BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Era
milenium ketiga yang
penuh dengan arus
informasi yang semakin berkembang
pesat, Era ini
di tunjang oleh
teknologi transportasi dan telekomunikasi
yang serba canggih, sehingga hubungan antar manusia dalam berbagai
tempat dan keadaan
dapat berlangsung dengan
sangat cepat.
Kompetisi, kecepatan dan
keunggulan menjadi doktrinyang sangat dominan pada era ini. Pada era tersebut arus barang dan
jasa juga tenaga ahli akan melintasi batas negara tanpa hambatan. Era tersebut
kualitasSumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan
penting dan menentukan
guna memacu pertumbuhan berbagai
bidang. Untuk itu
maka penekanan yang
sangat kuat terhadap peningkatan
kualitas SDM menunjukkan
komitmen bangsa yang
sangat besar untuk
mengejar keunggulan dalam
era persaingan global.
Dalam era persaingan global, SDM yang berkualitas adalah
mereka yang mampu menguasai suatu bidang
keahlian dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi,
mampu melaksanakan pekerjaan
secara profesional, serta
mampu menghasilkan karya-karya unggul yang dapat bersaing di
dunia.
Penguasaan terhadap
berbagai cabang ketrampilan
dan keahlian yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mutlak diperlukan dalam rangka menggerakkan
berbagai sektor industri dalam rangka meningkatkan
nilai tambah dan
produktivitas nasional yang
berkelanjutan.
1 Disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja
sertaditopang dengan pendidikan yang tinggi
merupakan indikator sumber daya manusia berkualitas tinggi yang amat menentukan.
Seseorang dikatakan mempunyai
kualitas sumber daya
manusia yang tinggi jika dia
dapat menunjukkan perilaku yang
mencerminkan adanya keberhasilan kerja
yang tinggi dalam
mengerjakan tugas-tugasnya yang
mereka bidangi. Sikap
disiplin merupakan sikap
yang harus ditingkatkan, karena memberi manfaat dan sumbangan yang besar,
apalagi pada negara yang masih
berkembang seperti negara Indonesia.
Berhubungan dengan kualitas SDM
tersebut maka perluadanya kecakapan dan
juga pendidikan yang baik bagi warga Negara ini. Pendidikan tersebut bisa di dapat
dari lembaga formal
maupun non formal.
Dengan adanya pendidikan tersebut
manusia bisa menggapai
segala keinginan yang
ia harapkan dan
juga dengan adanya kualitas
pendidikan yang merata dan layak maka
sebuah Negara akan menjadi berkembang
dan besar. Oleh karena itu untuk
mendukung adanya pendidikan yang
berkualitas bagi warganya
maka pemerintah berusaha
dengan serius untuk menyetarakan
pendidikan disemua lapisan. Hal itu tercermin dalam UUD pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang pendidikan
yaituyang berbunyi "Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran" dan "pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan pendidikan
satu sistim pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang", dan juga dalam tap
MPR tahun1973 tentang GBHN.
Tujuan pendidikan
Indonesia dirumuskan sebagai
berikut "Pendidikan diarahkan
untuk membentuk manusia
pembangun yang sehat
jasmani dan rohaninya,
dapat memiliki pengetahuan
dan ketrampilan yang
bertanggung jawab".
Sebuah
keniscayaan bagi pemerintah
dan umumnya kita
semua untuk mewujudkan
keberhasilan pendidikan Indonesia
yang berkualitas dan
bisa bersaing dengan
dunia luar yang
artinya bahwa tugas untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa
serta untuk mewujudkan
manusia Indonesia yang
berkualitas dan mampu
bersaing dengan negara-negara
lain. Pada era
sekarang ini generasi muda kita telah banyak yang terjangkit
penyakit "dekadensi moral". Hal ini dapat kita lihat pada tahun-tahun terahir ini di
bumi tercinta ada fenomena kekerasan, seperti
perampasan hak, perkosaan,
perampasan kebebasan, pencurian, penggunaan obat terlarang, minuman-minuman
keras, perkelahian dan sebagainya terjadi
terus menerus dan dimana-mana dalam skala yang makin luas dan serius.
Semua itu
seolah menjadi tontonan
seluruh penduduk bumi
dan memberikan gambaran yang buruk mengenai citra Indonesia
sebagai suatu Negara bangsa yang sedang
berusaha untuk menuju masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang sarat
dengan kedamaian, kesejahteraan
keadilan di semua
lapisan. Jawaban dari hal ini salah
satunya bisa disebabkan akibat
kegagalan sektor pendidikan dalam melaksanakan
pendidikan nilai-nilai universal.
Nilai-
nilai yang luhur dan universalyang ditanamkan dan disosialisasikan di
sekolah, tampaknya tidak
mempribadi pada diri peserta didik.
Padahal orang tua
dan masyarakat telah
mempercayakan pendidikan anak
mereka sepenuhnya pada
sekolah karena mereka
menganggap bahwa sekolah mampu
menjadikan anak-anak mereka
berbudi pekerti luhur
(al-akhlaq al karimah)
dan juga dapat meraih kesuksekan
seperti yang ia
cita-citakan. Nur Ali Rahman
mengatakan . Drs. H. M.
Kasiram,MSc. 1993. dalam Arif Furqon, Jurnal Ulul Albab, vol.5 nomor 1 Thn 2004. hal.75 . H. Agus Maimun. Jurnal Ulul Albab, Malang
vol 5 nomor 1 Thn 2004, hal. 108 bahwa tujuan
utama pendidikan adalah
mengembangkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan sikap anak didik
secara optimal. Banyak instrument yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan diantaranya,
ketersediaan sumber belajar
yang handal, adanya
bahan belajar yang
relevan, tersedianya sarana
dan prasarana yang
memadai, terciptanya suasana
kondusif didukung dengan pembiayaan yang mencukupi.
Di Indonesia masih banyak sekolah-sekolah yang
belum memenuhi haknya untuk memberikan
pelayanan pendidikan yang memadai dan
menunjang program pembelajaran. Banyak sekolah yang belum menyediakan fasilitas
perpustakaan, taman bacaan,
fasilitas surat kabar,
majalah, kliping sekolah,
klub pecinta buku,
koperasi, toko buku,
bimbingan membaca secara rutin, dan lain sebagainya.
Mutu
pendidikan tidak mungkin
tercapai tanpa performansi
peserta didiknya yang produktif
dan berprestasi, karena peserta didik (siswa) merupakan salah satu sumber daya manusia yang menentukan
mutupendidikan.
Performansi peserta
didik (siswa) yang
produktif dan berprestasi
sebagai salah satu
indikasi penting mutu pendidikan
dapat dilihat dari hasil setiap kegiatan belajarnya. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa merupakan
hasil dari upaya kegiatan belajarnya.
Pertanyaannya yang
muncul adalah bagaimana
meningkatkan kualitas performansi
siswa dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satunya adalah dengan
cara membina motivasi
belajar siswa. Motivasi
merupakan salah satu
variabel yang sangat
mempengaruhi kuantitas dan
kualitas performansi seseorang dan proses hasil belajar.
. Ibid. hal.131 . Guthrie dan Reed (dalam Musa Sukardi),
Jurnal Ilmu Pendidikan, Tahun 27 no 2 Juli 2000.
hal.176 Dalam
mewujutkan tujuan-tujuan pendidikan
banyak faktor yang mempengaruhinya
diantaranya adalah kemampuan seorang pendidik yang secara langsung bersentuhan dengan peserta didik atau
murid, oleh karena itu mau tidak mau keberhasilan
peserta didik juga
tergantung seberapa kompeten
seorang pendidik (guru)
dalam menyampaikan materi
pelajaran dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai dan dikuasai oleh
seorang guru.
Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang harus dimiliki,
dihayati dan dikuasai
oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.
Dari
beberapa pendapat diatas
mengenai kompetensi dapat
dikatakan bahwasanya kompetensi
adalah seperangkat kemampuan yang harus
dikuasai dan dipahami yang
menjadi bekal mereka
ketika melaksanakan tugasnya
sebagai seorang guru. Kompetensi
guru merupakan landasan dalam rangka mengabdikan profesinya
sebagai seorang pendidik.
Guru yang baik tidak
hanya mengetahui, akan tetapi benar-benar melaksanakan apa yang
menjadi tugas dan perannya.
Pengajaran
pada dasarnya adalah
suatu proses terjadinya
interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari
dua bentuk kegiatan, yaitu : kegiatan belajar siswa
dan kegiatan mengajar
guru. Titik berat
proses pengajaran adalah siswa
untuk belajar. Belajar
pada hakekatnya adalah proses
perubahan tingkah laku
yang disadari. Sedangkan
mengajar pada hakekatnya
adalah usaha yang direncanakan melalui
pengaturan dan penyediaan
kondisi yang memungkinkan . UU RI No 14 tahun 2005. Tentang guru dan
dosen. Pasal 1 Citra Umbara: Bandung hal 4 siswa
melakukan berbagai kegiatan
belajar. Dalam tugasnya guru dituntut untuk menguasai
empat komponen kompetensi
guru, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial.
Motivasi
belajar merupakan kekuatan
mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Motivasi tersebut
akan mempengaruhi tinggi rendahnya
hasil kegiatan belajar.
Implikasinya, motivasi belajar
yang ada pada
diri siswa harus dibangkitkan
dan dikembangkan secara terus menerus.Tinggi rendahnya motivasi belajar
siswa sangat mempengaruhi
performansinya dalam mengerjakan
tugastugas akademiknya. Lemahnya
motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajarnya, selanjutnya mutu hasil belajar
akan menjadi rendah. Oleh Karena itu motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus-menerus sehingga memiliki motivasi belajar yang kuat.
Dari uraian mengenai pengertian kompetensi
diartikan bahwa kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan
personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang kafah membentuk
kompetensi standar profesi guru yang telah mencakup
penguasaan materi, pemahaman
terhadap peserta didik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Kualitas
guru di Indonesia
dari beberapa kajian
masih dipertanyakan, seperti
yang dilaporkan oleh
Bahrul Hayat dan
Umar. Mereka memperlihatkan nilai rata-rata nasional tes calon guru PNS di
SD, SLTP, SLTA, dan SMK tahun 1998/1999 untuk bidang studi matematika hanya
27,67dari interval 0-100, artinya . PP
No 19 tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung Citra Umbara hal
185-186 . Winkel (dalam Musa Sukardi),
ibid. hal. 117 . E. Mmulyasa 2007.
Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru. Remaja Rosda Karya: Bandung.
Hal 31 hanya
menguasai 27,67% dari
materi yang seharusnya.
Hal
serupa juga terjadi pada bidang studi yang lain, seperti fisika
(27,35), biologi (44,96), kimia (43,55), dan
bahasa Inggris (37,57).
Nilai-nilai di atas
tentu jauh dari
batas ideal, yaitu minimum
75% sehingga seorang guru bisa mengajar dengan baik. Hasil lain yang lebih
memprihatinkan adalah penelitian
dari Konsorsium Ilmu
Pendidikan pada tahun 2000 memperlihatkan bahwa 40% guru SMP
dan 33% guru SMA mengajar bidang studi
di luar bidang
keahliannya. Paparan ini
menggambarkan sekilas kualitas guru di Indonesia, bagimana dapat
dikatakan profesional jika penguasaan materi matapelajaran
yang diampu masih
kurang, dan bagaimana
dikatakan profesional jika masih
ada 33% guru yang mengajar diluar bidang keahliahanya.
Seperti yang diungkap oleh Geist
bahwa: Professionals are specialists and
experts inside their fields; their expertise is not intended to be necessarily transferable
to other areas, consequently they claim
no especial wisdom or sagacity outside their specialties.
Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab.
Otonomi dalam artian dapat mengatur diri
sendiri, berarti guru
harus memiliki sikap
mandiri dalam melaksanakan tugasnya. Kemandirian seorang
guru dicirikan dengan dimilikinya kemampuan untuk
membuat pihlihan nilai,
dapat menentukan dan
mengambil keputusan sendiri
dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan yang dipilihlnya.Memiliki rasa
pengabdian kepada masyarakat.
Pendidikan memiliki peran
sentral dalam membangun
masyarakat untuk mencapai
kemajuan. Guru . Adiningsih, NU. Kualitas dan Profesionlisme
Guru, Pikiran Rakyat (Online) Oktober, 2002.
(http://www.pikiranrakyat.com) . Geist, J.R. 2002. Predictors of Faculty
Trust in Elementary Schools: Enabling Bureaucracy, Teacher Professionalism, and AcademicPress.
Disertation of The Ohio State Universty, diakses dari http://www.osu.edu.com sebagai
tenaga pendidikan memiliki
peran penting dalam
mencerdaskan kehidupan masyarakat
tersebut. Untuk itulah
guru dituntut memiliki
pengabdian yang tinggi
kepada masyarakat khususnya
dalam membelajarkan anak
didik.
Bekerja atas panggilan hati
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat
hendaknya didasari atas
dorongan atau panggilan
hati nurani.
Sehingga guru akan merasa senang
dalam melaksanakantugas berat mencerdakan anak didik.
Motivasi belajar
untuk mencapai prestasi
akademik dapat dilakukan dengan menanamkan kegemaran membaca.
Pengertian membaca disini tidak saja terbatas pada
membaca ilmu pengetahuan
yang bersifat umum,
melainkan juga pengetahuan
agama dan pengetahuan
campuran. Pengetahuan campuran
adalah bacaan yang
berada di luar
materi pengetahuan agama dan
pengetahuan umum, seperti
majalah, komik, novel,
dan cerpen. Rendahnya
minat baca dan
belajar pada remaja saat ini,
menunjukkan pula rendahnya motivasi mereka dalam belajar dan
menuntut ilmu sebab
bacaan merupakan pintu
gerbang menuju ilmu pengetahuan, dan
aktivitas membaca adalah
sarana untuk menggapainya, keduanya
saling terkait erat.
Sebagaimana telah disinggung
di muka, maka
bisa dipastikan, anak
yang tidak gemar
belajar maka akan rendah
kualitas ilmu pengetahuannya. Meskipun
belajar merupakan pintu
gerbang kepada ilmu pengetahuan,
tetapi dalam konteks pencapaian ilmu pengetahuan, seseorang juga membutuhkan dorongan yang kuat dari berbagai
pihak.Selain itu, motivasi juga harus
dibangun dalam rangka menumbuhkan semangat berilmu.
Tumbuhnya motivasi yang tinggi pada anak untuk
menuntut ilmu, harus didukung oleh
peran orang tua
dalam mengarahkan kegemaran
membaca anak, terutama dalam hal memotivasi anak untuk
belajar dalam rangka menuntut ilmu.
Motivasi merupakan
sebuah kekuatan yang
mampu mendorong atau menggerakkan manusia
melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Motivasi terbentuk
oleh tenaga-tenaga yang
bersumber dari dalam
dan luar diri
individu.
Terhadap tenaga
tersebut para ahli
memberikan istilah yang
berbeda, seperti desakan
(drive)/ motif (motive)/
kebutuhan (need)/ dan
keinginan (wish).
Walaupun ada
kesamaan tetapi semuanya
mengarah pada motivasi. Drive diartikan sebagai
dorongan yang mengarah
pada pemenuhan kebutuhan jasmaniah;
motive adalah dorongan
yang terarah pada
pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah, sedangkan need
merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan
adanya kekurangan atau
kebutuhan yang harus
dipenuhinya atau diperlukannya.
Sementara itu, wish
adalah harapan untuk
mendapatkan atau memiliki
sesuatu yang dibutuhkan.
Meskipun
ada variasi makna,
keempat hal tersebut sangat sulit dipisahkan, sebab
semuanya memiliki hubungan yang sangat erat, termasuk
kondisi yang mendorong
individu untuk melakukan
kegiatan, kondisi tersebut
dinamakan motivasi. Motivasi
memegang peranan yang
sangat penting dalam proses
belajar.
Keberhasilan siswa
dalam belajar bukan
hanya ditentukan oleh kemampuan intelektual,
tetapi juga oleh
segi-segi afektif, terutama
motivasi.
Seseorang akan
termotivasi untuk belajar
dan terus mencari
ilmu pengetahuan, . Sukmadinata
dalam Hayru. Hubungan
antara pengasuhan islami
dengan self regulated learning,
Motivasi berpretasi dan
prestasi belajar. Yogyakarta
UGM (Tesis tidak diterbitkan).hal
25 karena ilmu merupakan faktor need
atau kebutuhan yang harus terpenuhi. Dengan ilmu manusia bisa menjalani kehidupannya
dengan lebih baik. Motivasi lain yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan ialah
pencapaian sukses (achievement).
Ahli psikologi semisal Atkinson
dan McClelland menggambarkan beberapa orang yang
memiliki motivasi pencapaian
sukses yang tinggi,
mereka adalah orangorang
yang memiliki ciri
sebagai individu-individu yang
memfungsikan secara penuh
seluruh kapasitas dan
potensi pribadinya, percaya
diri dalam menghadapi dunia
luar, mempunyai perasaan
bertanggungjawab terhadap keseluruhan prilakunya,
serta memiliki daya
kreatifitas yang tinggi.
Sementara itu, dalam konteks Islam,
menuntut ilmu juga
diperintahkan kepada penganutnya
untuk menambah wawasan
pengetahuan.
Menuntut ilmu
merupakan kewajiban bagi
setiap muslim laki-laki
dan perempuan, masing-masing
memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam
hal menuntut ilmu Dalam Islam
tidak ada batasan bagi penganutnya untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan dalam sebuah hadits
dinyatakan “Tuntutlah ilmu sejak buaian
sampai keliang lahat ” dan “ Tuntutlah ilmu meski sampai kenegeri China ”. Hal ini mengisyaratkan betapa Islam sangat
mengutamakan pentingnya mencari ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan duniawi, selain itu dengan ilmu manusia dapat mengetahui bagaimana
caraberibadah kepada-Nya.
Karenanya menurut
McClelland (dalam Hayru)
tingkah laku manusia diatur oleh rasa senang dan tidak senang.
Untuk itu motif-motif yang ada pada setiap
manusia akan tersusun
menurut hirarki yang
berdasarkan pada kekuatan . Ibid hal.35 atau
kepentingan yang ada
pada individu. Tingkah
laku manusia muncul karena kekuatan
atau daya-daya yang
terpendam sudah cukup
besar, dan motif merupakan katup
penyalur dan pengatur
arus yang terpendam
tersebut. Sedang kapan
membuka, dan kapan
menutupnya katup-katup tersebut
sangat tergantung kepada
kondisi-kondisi tertentu dari
individu. Motivasi menurut
McClelland diartikan sebagai
keadaan yang timbul
dari dalam diri
individu, sebagai akibat dari
adanya interaksi antara
motif dan aspek
situasi yang diamati
dan relevan dengan motif tersebut, serta dapat
mengaktifkan perilaku. Motif adalah pendorong tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.
Mengacu
pada pendapat di
atas, apabila seseorang
yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka segala
tingkah laku, perhatian, rasa ingin tahu, tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang
sudah didapatkan dan sistem nilainya pun
akan diorientasikan kepada prilaku berilmu. Sehingga secara teoritis apabila ada dua orang siswa yang memiliki banyak
kesamaan, kecuali motif berilmunya, dimana yang motif berilmunya tinggi, maka akan
mempunyai tingkat kegemaran membaca yang
tinggi. Dan sebaliknya siswa yang motif berilmunya rendah, maka minat membacanya juga rendah.
Memang banyak
faktor yang mempengaruhi
motivasi, disamping faktor intelegensi
yang memberikan sumbangan
25%, masih banyak
faktor dari dalam diri
yang berpengaruh, misalnya, sikap siswa, minat, bakat, motivasi, harga diri, rasa ingin tahu
dan lain-lain.
Meskipun
banyak faktor di
luar diri yang
juga . Ibid .hal.40 .Koentjoro, 1990. Pengaruh Achievement
Motivation Training dan Jenis Kegiatan Mahasiswa terhadap Peningkatan Indeks Prestasi
Mahasiswa. Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi