BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan merupakan
salah satu faktor
yang sangat penting
dalam kelangsungan hidup
manusia. Karena dengan
pendidikan manusia dapat mencapai
taraf hidup yang lebih baik, dalam segala tindakan, ucapan juga tingkah laku
manusia yang selalu
tak lepas dipengaruhi
oleh suatu proses pendidikan.
Proses pendidikan dapat
dilakukan, dan terjadi di manapun kapanpun sejak usia bayi sampai manusia mati.
Namun di
era globalisasi sekarang
ini dunia pendidikan
dihadapkan dengan berbagai macam
tantangan dan permasalahan. Di antara permasalahannya adalah
sebagaimana kita ketahui
bahwa timbulnya berbagai
macam bentuk kenakalan
remaja. Remaja yang
pada usia sekolah
yang seharusnya difokuskan pada
menuntut ilmu dan
hal yang bermanfaat.
Namun kenyataannya sebaliknya malah
melakukan berbagai tindakan
yang tidak terpuji
dan seharusnya tidak mereka
lakukan.
Kenakalan remaja
semakin lama semakin
meningkat. Banyak peristiwa yang
merugikan bagi dirinya
(remaja secara khusus)
dan bagi orang
tuanya, kalangan pendidikan,
serta masyarakat (secara
umum). Kenakalan ini
biasa terdapat pada anak-anak,
namun yang paling dominan terdapat pada
usia remaja yang pada
masa ini remaja
mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat cepat atau biasa disebut dengan
masa peralihan (transisi).
Adanya iklim lingkungan kehidupan yang kurang
sehat, seperti: maraknya tayangan pornografi,
kekerasan di televisi,
minuman-minuman keras, perjudian, obat-obat terlarang atau narkoba, ketidak
harmonisan dalam kehidupan keluarga dan lainnya
yang sangat mempengaruhi
pola perilaku atau
gaya hidup terutama pada usia remaja yang cenderung menyimpang
dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia).
Sedangkan dalam lingkup
pendidikan biasanya bentuk
kenakalan seperti: pelanggaran
tata tertib sekolah,
tawuran antar pelajar,
bolos sekolah, merokok, meminum-minuman keras, menjadi
pecandu narkoba, pergaulan bebas (free
sex) dan lain sebagainya.
Di sisi lain, adanya pola
kehidupan yang semakin modern membawa dunia remaja
turut juga larut
di dalamnya. Masa-masa
pencarian jati diri
yang kerap memunculkan
rasa keingintahuan dan
rasa ingin meniru
begitu dalam terhadap sesuatu,
sehingga timbul perilaku-perilaku unik
sekaligus aneh pada
diri kaum remaja.
Misalnya, persoalan percintaan
yang sering mengarah
pada seks bebas yang berujung
dengan aborsi. Kemudian
selain itu juga,
persoalan pergaulan remaja
yang tidak luput
dari narkoba, dugem,
bergaya hidup mewah,
serta persoalan fashionyang
identik dengan tren pakaian-pakaian mini, ketat, aksesorisaksesoris yang
mahal, make up berlebihan
yang semuanya itu
belum tentu ada manfaatnya,
adalah merupakan gambaran pola hidup sebagian remaja saat ini.
Arif Apriansyah, Dunia
Remaja, (http://darsanaguru.blogspot.com/2008/04/ Dunia Remaja/html),
diakses Rabu, 9 Juli 2008, pukul 07:40.
Remaja sering digambarkan sebagai
usia di mana manusia dapat ditolerir untuk melakukan
banyak pelanggaran terhadap
norma dalam masyarakat,
yang pada akhirnya tanpa pikir
panjang mereka bebas mencoba hal-hal yang melanggar aturan
dan berdampak negatif
tersebut. Apalagi, tersedianya
fasilitas yang mendukung
ke arah sana. Dengan
adanya kebebasan pers,
media massa dengan bebasnya
menayangkan sesuatu yang
dapat memberi rangsangan
negatif bagi perilaku
remaja saat ini.
Media seperti televisi,
internet dan lainnya
merupakan media yang memberikan
akses besar terhadap perilakuremaja sekarang.
Di dalam Al-Qur’an Surat Maryam ayat 59
digambarkansebagai berikutArtinya:”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
(yang jelek) yang menyianyiakan
shalat dan memperturutkan hawa
nafsunya, maka mereka
kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam ayat 59) Dipandang dari sudut pendidikan, penampilan
dan perilaku remaja seperti di atas
sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
(2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki
kesehatan jasmani dan
rohani, (5) memiliki kepribadian yang
mantap Ibid ..
Departement
Agama RI, Al-Qur’an
dan terjemahnnya, (Bandung: CV.
Diponegoro, 2000), hlm. 247.
dan mandiri,
serta (6) memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan tersebut di atas mempunyai
implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi
semua tingkat satuan
pendidikan untuk senantiasa memantapkan
proses pendidikannya secara
bermutu ke arah
pencapaian tujuan pendidikan
tersebut dan mencetak
generasi yang unggul,
sehat jasmani dan rohani.
Namun permasalahannya kenakalan
remaja juga menimpadan menjangkit di lembaga
pendidikan. Seperti juga
halnya yang terjadi
di salah satu
lembaga pendidikan di
kota Malang, yang
tepatnya berada di
SMK Negeri 2
Malang, menurut salah satu sumber
yang ditemui peneliti, siswa-siswinya juga mengalami masalah
yang ujung-ujungnya mereka
melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku atau
disebut dengan tindakan kenakalan.
Di antaranya
seperti bolos sekolah,
merokok di lingkungan
sekolahan, minumminuman keras,
berkelahi dan lain sebagainya.
Maka,
dalam hal ini
harus ada suatu
tindakan guna menangani
masalah yang terkait
dengan kenakalan yang
dilakukan siswa-siswi tersebut
sejak dini, karena bila tidak segera ditangani maka akan
semakin besar masalah tersebut dan akan
semakin lebih sulit untuk mengatasinya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, 2005,
(Surabaya: Media Centre), hlm. 4.
Jum’at,
8 Agustus 2008
pukul 08:35, Ruang
Guru, Wawancara dengan
Muhammad Slamet, Petugas
Ketertiban SMK Negeri 2 Malang.
Sebenarnya secara
umum, kenakalan yang
terjadi pada kalangan remaja timbul karena dirinya memiliki masalah. Adapun
secara umum masalah-masalah yang
dihadapi oleh individu khususnya oleh siswa disekolah antara lain adalah: (1)
Masalah-masalah pribadi, (2)
Masalah yang menyangkut
pembelajaran, (3) Masalah pendidikan, (4) Masalah karier atau
pekerjaan, (5) Masalah penggunaan waktu
senggang, dan (6) Masalah-masalah sosial.
Masalah
tersebut jika remaja
tidak bisa menanganinya
sendiri akan berujung
pada pelarian atau
melakukan tindakan yang umum
disebut kenakalan remaja.
Dari beberapa masalah
siswa tersebut membuktikan
perlu adanya suatu arahan
dan bimbingan dari lembaga pendidikan, maka
dari itu sudah selayaknya terkait
dengan permasalahan itu lembaga pendidikan
harus bisa mengambil peran dan membantu
dalam memecahkan berbagai
persoalan yang terkait
dengan masalah siswa-siswinya tersebut,
karena siswa-siswi juga
merupakan manusia yang mana manusia adalah makhluk sosial yang
salingmembutuhkan dan saling membantu antara
satu dengan lainnya,
dalam ajaran agama
Islam juga terdapat anjuran untuk saling tolong menolong sesama
manusia, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2Artinya:
“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan
pelanggaran, dan Tohirin,
Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, 2007, (Jakarta:
Rajawali Pers), hlm. 13.
bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat
siksa-Nya”.
(QS. Al-Maidah: 2) Oleh karena itu, secara umum kita patut
peduli dan mengambil tanggung jawab
secara kolektif tanpa
terkecuali para guru,
pembina agama, pemerintah, orang
tua, sesama remaja,
serta masyarakat harus
turut bahu-membahu memberikan kontribusi pembinaan bagi remaja.
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa kualitas
generasi muda merupakan cermin masa depan suatu bangsa.
Maka dari itu, sudah selayaknya
kita membekali generasi muda, agar kelak mampu mengatasi dan menghadapi berbagai macam
tantangan di era globalisasi yang penuh
tantangan dan semakin
besar masalah yang ditimbulkannya.
Bukankah pepatah
mengatakan, “Kena seperti
santan bergula tak
kena” artinya bila kita berbuat benar akan mendatangkan
kebaikan namun bila kita berbuat salah akan
mendatangkan kesusahan. Maka, apa yang mampu dikerjakan di usia remaja adalah bagian dari investasi yang akan dipetik
keuntungannya kelak di usia senja.
Sebagaimana juga firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 97 Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada
mereka dengan pahala
yang lebih baik
dari apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97) Departement Agama RI, Al-Qur’an dan
terjemahnya,2000 (Bandung: CV. Diponegoro), hlm. 85.
Ibid., hlm. 222.
Terkait maksud
di atas, maka
perlu adanya suatu
bentuk usaha yang terarah dan
terstruktur dari lembaga
pendidikan yang khusus
menangani dan membantu
masalah-masalah siswa yang
di antara masalahnya
adalah kenakalan remaja.
Di dalam lembaga pendidikan baik
sekolah maupun madrasah sudah ada suatu bidang
yang memang dikhususkan
untuk menangani berbagai
masalahmasalah siswa, yang
di antaranya lebih
sering kita kenal
dengan Bimbingan Konseling
(BK). Dengan diadakannya
bimbingan konseling di
sekolah maupun madrasah
diharapkan perannya mampu
mengatasi dan membantu
berbagai masalah yang
dialami siswa. Dikarenakan
berdirinya bimbingan konseling
juga tak lepas
karena adanya masalah-masalah yang
dialami siswa, selain
itu juga merupakan
suatu bentuk upaya
yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan untuk memberikan wadah
dan saluran bagi
siswa yang mengalami
masalah untuk menyelesaikannya yang salah satunya lewat
bimbingankonseling.
Berangkat
dari sinilah peneliti
ingin mengetahui lebih
jauh bagaimana peran bimbingan dan konseling (BK) sekolah
sebagai salah satu alat dan wadah yang berfungsi untuk mengatasi masalah-masalah
siswa dan peneliti hanya ingin meneliti
masalah yang terkait dengan kenakalan remaja yang ada di SMK Negeri 2 Malang. Letak sekolah ini sangat strategis
yang berada disekitar sarana publik Akhmad
Sudrajat, Pentingnya Bimbingan
Konseling, (http://akhmadsudrajat.wordpress.com//02/17/2008),
diakses Rabu, 9 Juli 2008, pukul 07:26.
seperti kantor
Dinas kota Malang
selain itu juga
berdekatan dengan kampuskampus
baik negeri maupun
swasta yang lokasinya
berada di jalan
Veteran 17 kota Malang. Disini peneliti mengambil subyek
kenakalan remaja di SMK Negeri 2 Malang
dikarenakan siswa-siswinya ternyata
juga melakukan tindakan kenakalan remaja, padahal sekolah ini merupakan
sekolah negeri, selain itu juga secara
umum di sekolah ini paling banyak adalah siswi (remaja putri) namun tidak menutup
kemungkinan juga ada
yang melakukan tindak
kenakalan remaja, memang
pada umumnya rata-rata
murid di sekolah
ini dipandang dari
segi ekonominya berasal
dari kelas ekonomi
menengah ke bawah,
selain itu juga peneliti ingin
mengetahui upaya dan
tindakan yang dilakukan
Bimbingan dan Konseling
di SMK Negeri
2 Malang untuk
mengatasi terkait adanya
kenakalan remaja di
sekolah tersebut, maka
dari itu peneliti
mengambil judul tentang ”PERAN
BIMBINGAN KONSELING (BK)
DALAM MENGATASI MASALAH
KENAKALAN REMAJA DI
SMK NEGERI 2
MALANG”, sebagai judul yang akan peneliti lakukan.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di
atas, masalah dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut: 1.
Kenakalan apa saja yang dilakukan siswa-siswa di SMK Negeri 2 Malang secara umum dan apa saja faktor penyebabnya? 2.
Bagaimana peran bimbingan
dan konseling sekolah
dalam mengatasi kenakalan remaja di SMK Negeri 2 Malang?
C. Tujuan Penelitian.
Tujuan adalah
merupakan target yang
hendak dicapai dalam
melakukan suatu kegiatan.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Mendeskripsikan secara umum kenakalan apa
saja yangdilakukan siswasiswa yang ada di SMK Negeri 2 Malang dan faktor
penyebabnya.
2. Mendiskripsikan peran yang dilakukan
bimbingan dankonseling sekolah dalam
mengatasi kenakalan remaja di SMK Negeri 2 Malang.
D. Kegunaan Penelitian.
Pembahasan penelitian
yang berjudul “Peran
Bimbingan dan Konseling Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan remaja” ini,
diharapkan dapat memberikan kegunaan: 1.
Sebagai bahan informasi bagi siswa-siswi SMK Negeri2 Malang, tentang pentingnya
bimbingan dan konseling
sekolah dalam mengatasi masalahnya,
dengan harapan setiap permasalahan yang berkaitan dengan siswa minimal dapat terbantu dan terselesaikan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi penulis
tentang masalah yang dikaji.
3. Sebagai
bentuk tugas akhir
penulis guna memperoleh
gelar sarjana S-1 Jurusan Pendidikan
IPS, Fakultas Tarbiyah,
Universitas Islam Negeri Malang.
E. Batasan Ruang Lingkup Penelitian.
Adapun batasan
ruang lingkup dan
sekaligus obyek dalam
penelitian ini adalah
bimbingan dan konseling
sekolah yang ada
di SMK Negeri
2 Malang.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi