Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: ANALISIS PENDAPATAN PERSPEKTIF EKONOMI MIKRO DAN KONSEP ISLAM


BAB I  PENDAHULUAN  
A. Latar Belakang Masalah   Permasalahan pemanfaatan sumber daya alam selalu tidak lepas dari  keadilan dan pemerataan antara generasi-generasi. Sumber daya alam pada  dasarnya adalah warisan dari generasi sebelumnya yang bisa dimanfaatkan oleh  generasi sekarang, tetapi bukan untuk dihabiskan karena di dalamnya ada hak  generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting sekali agar sumber daya alam  dikelola secara berkesinambungan dalam proses jangka panjang agar dapat  mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Pemanfaatan sumber daya  alam yang dapat diperbarui (renewable) hendaknya tetap menjaga agar stock sumber daya alam tersebut terjaga. Sedangkan, strategi pemanfaatan sumber daya  alam tidak dapat diperbarui (non-renewable) hendaknya melalui pemakaian  dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan berusaha mencari subtitusinya.

  Allah  berfirman dalam Al-Qur’an surat Yaasin ayat 71Artinya: “Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Sesungguhnya kami Telah  menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa  yang telah kami ciptakan dengan kekuasaan kami sendiri, lalu mereka  menguasainya?”  Faisal Basri, Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan  Indonesia,(Jakarta: Erlangga. 2002), hlm. 322   Seperti diketahui bahwa jumlah kekayaan hayati perikanan yang terdapat  di perairan alami tidaklah melimpah ruah begitu saja, tetapi banyak sedikitnya  tergantung dari beberapa faktor, baik yang berasal dari alam sendiri maupun ulah  manusia. Manusia yang berlaku bijak akan dapat mengelola sumber tersebut  dengan baik, sehingga dapat tercipta suatu keseimbangan ekosistem yang ideal.
 Salah satu pemanfaatan sumber hayati perikanan adalah usaha budidaya ikan lele,  yang merupakan suatu usaha pengelolaan sumber tersebut dengan harapan agar  lestari.
 Lacakan Trubusmenunjukkan kebutuhan leleterus meningkat, yang  dibarengi kenaikan harga. Pada akhir 2005 harga sekilo lele ditingkat peternak  Rp6.200/ kg. Sejak Juni 2006 melonjak menjadi Rp8.500/kg. Harga tahun ini  memang paling tinggi, ujar Wagiran. Penyebabnya beberapa sentra mengalami  kekeringan dan bencana alam sehingga produksi turun. Naiknya harga lele ukuran  konsumsi memicu lonjakan harga bibit. Sekarang harga bibit naik. Ukuran 2-3cm,  Rp30/ekor; 3-4cm, Rp95/ekor; 5-7cm, Rp110/ekor; dan 7-9cm, Rp150/ekor, ujar  Wagiran. Pada tahun 2004, harga jual bibit berukuran 5-7cm, Rp100/ekor.
 Kenaikan itu ditengarai sebagai dampakmusim kering yang lazim terjadi pada  Juni-September.
  Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat.
 Kalau dahulu ikan lele dipandang sebagai ikan murahan dan pada umumnya  hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, sekarang ternyata konsumennya  makin meluas. Rasa dagingnya yang khas dan cara memasaknya serta   Lastioro Anmi Tambunan,“Dance of Catfish Business Liukan Bisnis Lele”, Trubus, 14  Desember, 2006, hlm. 43  menghidangkannya yang secara tradisional itu ternyata menjadi kegemaran  masyarakat luas. Bahkan banyak pula sekarang restoran besar yang  menghidangkannya. Oleh karenaitu, harga ikan lele meningkat. Hal itu telah  menjadi perangsang bagi petani ikan untuk membudidayakan ikan lele secara  intensif. Salah satu prasyarat untuk memanfaatkan peluang pasar adalah agar para  pelaku ekonomi Indonesia secara dini telah melatih diri untuk mentaati salah satu  hukum bisnis yang paling mendasar, yakniberorientasi dan mencoba memenuhi  kepentingan dan kebutuhan konsumen (pasar) yang selalu berubah-ubah dan  meningkat.
   Di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang, semula  pemeliharaan ikan lele hanyalah sebagai kegiatan sambilan saja, dipelihara di  dalam kolam-kolam pekarangan yang menampung air limbah rumah tangga. Ikan  lele memang sifatnya tahan hidup di dalam lingkungan yang kotor dan  kekurangan oksigen akibat proses pembusukan yang terjadi. Dalam kolam  pekarangan, ikan lele diberi makanan sisa-sisa dapur saja. Dalam keadaan  demikian, pertumbuhan ikan lele lambat. Sesudah dipelihara setahun sampai dua  tahun, baru mencapai ukuran 100 gram, sebagai ikan konsumsi. Sekarang  berhubung para petani terdorong untuk memproduksikan lele lebih banyak, maka  tehnik pemeliharaannya pun di tingkatkan.
   Sebagai ikan unggul, lele berpotensi untuk menjadi ikan yang bernilai  ekonomis tinggi. Apalagi di Desa Bandung, yang berpenduduk kurang lebih 6500  jiwa, untuk membudidayakan ikan ini lahan yang tersedia masih cukup, seperti   Raharjo, M. Dawam, Pembangunan Ekonomi Nasional, (Jakarta: PT. Intermasa, 1997),  hlm. 25   Rachmatun Suyanto, Budidaya Ikan Lele(Jakarta: Penebar Swadaya. 2004), hlm. 1  sungai, danau, waduk, dan rawa-rawa, kolam, serta badan air lainnya. Ikan lele  mudah dipelihara sekaligus memiliki keuntungan lain, ikan ini dapat ditebar  dengan kepadatan tinggi. Oleh karenaitu, upaya untuk mendorong pemeliharaan  lele adalah langkah bijaksana untuk memenuhi keinginan pengkonsumsi lele serta  keinginan petani ikan yang memilih memelihara ikan lele yang pertumbuhannya  cepat dan laku di pasaran.
  Sebuah masalah awal dalam perdebatan tentang hubungan jaringan adalah  kebutuhan untuk memperkuat keberadaanhubungan jaringan sebagai cara khusus  dalam mengorganisasi bisnis. Karena mustahil menjadi bisnis kecil tanpa adanya  hubungan jaringan.
  Kelompok pembudidaya ini jugamenjalin kerjasama dalam  bidang pengadaan benih dengan BBI (BalaiBenih Ikan) Ngoro, bidang pengadaan  pakan dengan PT. Matahari Sakti, bidang pemasaran dengan koperasi “SUBUR”  Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
  Setiap produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh  seseorang. Pemiliknya menjual produksi tersebut kepada pengusaha, dan sebagai  balas jasanya mereka akan memperolehpendapatan. Pendapatan yang diperoleh  masing-masing produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah yang  digunakan.
  Dari pengertian ini, maka perusahaan akan memperoleh pendapatan  apabila mendapatkan laba dari hasil penjualan produksi barang dan jasanya,  sehingga pendapatan dalam perusahaan adalah sama dengan laba perusahaan.
 Pendapatan perusahaan sama dengan total penerimaan (TR) dikurangi dengan  total biaya (TC).
  Martin Perry, Mengembangkan Usaha Kecil Dengan Memanfaatkan Berbagai Bentuk  Jaringan Kerja( Jakarta: Murai Kencana. 2000), hlm. 5   Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi(Jakarta: LPFE UI. 1982), hlm. 280   Berdasarkan paparan di atas, makapeneliti tertarik untuk melakukan  penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan Perspektif Ekonomi Mikro dan  Konsep Islam pada Kelompok Pembudidaya Ikan Lele di Desa Bandung  Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.”  
B. Rumusan masalah   Bagaimana pendapatan menurut perspektif ekonomi mikro dan konsep  Islam pada kelompok pembudidaya ikan lele di Desa Bandung Kecamatan Diwek  Kabupaten Jombang?  
C. Tujuan Penelitian  Untuk mendeskripsikan hasil analisis pendapatan menurut perspektif  ekonomi dan konsep Islam mikro pada kelompok pembudidaya ikan lele di Desa  Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
 D. Kegunaan Penelitian   Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi:  1.  Peneliti   Dapat menerapkan antara teori yang diperoleh selama di bangku kuliah  dengan realitas yang ada, dan memperluas wawasan tentang permasalahan  yang terjadi di masyarakat secara nyata.
 2.  Petani Pembudidaya   Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan  evaluasi, sehingga dapat dipakai pertimbangan untuk mengembangkan usaha  selanjutnya.
 3.  Instansi Pendidikan   Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengetahui dalam hal analisis  pendapatan, sekaligus sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas ilmu yang  diajarkan sesuai dengan realita.
 E. Ruang Lingkup Penelitian   Agar tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda dengan maksud dan tujuan  penelitian ini, terlebih dahulu perlu untuk memberikan ruang lingkup penelitian  yang dilakukan. Penelitian ini mengarah pada aspek pendapatan kelompok  pembudidaya ikan lele.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi