Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: IMPLEMENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) DALAMMATA PELAJARAN IPS (EKONOMI) Di MTs SURYA BUANA MALANG


BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah Pada  saata   ini,   peningkatan  kualitas  mata  pelajaran  IPS  (Ekonomi)   sangat diperlukan  untuk  mendapatkan   hasil  nilai  yang   tinggi   dalam  ujian   akhir   nasional (UAN).  Selain   itu,   pembelajaran   IPS   (Ekonomi)   juga   penting   untuk   mengetahui dasar   juga   dalam   hidup   bermasyarakat   nantinya.   Kurangnya   keterampilan   guru dalam   mengembangkan   pendekatan   dan   metode   pembelajaran,   sehingga   fokus pembelajaran   hanya   terpusat   pada   guru   (Teacher   Centered),   dan   kurang   ada partisipasi  siswa  yang  berarti.  Faktor-faktor  tersebut   di  atas  merupakan  penyebab menurunnyakualitaspembelajaranIPS.
Sehingga   ada   kecenderungan   dewasa   ini   untuk   kembali   pada   pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna jika mereka “mengalami” apa yang telah dipelajarinya,   bukan  sekedar   “mengetahui”.   Pembelajaran  yang   berorientasi  pada target   penguasaan   materi   terbukti   berhasil   dalam   kompetisi   “mengingat”   jangka pendek,  tetapi   gagal  dalam  membekali   anak  untuk  memecahkan   persoalan  dalam kehidupan   jangka   panjang,   itu   yang   sering   terjadi   pada   system   pendidikan   kita saat   ini.   Sehingga   perlu   diterapkan   suatu   alternatif   guna   meningkatkan   motifasi belajar siswa dengan suasana yang cenderung kreatif dengan tidak menghilangkan substansi   belajar   sehingga   mendorong   siswa   untuk   mengembangkan   potensi kreatifitasnya,   salah   satu   alternatif   yang   digunakan   adalah   dengan   mengubah metode   pembelajaran   yang   konservatif   menuju   metode   pembelajaran   yang menariksepertimetodepembelajaran contextualteachingand learning(CTL).

Mengatasi   masalah   tersebut   di   atas   perlu   adanya   penelitian   mengenai implementasi   pendekatan  contextual   teaching   and   learning  (CTL)   yaitu   suatu inovasi   pembelajaran   yang   dirancang   untuk   membantu   peserta   didik   memahami teori   secara   mendalam   melalui   pengalaman   belajar   praktik  empiric.   Model pembalajaran   CTL   ini   dapat   menjadi   program   pendidikan   yang   mendorong kompetensi,   tanggung   jawab,   dan   partisipasi   peserta   didik,   serta   belajar   menilai dan   mempengaruhi   kebijakan   umum   (public   polity),   memberanikan   diri   untuk berperan   serta   dalam   kegiatan   antar   siswa,   antar   sekolah,   dan   antar   masyarakat.
Sehingga  proses  pembelajaran  terpusat   pada  siswa   (student   centered).   Maka  dari itu denganmengimplementasikan  model CTLini diharapkandapat meningkatkan kualitas   pembelajaran   IPS   (Ekonomi)   yang   tidak   hanya   mengandalkan pengetahuan   secara   teks   tapi   juga   menghubungkannya   dengan   kondisi   di lingkungan   sekitar.   Adapun   tujuan   dari   pembelajaran   ini   adalah   menghidupkan suasana   kegiatan   pembelajaran   dan   tentunya   membawa   perubahan   dalam  belajar siswa   serta   mencetak   siswa   yang   tak   hanya   memiliki   “keterampilan   akademik” tetapijuga memilikiketerampilanhidup “life skill”.
Seiring denganperkembangan ilmu pengetahuandanteknologi, paradigma pembelajaran   di   sekolah   banyak   mengalami   perubahan,   terutama   dalam pelaksanaan   proses   pembelajaran   dari   yang   bersifat   behavioristik   menjadi konstruktivisme,   dari   yang  teacher   concered  menjadi  student   concered.
Pendekatan   tersebut   dikenal   dengan   nama    contextual,   teaching   and   learning (CTL).   Ruang   lingkup   lapangan   pendidikan   dan   pengajaran,   istilah   CTL   relatif masihbelumdikenalluas.
Pendekatan   CTL   ini   mengembangkan   kurikulum   dengan   fokus   pada penguasaan   kompetensi   tertentu   berdasarkan   tahap-tahap   perkembangan   peserta didik.   Peserta   didik   berada   pada   proses   perkembangan   yang   berkelanjutan   dari seluruh   aspek   kepribadian   sebagai   pemekaran   terhadap   potensi-potensi   bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. Setiap tahap   perkembangan   memiliki   sejumlah   potensi   bawaan   yang   dapat dikembangkan, tetapi pemekarannya sangat tergantung pada kesempatan yang ada dankondisi lingkungannya.
Pendidikan   merupakan   lingkungan   utama   yang   memberikan   kesempatan dan   dukungan   bagi   perkembangan   potensi-potensi   peserta   didik.   Setiap peserta didik mempunyai potensi bawaan sendiri-sendiri, meskipun aspekaspek   perkembangannya   sama   tetapi   tingkatannya   berbeda-beda.  Seorang peserta   didik   memiliki   kemampuan   berfikir   matematis   yang   tinggi,   tetapi peserta   didik   lain   mempunyai   kemampuan   berfikir   ekonomi,   politik, keuangan,   keterampilan   sosial   atau   komunikasi   yang   tinggi.   Para   guru diharapkan  dapat  mengenali  dan  memahami  potensi-potensi  yang  dimiliki peserta   didiknya.   Dengan  bekal   pemahaman   tersebut,   mereka   diharapkan dapat   membantu   mengembangkan   potensi-potensi   peserta   didik   sehingga dapatberkembangsecaraoptimal.
 Praktek danhasilnya tidak sesuaidengan apayangtelahdirencanakanoleh pemerintah,   apalagi   dengan   adanya   pergantian   sistem   pendidikan   di   Indonesia sekarang   ini   membingungkan   sebagian   besar   pendidik   dan   peserta   didik,   karena sekarangterdapatkurikulum baru yangdisebutsebagaiKurikulum TingkatSatuan Pendidikan   (KTSP)   yaitu   kurikulum   operasional   yang   disusun   dan   dilaksanakan oleh   masing-masing   satuan   pendidikan.   Melalui   KTSP   tersebut,   sekolah   dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga yang diberi kewenangan dan   tanggung   jawab   secara   luas   untuk   mandiri,   maju,   dan   berkembang  Abdul Majid danDian Andayani, Pendidikan AgamaIslam Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT. RemajaRosdakarya,2004), hal. 52-53  berdasarkan   strategi   kebijakan   manajemen   pendidikan   yang   ditetapkan pemerintah.
Persoalan   yang   muncul   adalah   apakah   kondisi   aktual   satuan   pendidikan dan  sekolah-sekolah  di  Indonesia beserta  sumber dayanya  sudah memiliki kesiapan   untuk   mengembangkan   dan   melaksanakan   KTSP   yang   akan mengubah pola dan system pengembangan kurikulum? Lantas, mampukah KTSP   mendongkrak   kualitas   pendidikan?,   dan   masih   banyak   persoalan lain   yang   perlu   diperhatikan   dalam   pengembangan   dan   penerapan KurikulumTingkatSatuanPendidikan.
 Berangkat   dari   banyak   sekali   masalah   yang   ditimbulkan   oleh   pergantian kurikulum  yang   tidak   memperhatikan   kondisi   peserta   didik   dan   pendidik,   dapat menimbulkan   suatu   masalah   karena   dengan   adanya   kurikulum   baru   tersebut, seorang   guru   dituntut   untuk   lebih   mampu   menggunakan   metode-metode   yang dapat   meningkatkan   pemahaman   terutama  dalam  mata   pelajaran   IPS  (Ekonomi).
Sehingga guru tidak hanya menyampaikan materi dalam kelas saja tapi juga dapat memberikan   contoh   dan   tugas   secara   alamiah   yang   lebih   mengena   terhadap pemahamansiswa.
Perkembangan   pendidikan   di   MTs   Surya   Buana   Malang   ini,   yang didirikan  sejak   tanggal   10  Juni   1999  dibawah  naungan  Departemen  Agama  yang bekerjasama   dengan   sebuah   yayasan   berusaha   untuk   membantu   meningkatkan kualitas   sumber   daya   manusia   terutama   mempersiapkan   generasi   muda   sebagai insani   pembangun   bangsa   yang   Islami,   taqwa,   cerdas   dan   mengabdi   dalam membangunIslamyangkuatdan tangguh.
Sedangkan  keadaan  siswa   di  MTs  Surya  Buana  Malang  terdiri   dari  kelaskelas kecil yang berjumlah antara 25-30 siswa per-kelas dengan rincian: kelas VII  E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),hal. 33  A  berjumlah  23  siswa,  kelas  VII  B  23  siswa,   kelas  VII  C  23  siswa,   kelas  VIII   A 27 siswa, kelas VIII B 27 siswa, kelas VIII C 28  siswa, kelas IX A 19 siswa, dan kelas   IX   B   24   kelas.   Hal   ini   dilakukan   karena   MTs  Surya   Buana   Malang  lebih mengedepankan   kualitas   daripada   kuantitas   yang   hal   ini   dibuktikan   dengan banyak  sekali keunggulan-keunggulan yang  dimiliki,  diantaranya tenaga   pengajar yang   professional   dengan  menggunakan  metode  pengajaran  yang   baru   (termasuk metode   pendekatan   CTL   pada   pelajaran   tertentu),   pembelajaran  Bilanguage (bidang matematics dan science), sistem Rooling class, try-out bulanan, Full-Day, dan  lain-lain.   Selain  itu   juga  dapat  dilihat  dengan  banyaknya   prestasi  yang   diraih baiktingkatnasionalmaupuntingkatdaerah.
Berangkat   dari   beberapa   hal   yang   menarik   tersebut,   perlu   adanya penelitian   yang   harus   dilakukan   untuk   mengetahui   bagaimana   implementasi pendekatan  contextual   teaching   learning  (CTL)   dalam   mata   pelajaran   IPS (Ekonomi), serta faktor apa saja sebagai penunjang dan penghambat dalam proses belajar-mengaja,sehingganantidapat diketahuimanfaatdanhasilnya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan  latar   belakang   di   atas,   penulis  merumuskan   masalah   sebagai berikut: 1. Bagaimana  Implementasi   Pendekatan  Contextual  Teaching   and   Learning (CTL) dalam mata pelajaran IPS (Ekonomi) pada siswa kelas VIII di MTs SuryaBuanaMalang? 2. Apa   faktor   penunjang   dan   penghambat   implementasi   Pendekatan Contextual   Teaching   and   Learning  (CTL)   dalam   mata   pelajaran   IPS (Ekonomi)padasiswa kelasVIII di MTs SuryaBuana Malang? C. Tujuan Penelitian Tujuan yangingindicapaidalampenelitianini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning  (CTL)   dalam   mata   pelajaran   IPS   (Ekonomi)  pada   siswa   kelas   VIII   di   MTs SuryaBuanaMalang.
2) Untuk   mengidentifikasi   faktor   penunjang   dan   penghambat   implementasi   Pendekatan Contextual   Teaching   and   Learning  (CTL)   dalam  mata  pelajaran   IPS   (Ekonomi)   pada siswa kelas VIII di MTs SuryaBuanaMalang.
D. Manfaat Penelitian Penelitianinibermanfaatuntukpendidikdan pesertadidik, antaralain: 1. Bagilembaga 3. Memberi   kontribusi   pemikiran   dalam   rangka   meningkatkan   kualitas pendidikandiMTs SuryaBuanaMalang.
4. Menjadi   pertimbangan   terhadap   pengambilan   kebijakan-kebijakan   dalam rangka   pengembangan   kreatifitas   guru   dan   proses   pembelajaran   di sekolah.
2. Bagiguru Dapat   meningkatkan   keterampilan   pengembangan   pendekatan,   metode atau   model   dalam   proses   pembelajaran,   serta   keterampilan   dalam penggunaanmediapembelajaran.
3. Bagisiswa a. Untuk membantusiswa termotifasidalamkegiatanbelajarnya.
b. Untuk membantusiswa dalammeningkatkanbelajarakademik c. Untuk   menjadikan   siswa   sebagai   subyek   yang   berperan   aktif   dalam kegiatanpembelajaran.
4. Bagipeneliti Untuk   mengetahui   sesuatu   yang   baru   dalam   dunia   pendidikan   serta melatihdirimenujukerjayangprofessional.
E. DefinisiIstilah Implementasi pendekatan ContextualTeachingand Learning(CTL)dalam mata   pelajaran   IPS   (Ekonomi)   adalah   penerapan   pendekatan   pembelajaran   yang menekankanpentingnyalingkunganalamiahsebagaiproses belajar matapelajaran IPS pada sub pokok bahasan Ekonomi.
BAB II KAJIAN TEORI 5. PengertianPendekatana ContextualTeachingand Learning(CTL) Bahasa   dalam   pendekatan  Contextual   Teaching   and   Learning  (CTL) terdiri   dari   tiga   kata   yang   saling   berkaitan,   sehingga   perlu   dijelaskan   tentang Teachingand Learning terlebihdahulu.
Umumnya  Teaching  adalah   pengajaran.   Proses   dimana   seorang   guru menyampaikan   materi   atau   ilmu   kepada   seorang   siswa   yang   direncanakan   agar dalamproses belajar-mengajardapatberjalanefektif.
menurut   B.   Suryosubroto   pengajaran   merupakan   hasil   proses   belajar mengajar,   efektifitasnya   tergantung   dari  beberapa   unsur.   Efektifitas   suatu kegiatan   tergantung   dari   terlaksana   dan   tidaknya   perencanaan,   karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif. Cara untuk   mencapai   hasil   belajar   yang   efektif   yaitu   murid-murid   harus dijadikanpedomansetiap kalimembuatpersiapandalammengajar.
 Sedangkan  Learning  secara   umum   artinya   pembelajaran.   Menurut   Siti Kusrini,   pembelajaran   adalah   upaya   pengembangan   sumber   daya   manusia   yang harus   dilakukan   secara   terus-menerus   selama   manusia   hidup.
 Pembelajaran menurut   Wirawan   merupakan   kegiatan  Full-Contact  yang   melibatkan   semua aspek   kepribadian   siswa   (pikiran,   perasaan.dan   bahasa   tubuh)   disamping pengetahuan,sikap, keyakinansebelumnyasertapersepsimasamendatang.
 Menurut   J.   Bruner   dalam   bukunya   Slameto,   menyatakan   bahwa   untuk meningkatkan   proses   belajar   perlu   lingkungan   yang   dinamakan   “Discovery  B.  Suryosubroto,  Proses  Belajar   Mengajar  Di  Sekolah,   (Jakarta:   Rineka   Cipta,   1997), hal. 9   Siti   Kusrini,  Dkk,  Keterampilan   Dasar  Mengajar,   (   Malang:  Fakultas   Tarbiyah   UIN, 2006),hal.
 Wirawan,  Quantum   Teaching,  Alternatif   pengajaran   untuk   peningkatan   mutu pembelajaran,(Jakarta:DepartemenPendidikanNasional, 2005),hal.
lerning environment” yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam hal ini Bruner juga menyatakan bahwa ada beberapa hal   yang   harus   diperhatikan   oleh   seorang   guru   dalam   mengaplikasikan   metode pembelajaran,diantaranyayaitu: a. Mengusahakan   agar   setiap   siswa   berpartisipasi   aktif,   minatnya   perlu ditingkatkan,kemudianpeludibimbinguntukmencapaitujuan tertentu.
b. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secarasederhanasehingga mudahdimengertioleh siswa.
c. Menganalisis  sequence.  Guru   mengajar,   berarti   membimbing   siswa melalui   urutan  pernyataan-pernyataan   dari  suatu   masalah,  sehingga   siswa memperoleh   pengertian   dan   dapat   men-transfer  apa   yang   sedang dipelajari.
d. Memberi  reinforcement  dan   umpan   balik   (feed-back).   Penguatan   yang optimal   terjadi   pada   waktu   siswa   mengetahui   bahwa   “ia   menemukan jawabanya”.
 Dari   berbagai   hal   yang   diperhatikan   guru   tersebut,   diharapkan   dapat meningkatkan   kualitas   belajar   siswa   secara   lebih   optimal.   Siswa   tidak   akan   lagi bosan atau meremehkan materi pelajaran yang diberikan guru, akan tetapi mereka akanmenganggappelajaranmerupakansuatukebutuhanhidup.
Belajar   banyak   diawali   dengan   membaca,   lalu   mengetahui   makna   yang ada   didalamnya   karena  belajar   membaca   merupakan   proses  yang   kompleks   yang  Slameto,  Belajar  dan  faktor-faktor   yang mempengaruhinya,   (Jakarta:   PT.  Rineka   Cipta, 2003),hal. 11-12  dapat  dicapai   oleh  otak  manusia.  Sebagian  besar   kita  belajar   membaca   pada  usia enam   atau   tujuh   tahun,   dan   dengan   berkembangnya   kemampuan   mental   diusia dewasa, kitabahkanmampumengatasitantanganyanglebihbesar.
 Sehingga   belajar   harus   selalu   dilakukam   dengan   bertahap   karena   Allah SWT.   menganjurkan   untuk   selalu   belajar,   seperti     kandungan   ayat   Al-Qura’an berikut: Artinya: “   Bacalah   dengan   (menyebut)   nama   Tuhanmu   Yang   menciptakan.   Dia telahMenciptakan manusia darisegumpaldarah. Bacalah, danTuhanmulah Yang Paling   Pemurah.   Yang   mengajar   (manusia)   dengan   perantara   kalam.   Dia mengajarkankepadamanusiaapa yangtidakdiketahui”.(Al-‘Alaq:1-5)  Dari   kandungan   ayat   Al-Qur’an   di   atas,   jangan   lupa   dengan   enam   kata Tanya:   Siapa?   Kapan?   Di   mana?   Apa?   Mengapa?   Bagaimana?   Dari   hasil membaca,buatlahteks bacaanmenjawabpertanyaan-pertanyaansaatmembaca.
 Adanya kecenderungan dalamduniapendidikandewasa ini, untuk kembali pada   pemikiran   bahwa   anak   akan   belajar   lebih   baik   jika   lingkungan   diciptakan secara   alamiah   yang   nantinya   belajar   akan   lebih   bermakna  jika   anak   mengalami sendiri   apa   yang   telah   dipelajarinya,   bukan   sekedar   mengetahui.   Pembelajaran yang   berorientasi   target   penguasaan   materi   terbukti   berhasil   dalam   kompetisi mengingat   jangka   pendek   tetapi   gagal   dalam   membekali   anak   memecahkan  BobbiDe Porter, QuantumLearning, ( Bandung:Kaifa,2002),hal.252   YayasanpenyelenggarapenterjemahanAl-Qur’an,Al-Qur’andan Terjemahan,(Jakarta: PT. Bumi Restu, 1977), hal. 10  BobbiDe Porter, op.cit., hal. 2 persoalan   dalam  kehidupan   jangka   panjang,   dan   itulah   yang   terjadi   dikelas-kelas sekolahkita.
Pengertian  Teaching   and   Learning  telah   disinggung,   maka   untuk   lebih jelasnya   lagi   tentang   definisi   pembelajaran    Contextual   Teaching   and   Learning (CTL)menurutpara ahliadalahsebagaiberikut: Jhonson   merumuskan   pengertian   CTL   sebagai   suatu   proses   belajar, dimana   siswa   memahami   arti   ilmu   pengetahuan   melalui   teori   yang   dipelajari dengan   menghubungkan   dengan   kondisi   sehari-hari   yang   ada   dilingkungannya.
Berikutpenjelasannya: The  CTL  system   is   an  educational   process  that   aims  to   help  students   see meaning   in   the   academic   material   they   are   studying   by   connecting academic  subjects   with  the   context  of   their   personal,  social,   and  cultural circumstances. To achieve this aim, the system encompasses the following eight  components: making meaningful  connection, doing significant work, self-reguted   learning,   collaborating,   critical   and   creative   thinking, nurturing   the   individual,   reaching   high   standards,   using   authentic assessment”.
 Kutipan   di   atas   mengandung   arti   bahwa   sistem   CTL   merupakan   suatu proses   pendidikan   yang   bertujuan   membantu   siswa   melihat   makna  dalam  bahan pelajaran   yang   mereka   pelajari   dengan   cara   menghubungkan   dengan   konteks kehidupan   mereka   sehari-hari,   yaitu   dengan   konteks   lingkungan   pribadinya, sosialnya,   dan   budayanya.   Untuk   mencapai   tujuan   tersebut,   sistem   CTL   akan menuntut   siswa  melalui   kedelapan   komponen   utama  CTL:  melakukan  hubungan yang   bermakna,   mengerjakan   pekerjaan   yang   berarti,   mengatur   cara   belajar  Nurhadi,  Pembelajaran   Kontekstual   dan   Penerapannya   dalm   KBK,  (Malang:   UNM, 2004),Edisi Revisi, Cet. I,hal.
sendiri, bekerja sama, berfikir kritis dan kreatif, memelihara  atau merawat pribadi siswa, mencapaistandar yangtinggi,danmenggunakanasesemenautentik 


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi