Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: HUBUNGAN PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BELAJAR DENGAN MINAT BACA BUKU MAHASISWA


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Penelitian  ٍ Artinya  :  “Bacalah  dengan  (menyebut)  nama  Tuhanmu  Yang  menciptakan.  Dia  perantaraan  kalam.  Dia  mengajarkan  kepada  manusia  apa  yang  tidak  telah  menciptakan  manusia  dari  segumpal  dara.  Bacalah,  dan  Tuhanmulah  Yang  Maha  Pemurah.  Yang  mengajar  (manusia)  dengan  diketahuinya”  Pendidikan  secara  psikologis  merupakan  suatu  proses belajar  yang  dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah prilaku  dan  pola  pemikiran  dengan  menggunakan  metode,  stratregi  dan  instrumen  tertentu. Sedangkan proses belajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi  proses  perubahan  pengembangan  ilmu  atau  pengetahuan baru  baik  dari  segala  macam aspek sumber belajar, sehingga terdapat perubahan dalam diri anak didik  baik  perubahan  pada  tingkat  pengetahuan,  pemahaman  dan  ketrampilan  atau  sikap.
   Dalam  undang-undang  SISDIKNAS  No.20   Tahun  2003,  disebutkan  bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik  secara aktif mengembangkan  potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,   QS. Al Iqro’ ayat 1-5   Oemar Hamalik, Proses Belajar Meng ajar,Bumi Aksara, Bandung, 2001, hlm. 48  1  2  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

   Keadaan  demikian  merupakan  fitrah  bagi  manusia  dengan  kesanggupan  untuk  mengubah  dunia  sebagai  hayawan  an-naathiq  untuk  mengemban  amanah  sebagai  khalifatullah  fi  al-ardh.  Dengan  mengutip  surat  al-Isra’  ayat  36,  Ibnu  Khaldun  menjelaskan  bahwa  manusia  sebagai  makhluk  yang  sanggup  berfikir  yang merupakan sumber dari segala kesempurnaan dan  puncak segala kemuliaan  dan ketinggian di atas makhluk lain.
   Hingga  sekarang,  pendidikan  masih  tetap  diakui  sebagai  elan-vital bagi  peningkatan  Sumber  Daya  Manusia  (SDM).  Oleh  sebab  itu,  pelaksanaan  pendidikan harus mampu mendongkrak bagi peningkatanSDM melalui berbagai  metodologi  maupun  perencanaan  yang  matang,  pelaksanaan  serta  bagaimana  mengukur kualitas proses pendidikan melalui evaluasi.
 Namun  ternyata  menangani  dunia  pendidikan  tidaklah  semudah  membalikkan  telapak  tangan.  Terbukti  bahwa  selama  ini  kualitas  pendidikan  di  Indonesia  masih  jauh  dari  yang  diharapkan.  Betapa  tidak,  berdasarkan  catatan  Human  Development  Report tahun  2003  versi  UNDP,  peringkat  HDI  (Human  Development  Index) atau  kualitas  sumber  daya  manusia  Indonesia  berada pada  urutan ke 112 dari 177 negara  . Indonesia jauh lebih rendah dari Negara Filipina    Undang-Undang   Sisdiknas  No.  20   tahun  2003,  Bab  I Pasal  I  Fokus  Media,  Bandung  2006 hlm 2   Muqaddimah Ibnu Khaldun, penerjemah Ahmadie Thoha (Jakarta: Pustaka Firdaus)hlm.
 521-522.
   Nurhadi,  Dkk,  Pembelajaran  Kontekstual  (CTL)  Dan  Penerapannya  Dalam  KBK,  Malang: UM Press,2004 hlm. 01  3  yang  berada  pada  urutan  ke  (85),  Thailand  (74),  Malaysia  (58),  dan  singapura  (28). Dan pada tahun 2007, Indonesia baru berada pada urutan ke 107 dari 177  negara,   dan  dari  12  negara  anggota  ASEAN,  Indonesia  berada pada  urutan  ke  12.
   Data tersebut menunjukkan bahwa selama setengah abad lebih Indonesia  merdeka, ternyata kualitas SDM Indonesia masih tertingal jauh di bawah negaranegara tetangga yang tidak lebih dulu meraih kemerdekaan. Ironisnya, kebijakan  pemerintah  terhadap  dunia  pendidikan  masih  setengah-setengah.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  dari  anggaran  pendidikan  sebesar  20  persen  dari  anggaran  APBN  sebagaimana diamanatkan Undang-Undang belum terwujud.
   Hingga  saat  ini,  pemerintah  terkesan  masih  mencari  format  pendidikan  nasional  yang  ideal.  Sehingga  lembaga  penyelenggara pendidikan  juga  belum  banyak  memikirkan  bagaimana  memformat  pendidikan  dengan  kualitas  output  yang baik/unggul, kecuali hanya diwakili oleh lembaga pendidikan tertentu yang  jumlahnya belum sebanding dengan jumlah peserta didik di Indonesia.
 Carut marutnya dunia pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia menjadi  momok  rendahnya  kualitas  pendidikan.  Ketidak  berdayaan  generasi  bangsa  produk pendidikan dalam berkompetisi di era globalisasi ini menjadi tanda tanya  besar,  ada  apa  sesungguhnya  pendidikan  di  Indonesia?  Bagaimana  penanganan  pendidikan  selama  ini?  Dan  apa  kendala  yang  dihadapi  oleh  lembaga  penyelenggara pendidikan?   Hermana Suemantri, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Khusus 1 Tahun ke-13, Agustus, 2007, Jakarta: Diknas, Hal. 6    Bambang  Triono,  Makalah  disampaikan  dalam  dalam  seminar  pendidikan  internasional  pada 5 Juli 2008 di UIN Malang ,   UUD 1945 Pasal 31 ayat 4.
 4  Menjawab pertanyaan di atas, Edward Salis, dalam bukunya Total Quality  Manajemen  In  Education  menyebutkan,  suatu  kondisi  yang  menyebabkan  rendahnya  mutu  pendidikan  dapat  berasal  dari  berbagai  macam  sumber,  yaitu  miskinnya  perencanaan  kurikulum,  ketidak  cocokan  pengelolaan  gedung,  lingkungan  kerja  yang  kurang  kondusif,  ketidaksesuaian  sistem  dan  prosedur  (manajemen),  tidak  cukupnya  jam  pelajaran,  kurangnya  sumber  daya  dan  pengembangan staf.
   Memetik dari beberapa kriteria yang telah diungkapkan oleh Edward Salis,  sebenarnya  secara  harfiyah  dapat  diberikan  kesimpulan, adanya  pengelompokan  faktor  penyebab rendahnya mutu  pendidikan  tersebut  tidaklah  menjadi  hal  yang  hanya  bisa  diperbincangkan  dan  dicari  siapa  atau  hal  apa  yang  menjadi  ujung  tombak kesalahan. Akan tetapi, perlu adanya tawaransoslusi yang jelas sehingga  faktor yang telah disebutkan bisa di tekan atau dirubah menjadi lebih baik.
 Seperti halnya faktor penyebab rendahnya pendidikanpada permasalahan  internal, sebut saja ketidaksesuaian sistem dan prosedur serta kurangnya sumber  daya belajar, sebenarnya sebuah pendidikan memilikibentuk solusi yang berbeda  walaupun  dalam  permasalahan  sama.  Sebagai  contoh  riil  yang  terjadi  sekarang  adalah tentang permasalahan pengaturan strategi belajar seorang anak didik. Tidak  seharusnya  sebuah  tatanan  pendidikan  hanya  memperhatikan  output  kesuksesan  dari hasil belajar tiap generasi perioditasnya, akan tetapi hal krusial yang harus di  perhatikan  adalah  proses  pencapaian  output  tersebut,  dengan  kata  lain  adalah  proses belajar anak didik.
   Edward  Salis,  Total  Quality  Manajemen  In  Education,  Manajemen  Mutu  Pendidikan .
 IrCisod, cet ketujuh, 2008, Yogyakarta hlm.104.
 5  Belajar  adalah  suatu  proses  yang  komplek  yang  terjadi  pada  diri  orang  sepanjang hidupnya. Proses belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja, salah satu  pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku  pada  diri  orang  itu  yang  mungkin  disebabkan  oleh  terjadinya  perubahan  pada  tingkat  pengetahuan,  keterampilan  atau  sikapnya.
    Bagi  sebagian  masyarakat,  belajar  memainkan  peranan  penting  dalam  penerusan  kebudayaan  berupa  kumpulan pengetahuan ke generasi baru, seperti halnya kebiasaan belajarnya.
   Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai macam permasalahan yang  menjadi  problema,  fenomena  ini  terjadi  pada  setiap  jenis  pembalajaran  baik  formal  maupun  nonformal,  sebut  saja  pada  metode  pembelajaran  yang  dipakai.
 Meskipun  pendidikan  nonformal  lebih  diberikan  hak  untuk  mengatur  strategi  belajar  sesuai  dengan  kebutuhan  pendidikannya.  Namun  ada  aturan  jelas  yang  telah diatur oleh pemerintah batasan dan kriteria ajar yang harus dipatuhi.
 Dalam pendidikan formal permasalahan krusial yang biasa dihadapi yakni  pada  proses  pembelajaran  anak  didik  karena  kuantitas  yang  rata-rata  cukup  banyak, tidak sama halnya seperti yang terjadi padaapendidkan non formal. Hal  ini  terjadi  pada  pendidikan  formal  pada  tingkat  paling  rendah  (Sekolah  dasar)  sampai pada tingkat tinggi (perguruan tinggi).
 Banyaknya  jumlah  anak  didik  menjadikan  lemanya  kontrol  pada  pendidikan  formal  akan  proses  belajar  yang  dilakukan  sehingga  menjadikan  sebuah  elemen  pemerintah  harus  berpikir  keras  untuk memberikan  solusi  yang  jelas agar permasalahan semacam ini tidak terulang pada pendidikan setelahnya.
  Arsyad Azhar, Media Pengajaran, Pt. raja grafindo Persada, Jakarta, 1997 hlm. 1-2   Bell Gredler Margaret, Belajar dan Membelajarkan, Rajawali, Jakarta,1991 hlm. 2  6  Dalam kaitannya dengan permasalahan tersebut, sahabat Ali berpesan “Didiklah  anak  kalian  dengan  pendidikan  yang  berbeda  dengan  yang  diajarkan  pada-mu  karena  mereka  diciptakan  untuk  zaman  yang  berbeda  dengan  zaman  kalian (dari Ali Bin Abi Thalib).”  Cermin pesan sahabat ali telah jelas bahwa semakin  tua usia pendididkan  permasalahan pun akan semakin komplek, maka dianjurkan metode dan strategi  pembelajaran tidak bersifat statis hanya pada posisis yang sama.
 Pada Perguruan tinggi studi  sosial,  seorang  mahasiswa  biasa dihadapkan  dengan  fenomena-fenomena  baru  yang  terjadi  di  sekitar  wilayah  pendidikan.
 Seperti halnya matakuliah Ekonomi yang merupakan salah satu program bidang  studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), matakuliah Ekonomi merupakan menuntut  pada  para  mahasiswa  untuk  mengetahui  kejadian-kejadian  perekonomian  yang  ada secara kontinyu, artinya harus mengetahui keaktualan peristiwa perekonomian  yang  sedang  berkembang  dan  begitu  pula  dengan  matakuliah  sosial  yang  lain.
 Berkenaan  dengan  itu  pula,  salah  satu  hal  yang  terpenting  adalah  dalam  penyusunan  tugas  perkuliahan,  maka  seorang  mahasiswa  yang  tergolong  menempuh   jurusan  sosial  dituntut  secara  optimal  menguasai  seluruh  sumber  belajar yang terkait dengan materi perkuliahan.
 Dengan  demikian   pemanfaatan  media  dapat  diupayakan sebagai  sarana  untuk  mengantarkan  pada  tujuan  pendidikan  yang  diharapkan,  maka  pengembangan metode belajar menjadi keniscayaan guna menyesuaikan dengan    Abdul  Mujib,  Yusuf  Mudzakkir,  Ilmu  Pendidikan  Islam Kencana,  Jakarta:  2006  hlm.101.
 7  dinamika  kehidupan  masyarakat  maupun  perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  tehnologi. Kemampuan beradaptasi dan berkompetisi dengan lingkungan dengan  berbagai  konsekuensinya  harus  benar-benar  ditanamkan  pada  peserta  didik  sebagai  generasi  masa  depan  bangsa.  Dengan   harapan peserta  didik  nantinya  dapat hidup secara mandiri dan taraf hidup yang lebih baik.
 Senada  dengan  yang  diungkapkan  oleh  umar  bin  khatab,  seabagaimana  dikutip oleh Abdul Mujib:  ّ “Sesungguhnya anak-anakmu dijadikan untuk generasi yang lain dari generasimu,  dan zaman ang lain dari zamanmu”  .
 Ungkapan tersebut cukup jelas bahwa dinamika kehidupan dari zaman ke  zaman  selalu  mengalami  perubahan.  Perubahan  tersebut  terjadi  pada  seluruh  aspek  kehidupan  manusia,  baik  aspek  ekonomi,  sosial,  budaya,  maupun  perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi.  Namun  demikian,  pengembagangan dan perubahan bahkan mungkin ijtihadyang dilakukan dengan  niat  berpegang  pada  prinsip  kemaslahatan  ummat,  sehingga  kebaikannya  tergolong sebagai amal jariyah. Sebagaimana dalam hadist Nabi SAW (    Artinya :  Barangsiapa  yang  menunjukkan  kebaikan,  maka  baginya pahala  seperti  orang  yang mengerjakannya (HR. Muslim)   Ibid , hlm. 127  8  Sejalan apa yang di ungkapkan oleh Sayyidina Ali RA.
"Suatu kebenaran yang tidak diorganisir dengan rapi(teratur)dapat dikalahkan  oleh kebathilan yang lebih terorganisir dengan rapi(teratur)".
 Pendidikan  merupakan  kegiatan  mulia,  namun  jika  tidak  terorganisir  dengan  baik,  maka  kualitas  pendidikan  juga  kurang  baik.  Diantara  usaha  mulia  dalam  upaya  meningkatkan  pendidikan  yang  berkualitas  ialah  dengan  meningkatkan kualitas anakdidik menggunakan metode pembebasan pemanfaatan  media  sebagai  sumber  belajar  yang  baik  dan  mengimplementasikannya  secara  professional. Demikianlah sebuah harapan dari pengembangan sebuah pendidikan  dapat diwujudkan. Sebab media dalam dunia pendidikan ibarat dua sisi mata uang  yang tidak bisa dipisahkan.
 ”Buku  adalah  jendela  Dunia”,  papatah  tersebut  merupakan  sebuah  motivasi  yang  sangat  berpengaruh  akan  semangat  seseorang  agar  bisa  menapresiatif sebuah semangat membaca  buku. Penafsiran  yang  ada  dikalangan  masyarakat adalah bahwa Buku saat itu adalah satu-satunya media yang mampu  memberikan  keseluruhaninformasi  yang  diperlukan  bagi  seorang  pembaca  yang  nantinya  diharapkan  dapat  memperkaya  pengetahuan  seseorang  setelah  adanya  pemanfaatan media baca ini.
 Dewasa  ini,  ketika  Ilmu  pengetahuan  dan  Teknologi  berkembang  pesat,  proses  pembelajaran  tidak  lagi  dimonopoli  oleh  kehadiran  guru  di  dalam  kelas.
 Peserta  didik  bisa  belajar  sesuai  dengan  minat  dan  gaya  belajarnya  masingmasing.  Seorang  desainer  pembelajaran  dituntut  untuk  dapat  merancang  9  pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis medi dan sumber belajar yang  sesuai  agar  proses  pembelajaran  berlangsung  efektif dan  efesien.
    Bersamaan  dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi pun ikut semakin  maju,  sehingga  mendorong  seorang  mahasiswa  untuk  lebih  dipermudah  dengan  segala  macam  media  pembelajaran  dalam  penyelesaian  tugas  yang  dibebankan  kepada  mereka.  Salah  satu  media  yang  paling  umum  adalah  kemunculan  media  internet.
 Sejarah  IT  dan  Internet  tidak  dapat  dilepaskan  dari bidang  pendidikan.
 Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET), seperti  diceritakan dalam buku “Nerds 2.0.1”. Demikian pulaInternet di Indonesia mulai  tumbuh  dilingkungan  akademis.  Penggunaan  Internet  di  bidang  pendidikan  di  Indonesia sudah mulai muncul dengan adanya program  “Sekolah 2000”, dimana  ditargetkan sejumlah sekolah (khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet  pada tahun 2000 ini.
   Pada hakikatnya, internet merupakan salah satu bentuk dari sumber belajar  sebuah  pendidikan.  Selain  internet,  banyak  media  lain  yang  dapat  dijadikan  sebagai sumber belajar mahasiswa, sebut saja perpustakaan, buku, media alam dan  lain  sebagainya.
    Namun,  pada  periode  terakhir  sumber  belajar  perpustakaan,  buku dan lainnya banyak ditinggalkan dan beralih keInternet, karena lebih efektif  dan efisiensi. Sebenarnya hal ini tidaklah menjadi  sebuah persoalan bila seorang   Sanjana Wina, Perencanaaan dan Desain sistem pembelajaran, Kencana, Jakarta, 2009  hlm. 198   Mayer Richard, Multimedia Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2009 hlm 32    Sanjana  Wina,  Perencanaaan  Dan  Desain  Sistem  Pembelajaran,  Kencana,  Jakarta,  2009 hlm. 228  10  mahasiswa  mampu  memanfaatkan  internet  pada  porsi  penggunan  dan  tidak  berlebihan.  Akan  tetapi,  pada  kenyataannya  internet biasa  dijadikan  oleh  mahasiswa untuk mengerjakan tugas perkuliahan, tanpa dipelajari terlebih dahulu  isi  dan  kualitas  data,  sehingga  internet  sekarang  ini  hanya  di  jadikan  sebagai  media belajar instan yang kurang baik serta mengakibatkan mahasiswa sekarang  banyak yang meninggalkan budaya baca buku.
   


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi