BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pemanfaatan sumber daya alam
selalu tidak lepas dari keadilan dan
pemerataan antara generasi-generasi. Sumber daya alam pada dasarnya adalah warisan dari generasi
sebelumnya yang bisa dimanfaatkan oleh generasi
sekarang, tetapi bukan untuk dihabiskan karena di dalamnya ada hak generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting
sekali agar sumber daya alam dikelola
secara berkesinambungan dalam proses jangka panjang agar dapat mewariskannya kepada generasi yang akan
datang. Pemanfaatan sumber daya alam
yang dapat diperbarui (renewable) hendaknya tetap menjaga agar stock sumber
daya alam tersebut terjaga. Sedangkan, strategi pemanfaatan sumber daya alam tidak dapat diperbarui (non-renewable)
hendaknya melalui pemakaian dengan
tingkat efisiensi yang tinggi dan berusaha mencari subtitusinya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Yaasin ayat 71Artinya:
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Sesungguhnya kami Telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu
sebahagian dari apa yang telah kami
ciptakan dengan kekuasaan kami sendiri, lalu mereka menguasainya?”
Faisal Basri, Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi
Kebangkitan Indonesia,(Jakarta:
Erlangga. 2002), hlm. 322 Seperti diketahui bahwa jumlah kekayaan hayati
perikanan yang terdapat di perairan
alami tidaklah melimpah ruah begitu saja, tetapi banyak sedikitnya tergantung dari beberapa faktor, baik yang
berasal dari alam sendiri maupun ulah manusia.
Manusia yang berlaku bijak akan dapat mengelola sumber tersebut dengan baik, sehingga dapat tercipta suatu
keseimbangan ekosistem yang ideal.
Salah satu pemanfaatan sumber hayati perikanan
adalah usaha budidaya ikan lele, yang
merupakan suatu usaha pengelolaan sumber tersebut dengan harapan agar lestari.
Lacakan Trubusmenunjukkan kebutuhan leleterus
meningkat, yang dibarengi kenaikan
harga. Pada akhir 2005 harga sekilo lele ditingkat peternak Rp6.200/ kg. Sejak Juni 2006 melonjak menjadi
Rp8.500/kg. Harga tahun ini memang
paling tinggi, ujar Wagiran. Penyebabnya beberapa sentra mengalami kekeringan dan bencana alam sehingga produksi
turun. Naiknya harga lele ukuran konsumsi
memicu lonjakan harga bibit. Sekarang harga bibit naik. Ukuran 2-3cm, Rp30/ekor; 3-4cm, Rp95/ekor; 5-7cm,
Rp110/ekor; dan 7-9cm, Rp150/ekor, ujar Wagiran.
Pada tahun 2004, harga jual bibit berukuran 5-7cm, Rp100/ekor.
Kenaikan itu ditengarai sebagai dampakmusim
kering yang lazim terjadi pada Juni-September.
Konsumsi
ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat.
Kalau dahulu ikan lele dipandang sebagai ikan
murahan dan pada umumnya hanya
dikonsumsi oleh keluarga petani saja, sekarang ternyata konsumennya makin meluas. Rasa dagingnya yang khas dan
cara memasaknya serta Lastioro Anmi
Tambunan,“Dance of Catfish Business Liukan Bisnis Lele”, Trubus, 14 Desember, 2006, hlm. 43 menghidangkannya yang secara tradisional itu
ternyata menjadi kegemaran masyarakat
luas. Bahkan banyak pula sekarang restoran besar yang menghidangkannya. Oleh karenaitu, harga ikan
lele meningkat. Hal itu telah menjadi
perangsang bagi petani ikan untuk membudidayakan ikan lele secara intensif. Salah satu prasyarat untuk
memanfaatkan peluang pasar adalah agar para pelaku ekonomi Indonesia secara dini telah
melatih diri untuk mentaati salah satu hukum
bisnis yang paling mendasar, yakniberorientasi dan mencoba memenuhi kepentingan dan kebutuhan konsumen (pasar)
yang selalu berubah-ubah dan meningkat.
Di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang, semula pemeliharaan ikan lele
hanyalah sebagai kegiatan sambilan saja, dipelihara di dalam kolam-kolam pekarangan yang menampung
air limbah rumah tangga. Ikan lele
memang sifatnya tahan hidup di dalam lingkungan yang kotor dan kekurangan oksigen akibat proses pembusukan
yang terjadi. Dalam kolam pekarangan,
ikan lele diberi makanan sisa-sisa dapur saja. Dalam keadaan demikian, pertumbuhan ikan lele lambat.
Sesudah dipelihara setahun sampai dua tahun,
baru mencapai ukuran 100 gram, sebagai ikan konsumsi. Sekarang berhubung para petani terdorong untuk
memproduksikan lele lebih banyak, maka tehnik
pemeliharaannya pun di tingkatkan.
Sebagai ikan unggul, lele berpotensi untuk
menjadi ikan yang bernilai ekonomis
tinggi. Apalagi di Desa Bandung, yang berpenduduk kurang lebih 6500 jiwa, untuk membudidayakan ikan ini lahan yang
tersedia masih cukup, seperti Raharjo,
M. Dawam, Pembangunan Ekonomi Nasional, (Jakarta: PT. Intermasa, 1997), hlm. 25 Rachmatun Suyanto, Budidaya Ikan
Lele(Jakarta: Penebar Swadaya. 2004), hlm. 1 sungai, danau, waduk, dan rawa-rawa, kolam,
serta badan air lainnya. Ikan lele mudah
dipelihara sekaligus memiliki keuntungan lain, ikan ini dapat ditebar dengan kepadatan tinggi. Oleh karenaitu, upaya
untuk mendorong pemeliharaan lele adalah
langkah bijaksana untuk memenuhi keinginan pengkonsumsi lele serta keinginan petani ikan yang memilih memelihara
ikan lele yang pertumbuhannya cepat dan
laku di pasaran.
Sebuah
masalah awal dalam perdebatan tentang hubungan jaringan adalah kebutuhan untuk memperkuat keberadaanhubungan
jaringan sebagai cara khusus dalam
mengorganisasi bisnis. Karena mustahil menjadi bisnis kecil tanpa adanya hubungan jaringan.
Kelompok
pembudidaya ini jugamenjalin kerjasama dalam bidang pengadaan benih dengan BBI (BalaiBenih
Ikan) Ngoro, bidang pengadaan pakan
dengan PT. Matahari Sakti, bidang pemasaran dengan koperasi “SUBUR” Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Setiap
produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual produksi
tersebut kepada pengusaha, dan sebagai balas
jasanya mereka akan memperolehpendapatan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing produksi tersebut tergantung
kepada harga dan jumlah yang digunakan.
Dari
pengertian ini, maka perusahaan akan memperoleh pendapatan apabila mendapatkan laba dari hasil penjualan
produksi barang dan jasanya, sehingga
pendapatan dalam perusahaan adalah sama dengan laba perusahaan.
Pendapatan perusahaan sama dengan total penerimaan
(TR) dikurangi dengan total biaya (TC).
Martin
Perry, Mengembangkan Usaha Kecil Dengan Memanfaatkan Berbagai Bentuk Jaringan Kerja( Jakarta: Murai Kencana. 2000),
hlm. 5 Sadono Sukirno, Pengantar Teori
Mikro Ekonomi(Jakarta: LPFE UI. 1982), hlm. 280 Berdasarkan paparan di atas, makapeneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pendapatan Perspektif Ekonomi Mikro dan Konsep Islam pada Kelompok Pembudidaya Ikan
Lele di Desa Bandung Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang.”
B. Rumusan masalah Bagaimana pendapatan menurut perspektif
ekonomi mikro dan konsep Islam pada
kelompok pembudidaya ikan lele di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang?
C. Tujuan Penelitian Untuk mendeskripsikan hasil analisis
pendapatan menurut perspektif ekonomi
dan konsep Islam mikro pada kelompok pembudidaya ikan lele di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
D. Kegunaan Penelitian Hasil
penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi: 1.
Peneliti Dapat menerapkan antara teori yang diperoleh
selama di bangku kuliah dengan realitas
yang ada, dan memperluas wawasan tentang permasalahan yang terjadi di masyarakat secara nyata.
2.
Petani Pembudidaya Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi,
sehingga dapat dipakai pertimbangan untuk mengembangkan usaha selanjutnya.
3.
Instansi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
mengetahui dalam hal analisis pendapatan,
sekaligus sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas ilmu yang diajarkan sesuai dengan realita.
E. Ruang Lingkup Penelitian Agar
tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda dengan maksud dan tujuan penelitian ini, terlebih dahulu perlu untuk
memberikan ruang lingkup penelitian yang
dilakukan. Penelitian ini mengarah pada aspek pendapatan kelompok pembudidaya ikan lele.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi