Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: ANALISIS PENGARUH JUMLAH KREDIT DAN SUKU BUNGA TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA JEBLOGAN KECAMATAN PARONKABUPATEN NGAWI


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan  pembangunan  disamping  untuk  meningkatkan  pendapatan  nasional  sekaligus  harus  menjamin  pembagian  yang  merata  bagi  seluruh rakyat. Hal ini bukan hanya dalam meningkatkan produksi saja tetapi  juga  untuk  mencegah  melebarnya  jurang  pemisah  antara  kaya  dan  miskin  sehingga  tercipta  masyarakat  yang  adil  dan  makmur,  sesuai  dengan  tujuan  pembangunan di Indonesia.
Menurut  Undang-undang  No.  7/1992  menyebutkan  bahwa  bank  adalah  badan  usaha  yang  menghimpun  dana  dari masyarakat  dalam  bentuk  simpanan  menyalurkan  kepada  masyarakat  dalam  rangka  meningkatkan  taraf  hidup rakyat banyak.
Untuk memperlancar operasinya, bank mendirikan cabang di daerahdaerah  dengan  tujuan  memberikan  pelayanan  jasa  bank  kepada  masyarakat  terutama pada golongan ekonomi lemah. Dengan adanya jumlah kredit tersebut  dapat  menguntungkan  semua  pihak  diantaranya  pemerintah  yaitu  tercapainya  salah  satu  tujuan  pembangunan  nasional  dalam  bentuk  kesejahteraan  umum.
Bagi bank, dengan adanya cabang tersebut akan memperbesar dan memperluas  jumlah  kredit khususnya kepada para petani yang berada  di pedalaman. Bagi  masyarakat,  dengan  adanya  cabang  bank  tersebut  akan  lebih  mudah  mendapatkan pelayanan kredit.
 Lembaga  kredit  dan  pengembangannya  merupakan  salah  satu alat kebijakan  yang  strategis  untuk  menjangkau  usaha  ekonomi  lemah.

Keikutsertaan  kelompok  ini  dalam  perekonomian  desa yang  senantiasa berkembang merupakan salah satu  prasyarat bagi peningkatan  kehidupan dan martabatnya.
Sektor  pertanian  telah  memainkan  peran  vital  bagi pembangunan  nasional.  Terbukti sampai  sekarang  sektor  pertanian  masih  menjadi  andalan  dan terus dituntut berperan dalam pertumbuhan perekonomian nasional melalui  peningkatan  PDB,  perolehan  devisa,  penyediaan  bahan  baku  untuk  industri,  pengentasan  kemiskinan,  penyediaan  lapangan  pekerjaan,  dan  peningkatan  pendapatan  masyarakat.  Bahkan,  sektor  pertanian  memiliki  peran  yang  tidak  mungkin  dapat  digantikan  oleh  sektor  lain,  yaitu  sebagai  penyedia  bahan  pangan.
Sejatinya  perekonomian  nasional  akan  tumbuh  seiring  dengan  semakin kondusifnya iklim usaha pada sektor pertanian, namun permasalahan  klasik  yang  masih  menjadi  kendala  sampai  saat  ini  adalah  terbatasnya  permodalan  untuk  melaksanakan  kegiatan  usaha  pada  sektor  tersebut,  mengingat  kebutuhan  terhadap  modal  merupakan  sebuah  keniscayaan  dalam  melaksanakan  kegiatan  usaha  di  sektor  pertanian.  Meningkatnya  teknologi  pertanian  saat  ini  juga  membuat  kebutuhan  dan  pengerahan  modal  yang  intensif  terutama  untuk  pengadaan  sarana  produksi  tidak  dapat  dihindarkan,  sementara  sebagian  besar  pelaku  usaha  pada  sektor  pertanian  di  Indonesia   adalah  petani  kecil  yang  tidak  sanggup  membiayai  kegiatan  usaha  tani  yang  padat modal dengan dana sendiri.
Tidak  heran  jika  permasalahan  modal  pada  sektor  pertanian  terus  menjadi perbincangan yang masih dicari jalan keluarnya. Jika melihat sejarah  pertanian  di  tanah  air,  sebenarnya  kendala  permodalan  dalam  melaksanakan  kegiatan  usaha  tani  telah  diakomodasi,  yaitu  dengan  adanya  pelayanan  pembiayaan/kredit  untuk  petani  melalui  Bank  Desa dan  Lumbung  Desa,  dan  kegiatan  ini  sudah  berlangsung  sejak  zaman  kolonial  Belanda.  Hingga  pada  akhirnya  pada  tahun  1965  pemerintah  mulai  memprogramkan  sistem  perkreditan ini secara khusus, dan pada periode itu pula layanan kredit untuk  menunjang kegiatan usaha tani semakin dimantapkan.
Kabupaten  Ngawi  merupakan  salah  satu  kabupaten  yang memiliki  keunggulan  dalam  sektor  pertaniannya.  Dalam  Revisi RTRW  Kabupaten  Ngawi  Tahun  2006-2016,  dijelaskan  bahwa pengembangan  perekonomian  di  Kabupaten Ngawi pada dasarnya bertumpu pada hasil pertanian, perindustrian,  dan  pertambangan. Berdasarkan  kajian  kontribusi  terhadap  Propinsi  Jawa  Timur, sub sektor yang potensial PDRB adalah pertanian tanaman pangan, dan  peternakan. Dari 129.598 ha luas wilayah Kabupaten Ngawi, 72% diantaranya  berupa lahan sawah, hutan dan tanah perkebunan. Sektor pertanian menyerap  sekitar  76%  dari  total tenaga  kerja  yang  ada.  Pada  tahun  2000  Kabupaten  Ngawi menempati  urutan  keempat  se-Jawa  Timur  sebagai  penghasil  padi terbesar di antara Kabupaten Jember, Banyuwangi, dan Lamongan. Pada tahun  2003 produksi padi mencapai 521.089,39 ton; tahun 2004 meningkat menjadi   557.337,52 ton; tahun 2005 sebesar 559.635,9 ton; tahun 2006 sebesar 604.444  ton dan pada tahun 2007 semakin meningkat dengan jumlah produksi mencapai 638.655 ton (BPS Dalam Angka Kab.Ngawi 2007). Hingga sekarang produksi  padi  terus  mengalami  peningkatan  produksi yang  positif  dan  masih  menempatkan  Kabupaten  Ngawi  sebagai penyumbang  beras  lima  besar  di  Propinsi  Jawa  Timur  (Profil Kabupaten  Ngawi,  2008).  Adapun  kecamatan  yang  merupakan penghasil  padi  terbesar  di  Kabupaten  Ngawi  adalah  Kecamatan Paron,  Kedunggalar,  Widodaren,  Geneng,  dan  Mantingan.  Dari tujuh  jenis  tanaman  pangan,  komoditas  padi  merupakan  penghasil terbesar  diikuti dengan produksi ubi kayu, jagung, kedelai, ubi jalar, kacang tanah, dan  kacang hijau.
Masyarakat  Desa Jeblogan Kecamatan  Paron  Kabupaten  Ngawi  sebagian  besar  bekerja  menjadi  petani.  Menurut  data  pada  tahun  2009  dari  4891  penduduk  yang  bekerja  sebagai  petani  2114  orang   sedangkan  yang  bekerja dalam bidang lain 215 orang, adapun sisanya 2476 orang termasuk ibu  rumah  tangga  dan  anak  – anak  yang  belum  masuk  angkatan  kerja  serta  pengangguran. Dari  2114  masyarakat  yang  bekerja  sebagai  petani  diatas  kebanyakan  dari  mereka  kesulitan  dalam  mengemnbangkan  usaha  taninya  disebabkan kekurangan modal. Oleh karena Desa Jeblogan Kecamatan Paron  Kabupaten  Ngawi  tergolong  tingkat  kemiskinannya  tinggi  apa  lagi  yang  bekerja  sebagai  petani maka  alternatif  yang diambil  adalah  melakukan  kredit  pada  bank – bank yang ada. Kebanyakan dari mereka melakukan kredit pada   Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Paron. Sebab BRI Cabang Paron yang  paling dekat dengan daerah mereka tinggal dan mudah dijangkau.
Oleh  karena  pentingnya  pemberian  modal  berupa  kredit  bagi  para  petani, yang biasa disebut dengan kredit modal kerja. Menurut Kasmir. “ kredit  modal  kerja  merupakan  kredit  yang  digunakan  untuk  keperluan  peningkatan  produksi  dalam  operasionalnya”  .  Sebab  kredit  yang diberikan  kepada  petani  ini  digunakan  sebagai  modal  untuk  usaha  dalam  bidang  pertanian,  maka  ini  tergolong dalam jenis kredit produktif.
Menurut Firdaus, kredit produktif yaitu kredit yang digunakan  untuk  tujuan  – tujuan  produktif  dalam  arti  dapat  minimbulkan  atau  meningkatkan  utility (faedah/kegunaan),  baik  faidah  karena  bentuk  (utility  of  torm),  faidah  karena  tempat (utility  of plece), faidah karena  waktu (utility of time) maupun  faidah karena kepemilikan.
 Kredit  seperti  diatas  diperbolehkan  oleh  sebagian  ulama  dalam  bukunya  Widyaningsih,  yang  berjudul  bank  dan  asuransi  islam  di  Indonesia  dijelaskan.  “Hanya  kredit  yang  bersifat  konsumtif  saja  yang  pengambilan  bunganya  dilarang  adapun  produktif  tidak  demikian”.
 Dari  sini  jelas  bahwa  kredit yang dilakukan oleh para petani diperbolehkan.
Dari  uaraian  diatas,  betapa  pentingnya  jumlah  kredit kepada  petani  yang  membutuhkan  modal  demi  kelangsumgan  usaha  taninya,  khususnya  masyarakat  Desa Jeblogan Kecamatan  Paron  Kabupaten  Ngawi  yang  yang   Kasmir, Dasar – dasar perbankan, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2006)., Hal   Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkriditan Bank Umum, (Bandung :cetakan  keempat Afabeta, 2009), Hal   Wirdyaningsih. Bank dan asuransi islam di Indonesia, (Jakarta : prenada media, 2005), Hal   kebanyakan kekurangan modal untuk usaha taninya. Maka dengan ini penulis  tertarik  untuk  mengadakan  penelitian  tentang  :  Analisis  Pengaruh  Jumlah  kredit dan  Suku  Bunga  Terhadap  Pendapatan  Petani  di  Desa Jeblogan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.
B. Rumusan Masalah  1. Apakah  ada  pengaruh  positif  signifikan  dari  jumlah  kredit terhadap  pendapatan petani di Desa Jeblogan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi? 2. Apakah  ada  pengaruh  positif  signifikan  dari  suku  bunga  terhadap  pendapatan petani di Desa Jeblogan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi? 3. Apakah ada pengaruh positif signifikan dari jumlah kredit dan suku bunga  terhadap pendapatan petani di Desa Jeblogan Kecamatan Paron Kabupaten  Ngawi?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk  mengetahui  pengaruh  jumlah  kredit terhadap  pendapatan  petani  di  Desa Jeblogan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi? 2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit terhadap pendapatan petani  di Desa Jeblogan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi? 3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah kredit dan suku bunga kredit terhadap  pendapatan petani di Desa Jeblogan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi?  D. Manfaat Penelitian 1. Pengambangan Ilmu Penelitian Secara  umum  temuan  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  dukungan terhadap penelitian sejenis yang diadakan sebelumnya, selain itu  diharapkan  untuk  memperkaya  hasil  penelitian  tentang  ilmu  ekonmi  khususnya yang berkaitan dengan rnasalah perbankan.
2. Peneliti dan Calon Peneliti Bagi  peneliti,  penelitian  ini  digunakan  sebagai  wahana  untuk  mengkajji  secara  ilmiah  gejala-gejala  proses  pendidikan,  output  (lulusan)  dan  peristiwa-peristiwa  perekonomian  yang  ada  dalam  dunia  nyata  berdasarkan teori-teori yang pernah diperoleh. Adapun temuan penelitian ini  diharapkan  dapat  menjadi  inspirasi  bagi  calon  peneliti  yang tertarik  untuk  melakukan penelitian dibidang ekonomi khususnya perbakan dan mungkin  mengembangkannya dibidang lainnya.
3. Masyarakat Desa Jeblogan Sebagai  bahan  pertimbangan  dan  informasi untuk  tindak  lanjut  dalam  melakukan  pekerjaannya  yaitu  sebagai  petani.  Dengan  adanya  penelitian ini akan diketahui pendapan petani yang tidak mempunyai modal  dalam  menggarap  sawahnya  dengan  cara  melakukan  pinjaman  pada  BRI  Cabang  Paron.  Maka  dengan  ini  bisa  dibandingkan  dengan  penghasilan  petani yang tidak pinjam pada BRI cabang paron atau pinjam pada lembaga  yang lain.
 4. Bagi BRI Cabang Paron Sebagai  bahan  masukan  pada  pihak  bank  untuk  memberikan  pinjaman pada masyarakat petani. Sebab dengan adanya penelitian ini akan  diketahui  jumlah  pendapatan  para  petani  yang  melakukan  pinjaman  pada  BRI Cabang Paron.
E. Pembatasan Istilah Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran tentang maksud dan arti yang  terkandung  dalam  judul,  maka  penulis  perlu  berikan  batasan  istilah  sebagai  berikut: 1. Jumlah kredit disini hanya diberikan kepada petani oleh BRI Cabang Paron.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi