Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: ANALISIS KOMPETENSI GURU EKONOMI DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG RI NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Pada  masa  era  globalisasi  ini  keadaan  dunia  senantiasa  berubah  terus  menerus,  perubahan  tersebut  berlangsung  cepat,  menyeluruh,  mendalam,  dan  serba tak terduga. Cepat karena perubahan tersebut tak pernah dapat diikuti oleh  mereka  yang  turut  ikut  terlibat,  apalagi  mereka  yang  tak  pernah  terlibat.
Meyeluruh,  karena  perubahan  tersebut  menyangkut  hampir  segala  aspek  kehidupan dan sektor di dunia ini. Mendalam, karena perubahan tersebut sampai  kedetail-detail,  serta  tak  terduga,  karena  perubahan  yang  terjadi  tak  dapat  diestimasi dan diramalkan secara jitu oleh ahli ramal diberbagai bidang, biarpun  hal tersebut dilakukan dengan pendekatan apapun.
 Kaitan  dalam  perekonomian  bangsa  Indonesia  yang  saat  ini  mengalami  keterpurukan dan ketertinggalan dengan negara-negara lain, sekarang bisa dilihat  bersama-sama  dari  berbagai  berita-berita  bahwa  harga  barang-barang  naik  (terjadi  inflasi)  dan  ini  diakibatkan  kurang  mampunya  masyarakat  bangsa  Indonesia mengikuti pasar global seperti bahan bakar minyak (BBM),  jika ingin  perekonomian  bangsa  Indonesia  maju,  maka  pemerintah  harus  memperbaiki  kualitas  pendidikan  nasional  Indonesia,  karena  pendidikan  nasional  berfungsi  mengembangkan  kemampuan  dan  membentuk  watak  serta  peradaban  bangsa   Ali Imron, Kebijaksanaan Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2002) hlm 127.

 yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk  berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa  kepada  Tuhan  yang  maha  Esa,  berakhlak  mulia,  sehat,  berilmu  cakap,  kreatif,  mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
 Visi  pendidikan  nasional  adalah  mewujudkan  sistem  pendidikan  sebagai  pranata nasional yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga  mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Misi  pendidikan  nasional  adalah  :  (1)  Mengupayakan  perluasan  dan  pemerataan  kesempatan  memperoleh  pendidikan  yang  bermutu  bagi  seluruh  rakyat Indonesia; (2) Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing  di  tingkat  nasional,  regional,  dan  internasional;  (3)  Meningkatkan  relevansi  pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global; (4 ) Membantu  dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini  sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5)Membantu  dan memfasilitas pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini;  (6)  Meningkatkan  kesiapan  masukan  dan  kualitas  proses  pendidikan  untuk  mengoptimalkan  pembentukan  kepribadian  yang  bermoral;  (7)  Meningkatkan  keprofesional dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan  ilmu pengetahuan keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar  yang  bersifat  nasional  dan  global;  dan  (8)  Mendorong  peran  serta  masyarakat   Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional  Tentang Sisdiknas( Bandung : Citra Umbara) pasal 1 ayat 3.
 dalam  penyelenggaraan  pendidikan  berdasarkan  prinsip  otonomi  dlam  konteks  Negra kesatuan Republik Indonesia.
Kualitas  pendidikan  Indonesia  sekarang  ini  semua  bisa  dilihat  dari  penelitian  Indek  Pembangunan  Manusia/Human  Development  Indek  (HDI)  Indonesia  adalah  gambaran  buruknya  pengelolaan  pendidikan  kita.  Laporan  Unesco peringkat pendidikan Indonesia melorot. Human Capital/modal manusia merupakan kunci penting untuk kesuksesan suatu Negara/masyarakat. HDI kita tahun  2002  urutan  102,  tahun  2004  urutan  111,  tahun  2005  110,  tahun  2007  kemarin urutan 107. Adapun urutan Negara Asia lainya: Malaysia 63, Brunai 30,  Korsel  26,  Singapura  25,  Hongkong  21.  Sedangkan  rasio  murid-guru  (Edstats  2003)  Indonesia  merupakan  salah  satu  terendah  di  Asia  Pasifik,  rata-rata  Asia  Pasifik  Untuk  SD  31:1  SMP  25:1.  Lebih  parahnya  lagi  distribusi  di  Indonesia  penempatan guru tidak merata. Dari survei 2005 terhadap 270 SD 65% mengaku  kekurangan  guru,  sisanya  35  %  kelebihan  guru  yang  perbandinganya  pas  tidak  ada.
Gaji  guru  juga  merupakan  hal  yang  memilukan.  Data  World  Education  Indikator guru SD di Indonesia kira-kira 1/25 gaji guru Negara maju, 1/10 gaji  guru Malaysia, 1/6 gaji guru Thailand, 1/3 gaji guru Sri Langka. Kualitas guru no  14 dari 14 negara berkembang. Gaji awal guru (pertahun ) Indonesia SD $1002,  SMP  $1002,  SMA  $1042.  Di  Malaysia  SD  $9230,  SMP  13480-,  SMA  13480.
Anggaran  Pendidikan  merupakan  salah  satu  pemicu  kwalitas  pendidikan.  UUD 45  Pasal  31,  Negara  wajib  menyisihkan  20%  APBN/APBD  dan  dipertegas   dengan  UU  Sisdiknas  Nomor  20  tahun  2003,  belum  sepenuhnya  dijalankan  Negara,  tahun  2007  baru  11,8%  APBN,  tahun  2006  9,4%.  Di  Asia  Tenggara  Indonesia  terendah  kedua  dalam  hal  rasio  anggaran  Pendidikan  terhadap  pendapatan  (PDB)  di  bawah  2%  Malaysia  mendekati  10%.  Lebih  dari  80  % Anggaran  Pendidikan  kita  habis  untuk  gaji  guru,  Malaysia  hanya  50%.  Semua  Negara maju dalam hal ekonomi adalah Negara yang menempatkan Pendidikan  sebagai prioritas utama pembangunan.
Tingginya  tingkat  kemiskinan,  pengangguran,  terpuruknya  ekonomi,  dominasi  sektor  informal,  krisis  kepemimpinan,  tingginya  korupsi,  rendahnya  produktifitas,  rendahnya  jiwa  wira  usaha  di  Indonesia  semua  bermuara  dipendidikan.  Sistem  pendidikan  kita  bukan  hanya  buruk  mencetak  SDM  yang  ulet tapi juga gagal mencetak manusia yang memiliki etika dan moral yang baik.
Selama  pendidikan  di  abaikan  maka  bangsa  ini  akan  terus  dipandang  sebelah  mata dan dilecehkan, diperbudak dan dikendalikan oleh negasa asing.
 Selain itu  dilihat  dari  kepribadian  perilaku  pelajar  kita,  tidak  sedikit  dari mereka  yang  tawuran  antar  sekolah  atau  antar  perguruan  tinggi,  penyalahgunaan  narkoba,  pergaulan  bebas,  ataupun  perilaku  mereka  yang  sudah  tergolong  dalam  tindak  kriminal.  Seperti  geng  motor  yang  kebanyakan  anggotanya  masih  berstatus  pelajar.
 Dalam  berbagai  permasalahan  ini  semuanya  di  akibatkan  oleh  lemah  dan  kurang  berkembangnya  pendidikan  di  negara  Indonesia.  Untuk  memperbaiki   Karni, Unas 2008 Vs Mutu Pendidikan, (http : www.google.com., diakses 21 Mei 2008)   Neneng Hermawati, Wajah Buruk Pendidikan Indonesia(http : www.google.com., diakses 21 April  2008)   pendidikan   yang  lebih  baik,  perlu  sistem  pendidikan  yang  baik  karena  pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar  dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi  dirinaya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  ketrampilan  dirinya,  masyarakat,  bangsa dan negara.
 Dalam kaitannya dengan pendidikan Tilaar mengemukakan :  ”Bahwa  pendidikan  nasional  dewasa  ini  sedang  dihadapkan  pada  empat  krisis  pokok,  yang  berkaitan  dengan  kualitas,  relevansi  atau  efensiasi  ekstertnal,  elitisme dan manajemen. Lebih lanjut dikemukakan sedikitnya ada enam masalah  pokok  sistem  pendidikan  nasional,  yaitu  :  (1)  menurunnya  akhlak  dan  moral  peserta didik, (2) pemerataan kesempatan belajar, (3) masih rendahnya efisiensi  internal  sistem  pendidikan  (4)  status  kelembagaan  (5)  manajemen  pendidikan  yang  tidak  sejalan  dengan  pembangunan  nasional,  dan  (6)  sumber  daya  belum  profesioanal”.
 Dari  situ  bisa  dilihat  bahwa  jika  menginginkan  pendidikan  yang  baik,  akhlak  dan  moral  peserta  didik  harus baik, pemerataan  kesempatan  kerja  harus  ada,  perlu  ditingkatkannya  efisiensi  internal  sistem  pendidikan,  perlu  diperbaikinya  status  kelembagaan,  perlu  diperbaikinya  manajemen  pendidikan,  dan  diperbaikinya  sumber  daya  keprofesionalannya.  Dalam  hal  itu  semua,  sebagai  acuan  pendidikan  terutama  adalah  harus  memiliki  guru  yang  berkompenten,  Karena  guru  adalah  pendidik  profesional  dengan  tugas  utama  mendidik,  mengajar,  membimbing,  mengarahkan,  melatih,  menilai,  dan   Undang-U ndang RI, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tentang  Sisdiknas( Bandung : Citra Umbara) pasal 1 ayat 1.
 Mulyasa,  Kurikulum Berbasis Kompetensi,( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002,) hlm.4   mengevaluasi  peserta  didik  pada  pendidikan  anak  usia  dini  jalur  pendidikan  formal,  pendidikan  dasar,  dan  pendidikan  menengah.  Tetapi  juga  ada  yang  mengartikan guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab  terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasilak,  baik  di sekolah maupun luar sekolah.
 .
Guru  yang  baik  adalah  memiliki  kompetensi  (kompetensi  adalah  seperangkat  pengetahuan,  keterampilan,  dan  perilaku  yang  harus  dimiliki,  dihayati,  dan  dikuasai  oleh  guru  atau  dosen  dalam  melaksanakan  tugas  keprofesionalan  ).  Dari  itu  pemerintah  mengadakan  sertifikasi  para  guru,  agar  guru  benar-benar  berkompeten.  Tetapi  dalam  sertifikasi  guru  di  temukan  dokumen palsu agar bisa lolos sertifikasi, ini bisa di lihat pada  kasus sertifikasi  Universitas  Negeri  Yogyakatra  (UNY)  wilayah  Jateng  dan  DIJ  menemukan  dokumen palsu yang disertakan guru agar bisa lolos sertifikasi. Dan dokumen itu  berupa piagam penghargaan," ungkap pembantu Rektor I UNY Rochmat Wahab  di sela-sela acara sosialisasi sertifikasi di dinas pendidikan kota Jogjakarta, yang  diikuti para guru SMP, SMA, dan SMK di Jogjakarta  Selain itu juga terjadi pada seleksi sertifikasi tahun 2008 di Kota  Malang,  sedikitnya enam peserta calon peserta terpakas dicoret karena terbukti melanggar  aturan.  Lima  diantaranya  memanipulasi  data,  sementara  satu  calon  lain  sedang  berurusan dengan kepolisian karena berkasus. Kabar tak sedap itu diungkapkan  Kasi  fungsional  diknas  kota  Malang  S.  Ratnawati  dalam  sosialisasi  program   Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hlm 31.
 Ketentuan Umum, Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan DosenNo 14 tahun 2005  pasal 1 ayat1, 2006, hlm 3.
 "Ditemukan Dokumen Palsu" Jawa Pos, Jumat 14 September 2007, hlm 11.
 sertifikasi kuota 2008 di aula SMKN 2. Meski dari sisi jumlah bermasalah sangat  sedikit dibanding jatah kota malang yang mencapai 1.180 orang tapi masalah itu  sangat mengganggu. Salah satunya mengacaukan nomor urut sertifikasi.
 Pada  dasarnya  guru  adalah  panutan,  tetapi  seperti  kasus  pemalsuan  dokumen apakah juga mencerminkan sikap guru ? yang sebagai contoh peserta  didik dan masyarakat. Memang lambat laun persaingan sangatlah ketat dan dalam  persaingan  diperlukan  sumber  daya  manusia  (SDM)  yang  unggul,  untuk  kemajuan  dalam  segala  bidang.  Dan  dalam  mencetak  sumber  daya  manusia  (SDM) yang unggul diperlukan juga guru yang kompeten, maka oleh sebab itu  pmerintah bangsa Indonesia membuat kebijakan-kebijakan salah satunya adalah  Undang-Undang Guru dan Dosen karena menimbang :  1.  Bahwa   pembangunan  nasional  dalam  bidang  pendidikan  adalah  upaya  mencerdaskan  kehidupan  bangsa  dan  meningkatkan  kualitas  manusia  Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakakhlak mulia serta mengetahui  ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang  maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan pancasila dan undang-undang  dasar Negara republik Indonesia tahun 1945.
2.  Bahwa  untuk  menjamin  perluasan  dan  pemerataan  akses,peningkatan  mutu  dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan  yang  mampu  menghadapi  tantangan  sesuai  dengan  tuntutan  perubahan  kehidupan  lokal,  nasional,  dan  global  perlu  dilakukanpemberdayaan  dan   "Seleksi Sertifikasi Tercoreng" Radar Malang,  Jumat 9 Mei 2008, hlm 34.
 peningkatan  mutu  guru  dan  dosen  secara  terencana,  terarah,  dan  berkesinambungan.
3.  Bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat  strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan sebagaimana  dimaksud pada pertama, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang  bermartabat  4.  Bahwa  berdasarkan  pertimbangan  sebagaimana  dimaksud  pada  pertama,  kedua dan ketiga perlu dibentuk Undang-Undang tentang Guru dan Dosen.
 Menurut Undang-Undang tentang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 Pasal  10,  guru  harus  memiliki  4  kompetensi  yaitu:  (1)  kompetensi  pedagogik,  (2)  kompetensi  kepribadian,  (3)  kompetensi  sosial,  dan  (4)  kompetensi  profesional  yang diperoleh melalui pendidikan profesi  Dan  yang  dimaksud  dengan  kompentensi  padagogik  adalah  kemampuan  mengelola  pembelajaran  peserta  didik;  kompentensi  kepribadian  adalah  kemampuan  kepribadian  yang  mantap,  berakhlak  mulia,  arif  dan  berwibawa,  serta menjadi teladan peserta didik, kompentensi profesional adalah kemampuan  penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, sedangkan kompentensi  sosial  adalah  kemampuan  guru  untuk  berkomunakasi  dan  berinteraksi  secara  efektif  dan  efisien  dengan  peserta  didik,  sesama  guru,  orang  tua/wali  peserta  didik, dan masyarakat sekitar.
Tetapi setelah semua guru Indonesia diteliti dan termuat dalam berita dari  dunia  pendidikan  yang  menggetarkan  para  pengguna  pendidikan:  Pertama,  Undang-Undang Republik Indonesia Guru dan Dosen., op cit..    hampir  separuh  dari  lebih  kurang  2,6  juta  guru  di  Indonesia  tidak  memiliki  kompetensi  yang  layak  untuk  mengajar.  Katakan  saja,  kualifikasi  dan  kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar di sekolah. Dari sini kemudian  diklarifikasi  lagi, guru yang tidak layak mengajar atau menjadi guru berjumlah  912.505,  terdiri  dari  605.217  guru  SD,  167.643  guru  SMP,  75.684  guru  SMA,  guru  63.962  guru  SMK.  Kedua,  tercatat  15  persen  guru  mengajar  tidak  sesuai  dengan  keahlian  yang  dipunyainya  atau  bidangnya.  Dengan  kondisi,  berapa  banyak  peserta  didik  yang  mengenyam  pendidikan  dari  guru-guru  tersebut  ?  Berapa banyak yang dirugikan ?. Keempat, fakta lain, menunjukkan bahwa mutu  guru di Indonesia masih jauh dari memadai. Berdasarkan statistik 60% guru SD,  40% guru SLTP, 43% SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di  jenjang  masing-masing.  Selain  itu  17.2%  guru  atau  setara  dengan  69.477  guru  mengajar  bukan  bidang  studinya.  Bila  SDM  guru  kita,  dibandingkan  dengan  negara-negara  lain,  maka  kualitas  SDM  guru  kita  berada  pada  urutan  109  dari  179 negara. Apabila data ini valid, maka cukup mencengankan kita yang bergelut  dalam dunia pendidikan selama ini.
 Selain  dari  Undang-Undang  tentang  Guru  dan  Dosen  pemerintah  juga  membuat  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  20  Tahun  2003  Tentang  Sistem Pendidikan Nasional Tentang Sisdiknas, Peraturan Mendiknas Nomor  tahun  2005  tentang  buku  teks  pelajaran   dan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  19  tahun  2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan  dan  undang-undang  itu  semuanya untuk melengkapi Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang   Hujair AH. Sanaky, Kompetensi Dan Sertifikasi Guru ”Sebuah Pemikiran”  (http://www.sanaky.com/materi/Kompetensi-Sertifikasi%20guru.pdf, diakses 21 April 2008)   Guru  dan  Dosen,  dan  dari  semua  undang-Undang  tersebut  intinya  adalah  memperbaiki  kualitas  pendidikan  di  Indonesia,  dan  dalam  membuat  UndangUndang tentang Guru dan Dosen tentu tidak membutuhkan dana yang sedikit.
Sebenarnya  kita  sungguh  beruntung  dengan  lahirnya  Undang-Undang  tentang Guru dan Dosen. Karena salah satu upaya dari Undang-Undang tersebut ialah  meningkatkan  kualitas  hidup  ekonomi  para  guru,   itu  bisa  dilihat  dalam  Undang-Undang  tentang  Guru  dan  Dosen  pasal  14,  15,  16,  17,  18,  19,  dan  20  yang isinya pada intinya adalah hak dan kewajiban para guru agar kesejahteraan  ekonomi guru bisa meningkat.
Yang  perlu  dipertanyakan  adalah  apakah  standar  kompetensi  guru  dalam  Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen benar-benar  dilaksanakan oleh para guru dan dosen ? itu menjadi pertanyaan tersendiribagi  peneliti.
Maka dari berbagai permasalahan pada guru, Peneliti ingin menelitiGuru  dengan  judul  "Analisis  Kompetensi  Guru  Ekonomi  Dalam  Perspektif  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru  Dan Dosen"(Studi Kasus di MAN 2 Kediri).
 A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006) hlm 167.
 B. Fokus Masalah  Dari latar belakang di atas maka fokus masalah penelitian ini :  1.  Bagaimanakah  kompetensi  guru  ekonomi  MAN  II  Kediri  dalam  perspektif Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen ?  2. Apakah kompetensi guru ekonomi MAN II Kediri sudah sesuai dalam pespektif  Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ?  3. Apakah upaya yang dilakukan guru ekonomi MAN II Kediri untuk meningkatkan  kompetensi dalam perspektif Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang  Guru dan Dosen ?  
C. Tujuan Masalah   Berdasarkan fokus masalah di atas, maka dalam penelitian ini bertujuan :  1.  Untuk  mengetahui  kompetensi  guru  ekonomi  MAN  II  Kediri  dalam   perspektif  Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen  2. Untuk mengetahui kompetensi guru ekonomi MAN II Kediri apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen  3. Untuk mengetahui upaya apakah yang dilakukan guru ekonomi MAN II Kediri  untuk meningkatkan kompetensi dalam perspektif Undang RI Nomor 14 Tahun  2005 tentang Guru dan Dosen 


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi