsono. Melejeitkan IQ, IE & IS. (Depok : Inisiasi Press,2005). Hlm; 148  Pola asuh pembimbingan yang dilakukan baik oleh orang tua maupun  guru  harus  dilakukan  secara  kontinyu  dan  berkesinambungan  secara  terus  menerus  dan  membutuhkan  kesabaran  yang  tinggi,  karena  sebuah  proses  pendidikan  tidak  seperti  menanam  jagung  yang  bisa  dipanen  dalam  waktu  sekitar  3  bulanan.  Tujuan  pendidikan  adalah  masa  depan  anak,  sebagai  generasi penerus peradaban yang memberi kemanfaatankemanusiaan.
Lembaga pendidikan yang telah dikenal sekarang mayoritas kurikulum  yang dianutnya hanya mengarah pada kecerdasan intelektual saja. Akan tetapi  ada  sekolah  yang  dalam  proses  belajar  mengajar  di  sekolah  tidak  hanya  meningkatkan kecerdasan spitiual, akan tetapi juga  meningkatkan kecersadan  emosi dan spiritual siswa yakni di SMA Islam Al-Ma’arif Singosari Malang.
Sekolah  ini  berada  di  naungan  yayasan  Al-Ma’arif  dan  dikelilingi  oleh  13  pondok  pesantren,  yang  mana  mayoritas  siswanya  berasal  dari  pondok  pesantren  tersebut.  Salah  satunya  adalah  pondok  pesantren  Nurul  Huda  dan  pengasunya  adalah  Hj.  Ummu  Zahro  kegiatannya  yaitu  berkaitan  dengan  kejiwaan  spiritual  anak.  Siswa  selain  sudah  mendapatkan  bekal  spiritual  di  pondok,  namun  di  sekolah  juga  mengembangkan  kecerdasan  emosi  dan  spiritual  siswa  melalui  kegiatan  TPA,  Sholat  berjama’ah  setiap  hari  senin  sampai  kamis  di  masjid,  Istighosah,  dan  menyantuni  anak  yatim  piatu.
Sehingga dengan kegiatan ini siswa diajarkan untuk meningkatkan kecerdasan  emosi dan spitualnya, disamping meningkatkan kecerdasan intelektualnya.
Dari  segi  pendidikan  SMA  Islam  Al-Ma’arif  Singosari juga  memberikan pendidikan kecakapan hidup yang mencakupkecakapan pribadi,  kecakapan sosial, kecakapan akademik, kecakapan vokasional secara terpadu  dan merupakan bagian integral dan pendidikan semua mata pelajaran, muatan  lokal dan pengembangan diri.
Dengan  demikian  ESQ  Power  sesungguhnya  merupakan  kecerdasan  akal  sekaligus  kecerdasan  hati,  akal  dan  hati  yang  cerdas  akan  melahirkan  perbuatan yang cerdas pula.
  ESQ Power sangatlah penting dalam membentuk  pribadi siswa yang shalih dan cerdas di sisi yang lain. Berdasarkan uraian di  atas,  maka  kami  mencoba  untuk  meneliti  tentang  bagaimana  pengaruh  kekuatan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ Power)terhadap siswa di SMA  Islam Al-Ma’arif Singosari Malang khususnya kelas XI semester II.
1.11  Rumusan Masalah  Bertitik  tolak  dari  masalah  yang  dikemukakan  di  atas  maka  permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, dapat dirumuskan  sebagai berikut:  a.  Bagaimanakah  deskripsi   kekuatan  kecerdasan  emosi  dan  spiritual  (ESQ  Power)  terhadap  siswa  di  SMA  Islam  Al-Ma’arif  Singosari  kelas  XI  semester II ?  b.  Apakah ada pengaruh positif signifikan antara kekuatan kecerdasan emosi  dan  spiritual  (ESQ  Power)  terhadap  siswa  di  SMA  Islam  Al-Ma’arif  Singosari kelas XI semester II ?    Muhammad Muhyidin. Op.Cit. Hlm;87  1.12  Tujuan Penelitian  Dengan berpijak pada permasalahan di atas maka tujuan yang hendak  dicapai dalam penelitian ini adalah:  a.  Untuk  mengetahui  gambaran  tentang  kekuatan  kecerdasan  emosional  dan  spiritual (ESQ Power) terhadap siswa di SMA Islam Al-Ma’arif Singosari  khususnya kelas XI semester II.
b.  Untuk  mengetahui  dan  memahami  pengaruh  kekuatan  kecerdasan  emosional  dan  spiritual  (ESQ  Power)  terhadap  siswa  di  SMA  Islam  AlMa’arif Singosari khususnya kelas XI semester II.
1.13  Hipotesis Penelitian Adapun  hipotesis  dalam  penelitian  pengaruh  kekuatan ESQ  power  terhadap siswa yakni sebagai berikut :  Ha = Ada pengaruh yang posistif signifikan ESQ Power terhadap siswa kelas  XI semester II pada SMA Islam Al-Ma’arif Singosari.
Ho = Tidak Ada pengaruh yang posistif signifikan ESQ Power terhadap siswa  kelas XI semester II pada SMA Islam Al-Ma’arif Singosari.
1.14  Kegunaan Penelitian  Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi  dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi :  1.  Bagi sekolah  Peneliti  akan  memberikan  masukan-masukan  bagi  sekolah  guna  dipakai  untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi