BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah Pada saata
ini, peningkatan kualitas
mata pelajaran IPS
(Ekonomi) sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil nilai
yang tinggi dalam
ujian akhir nasional (UAN). Selain
itu, pembelajaran IPS
(Ekonomi) juga penting
untuk mengetahui dasar juga
dalam hidup bermasyarakat nantinya.
Kurangnya keterampilan guru dalam
mengembangkan pendekatan dan
metode pembelajaran, sehingga
fokus pembelajaran hanya terpusat
pada guru (Teacher
Centered), dan kurang
ada partisipasi siswa yang
berarti. Faktor-faktor tersebut
di atas merupakan
penyebab menurunnyakualitaspembelajaranIPS.
Sehingga ada
kecenderungan dewasa ini
untuk kembali pada
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna jika mereka “mengalami”
apa yang telah dipelajarinya,
bukan sekedar “mengetahui”. Pembelajaran
yang berorientasi pada target
penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi
“mengingat” jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali
anak untuk memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka
panjang, itu yang
sering terjadi pada
system pendidikan kita saat
ini. Sehingga perlu
diterapkan suatu alternatif
guna meningkatkan motifasi belajar siswa dengan suasana yang
cenderung kreatif dengan tidak menghilangkan substansi belajar
sehingga mendorong siswa
untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya, salah
satu alternatif yang
digunakan adalah dengan
mengubah metode
pembelajaran yang konservatif
menuju metode pembelajaran yang menariksepertimetodepembelajaran
contextualteachingand learning(CTL).
Mengatasi masalah
tersebut di atas
perlu adanya penelitian
mengenai implementasi
pendekatan contextual teaching
and learning (CTL)
yaitu suatu inovasi pembelajaran yang
dirancang untuk membantu
peserta didik memahami teori secara
mendalam melalui pengalaman
belajar praktik empiric.
Model pembalajaran CTL ini
dapat menjadi program
pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung
jawab, dan partisipasi
peserta didik, serta
belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan
umum (public polity),
memberanikan diri untuk berperan serta
dalam kegiatan antar
siswa, antar sekolah,
dan antar masyarakat.
Sehingga proses
pembelajaran terpusat pada
siswa (student centered).
Maka dari itu
denganmengimplementasikan model CTLini
diharapkandapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS (Ekonomi)
yang tidak hanya
mengandalkan pengetahuan
secara teks tapi
juga menghubungkannya dengan
kondisi di lingkungan sekitar.
Adapun tujuan dari
pembelajaran ini adalah
menghidupkan suasana
kegiatan pembelajaran dan
tentunya membawa perubahan
dalam belajar siswa serta
mencetak siswa yang
tak hanya memiliki
“keterampilan akademik” tetapijuga
memilikiketerampilanhidup “life skill”.
Seiring denganperkembangan ilmu
pengetahuandanteknologi, paradigma pembelajaran di
sekolah banyak mengalami
perubahan, terutama dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dari yang
bersifat behavioristik menjadi konstruktivisme, dari
yang teacher concered
menjadi student concered.
Pendekatan tersebut
dikenal dengan nama
contextual, teaching and
learning (CTL). Ruang lingkup
lapangan pendidikan dan
pengajaran, istilah CTL
relatif masihbelumdikenalluas.
Pendekatan CTL
ini mengembangkan kurikulum
dengan fokus pada penguasaan kompetensi tertentu
berdasarkan tahap-tahap perkembangan peserta didik. Peserta
didik berada pada
proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian sebagai pemekaran
terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang
ada dan diberikan oleh lingkungan. Setiap tahap perkembangan memiliki
sejumlah potensi bawaan
yang dapat dikembangkan, tetapi
pemekarannya sangat tergantung pada kesempatan yang ada dankondisi
lingkungannya.
Pendidikan merupakan
lingkungan utama yang
memberikan kesempatan dan dukungan
bagi perkembangan potensi-potensi peserta
didik. Setiap peserta didik
mempunyai potensi bawaan sendiri-sendiri, meskipun aspekaspek perkembangannya sama
tetapi tingkatannya berbeda-beda. Seorang peserta didik
memiliki kemampuan berfikir
matematis yang tinggi,
tetapi peserta didik lain
mempunyai kemampuan berfikir
ekonomi, politik, keuangan, keterampilan sosial
atau komunikasi yang
tinggi. Para guru diharapkan dapat
mengenali dan memahami
potensi-potensi yang dimiliki peserta didiknya.
Dengan bekal pemahaman
tersebut, mereka diharapkan dapat membantu
mengembangkan
potensi-potensi peserta didik
sehingga dapatberkembangsecaraoptimal.
Praktek danhasilnya tidak sesuaidengan
apayangtelahdirencanakanoleh pemerintah,
apalagi dengan adanya
pergantian sistem pendidikan
di Indonesia sekarang ini
membingungkan sebagian besar
pendidik dan peserta
didik, karena sekarangterdapatkurikulum
baru yangdisebutsebagaiKurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP)
yaitu kurikulum operasional
yang disusun dan
dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan.
Melalui KTSP tersebut,
sekolah dan satuan pendidikan
perlu dikembangkan menjadi lembaga yang diberi kewenangan dan tanggung
jawab secara luas
untuk mandiri, maju,
dan berkembang Abdul Majid danDian Andayani, Pendidikan
AgamaIslam Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT. RemajaRosdakarya,2004), hal. 52-53
berdasarkan strategi
kebijakan manajemen pendidikan
yang ditetapkan pemerintah.
Persoalan yang
muncul adalah apakah
kondisi aktual satuan
pendidikan dan
sekolah-sekolah di Indonesia beserta sumber dayanya sudah memiliki kesiapan untuk
mengembangkan dan melaksanakan KTSP
yang akan mengubah pola dan
system pengembangan kurikulum? Lantas, mampukah KTSP mendongkrak
kualitas pendidikan?, dan
masih banyak persoalan lain yang
perlu diperhatikan dalam
pengembangan dan penerapan KurikulumTingkatSatuanPendidikan.
Berangkat
dari banyak sekali
masalah yang ditimbulkan
oleh pergantian kurikulum yang
tidak memperhatikan kondisi
peserta didik dan
pendidik, dapat menimbulkan suatu
masalah karena dengan
adanya kurikulum baru
tersebut, seorang guru dituntut
untuk lebih mampu
menggunakan metode-metode yang dapat
meningkatkan pemahaman terutama
dalam mata pelajaran
IPS (Ekonomi).
Sehingga guru tidak hanya
menyampaikan materi dalam kelas saja tapi juga dapat memberikan contoh
dan tugas secara
alamiah yang lebih
mengena terhadap pemahamansiswa.
Perkembangan pendidikan
di MTs Surya
Buana Malang ini,
yang didirikan sejak tanggal
10 Juni 1999
dibawah naungan Departemen
Agama yang bekerjasama dengan
sebuah yayasan berusaha
untuk membantu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia terutama
mempersiapkan generasi muda
sebagai insani pembangun bangsa
yang Islami, taqwa,
cerdas dan mengabdi
dalam membangunIslamyangkuatdan tangguh.
Sedangkan keadaan
siswa di MTs
Surya Buana Malang
terdiri dari kelaskelas kecil yang berjumlah antara 25-30
siswa per-kelas dengan rincian: kelas VII
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006),hal. 33 A berjumlah
23 siswa, kelas
VII B 23
siswa, kelas VII
C 23 siswa,
kelas VIII A 27 siswa, kelas VIII B 27 siswa, kelas
VIII C 28 siswa, kelas IX A 19 siswa,
dan kelas IX B 24 kelas.
Hal ini dilakukan
karena MTs Surya
Buana Malang lebih mengedepankan kualitas
daripada kuantitas yang
hal ini dibuktikan
dengan banyak sekali
keunggulan-keunggulan yang
dimiliki, diantaranya tenaga pengajar yang professional dengan
menggunakan metode pengajaran
yang baru (termasuk metode pendekatan
CTL pada pelajaran
tertentu), pembelajaran Bilanguage (bidang matematics dan science),
sistem Rooling class, try-out bulanan, Full-Day, dan lain-lain.
Selain itu juga
dapat dilihat dengan
banyaknya prestasi yang
diraih baiktingkatnasionalmaupuntingkatdaerah.
Berangkat dari
beberapa hal yang
menarik tersebut, perlu
adanya penelitian yang harus
dilakukan untuk mengetahui
bagaimana implementasi pendekatan contextual
teaching learning (CTL)
dalam mata pelajaran
IPS (Ekonomi), serta faktor apa saja sebagai penunjang dan penghambat
dalam proses belajar-mengaja,sehingganantidapat diketahuimanfaatdanhasilnya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang di atas,
penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: 1. Bagaimana
Implementasi Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam mata pelajaran IPS
(Ekonomi) pada siswa kelas VIII di MTs SuryaBuanaMalang? 2. Apa faktor
penunjang dan penghambat
implementasi Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL)
dalam mata pelajaran
IPS (Ekonomi)padasiswa kelasVIII di MTs SuryaBuana Malang? C. Tujuan
Penelitian Tujuan yangingindicapaidalampenelitianini adalah: 1) Untuk
mendeskripsikan bagaimana implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dalam mata pelajaran
IPS (Ekonomi) pada
siswa kelas VIII
di MTs SuryaBuanaMalang.
2) Untuk mengidentifikasi faktor
penunjang dan penghambat
implementasi Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL)
dalam mata pelajaran
IPS (Ekonomi) pada siswa kelas VIII di MTs
SuryaBuanaMalang.
D. Manfaat Penelitian Penelitianinibermanfaatuntukpendidikdan
pesertadidik, antaralain: 1. Bagilembaga 3. Memberi kontribusi
pemikiran dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikandiMTs
SuryaBuanaMalang.
4. Menjadi pertimbangan terhadap
pengambilan
kebijakan-kebijakan dalam rangka pengembangan kreatifitas
guru dan proses
pembelajaran di sekolah.
2. Bagiguru Dapat meningkatkan keterampilan pengembangan pendekatan,
metode atau model dalam
proses pembelajaran, serta
keterampilan dalam penggunaanmediapembelajaran.
3. Bagisiswa a. Untuk
membantusiswa termotifasidalamkegiatanbelajarnya.
b. Untuk membantusiswa
dalammeningkatkanbelajarakademik c. Untuk
menjadikan siswa sebagai
subyek yang berperan
aktif dalam kegiatanpembelajaran.
4. Bagipeneliti Untuk mengetahui
sesuatu yang baru
dalam dunia pendidikan
serta melatihdirimenujukerjayangprofessional.
E. DefinisiIstilah Implementasi
pendekatan ContextualTeachingand Learning(CTL)dalam mata pelajaran
IPS (Ekonomi) adalah
penerapan pendekatan pembelajaran yang menekankanpentingnyalingkunganalamiahsebagaiproses
belajar matapelajaran IPS pada sub pokok bahasan Ekonomi.
BAB II KAJIAN TEORI 5.
PengertianPendekatana ContextualTeachingand Learning(CTL) Bahasa dalam
pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) terdiri dari
tiga kata yang
saling berkaitan, sehingga
perlu dijelaskan tentang Teachingand Learning terlebihdahulu.
Umumnya Teaching
adalah pengajaran. Proses
dimana seorang guru menyampaikan materi
atau ilmu kepada
seorang siswa yang
direncanakan agar dalamproses
belajar-mengajardapatberjalanefektif.
menurut B.
Suryosubroto pengajaran merupakan
hasil proses belajar mengajar, efektifitasnya tergantung
dari beberapa unsur.
Efektifitas suatu kegiatan tergantung
dari terlaksana dan
tidaknya perencanaan, karena perencanaan, maka pelaksanaan
pengajaran menjadi baik dan efektif. Cara untuk mencapai
hasil belajar yang
efektif yaitu murid-murid
harus dijadikanpedomansetiap kalimembuatpersiapandalammengajar.
Sedangkan
Learning secara umum
artinya pembelajaran. Menurut
Siti Kusrini, pembelajaran adalah
upaya pengembangan sumber
daya manusia yang harus
dilakukan secara terus-menerus selama
manusia hidup.
Pembelajaran menurut Wirawan
merupakan kegiatan Full-Contact
yang melibatkan semua aspek
kepribadian siswa (pikiran,
perasaan.dan bahasa tubuh)
disamping pengetahuan,sikap,
keyakinansebelumnyasertapersepsimasamendatang.
Menurut
J. Bruner dalam
bukunya Slameto, menyatakan
bahwa untuk meningkatkan proses
belajar perlu lingkungan
yang dinamakan “Discovery
B. Suryosubroto, Proses
Belajar Mengajar Di
Sekolah, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), hal. 9 Siti
Kusrini, Dkk, Keterampilan
Dasar Mengajar, (
Malang: Fakultas Tarbiyah
UIN, 2006),hal.
Wirawan,
Quantum Teaching, Alternatif
pengajaran untuk peningkatan
mutu pembelajaran,(Jakarta:DepartemenPendidikanNasional, 2005),hal.
lerning environment” yaitu
lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang
belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam hal
ini Bruner juga menyatakan bahwa ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh
seorang guru dalam
mengaplikasikan metode pembelajaran,diantaranyayaitu:
a. Mengusahakan agar setiap
siswa berpartisipasi aktif,
minatnya perlu ditingkatkan,kemudianpeludibimbinguntukmencapaitujuan
tertentu.
b. Menganalisis struktur materi
yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secarasederhanasehingga
mudahdimengertioleh siswa.
c. Menganalisis sequence.
Guru mengajar, berarti
membimbing siswa melalui urutan
pernyataan-pernyataan dari suatu
masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian
dan dapat men-transfer
apa yang sedang dipelajari.
d. Memberi reinforcement
dan umpan balik
(feed-back). Penguatan yang optimal terjadi
pada waktu siswa
mengetahui bahwa “ia
menemukan jawabanya”.
Dari
berbagai hal yang
diperhatikan guru tersebut,
diharapkan dapat meningkatkan kualitas
belajar siswa secara
lebih optimal. Siswa
tidak akan lagi bosan atau meremehkan materi pelajaran
yang diberikan guru, akan tetapi mereka akanmenganggappelajaranmerupakansuatukebutuhanhidup.
Belajar banyak
diawali dengan membaca,
lalu mengetahui makna
yang ada didalamnya karena
belajar membaca merupakan
proses yang kompleks
yang Slameto, Belajar
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2003),hal. 11-12 dapat
dicapai oleh otak
manusia. Sebagian besar
kita belajar membaca
pada usia enam atau
tujuh tahun, dan
dengan berkembangnya kemampuan
mental diusia dewasa,
kitabahkanmampumengatasitantanganyanglebihbesar.
Sehingga
belajar harus selalu
dilakukam dengan bertahap
karena Allah SWT. menganjurkan untuk
selalu belajar, seperti
kandungan ayat Al-Qura’an berikut: Artinya: “ Bacalah
dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telahMenciptakan manusia
darisegumpaldarah. Bacalah, danTuhanmulah Yang Paling Pemurah.
Yang mengajar (manusia)
dengan perantara kalam.
Dia mengajarkankepadamanusiaapa yangtidakdiketahui”.(Al-‘Alaq:1-5) Dari
kandungan ayat Al-Qur’an
di atas, jangan
lupa dengan enam
kata Tanya: Siapa? Kapan?
Di mana? Apa?
Mengapa? Bagaimana? Dari
hasil membaca,buatlahteks bacaanmenjawabpertanyaan-pertanyaansaatmembaca.
Adanya kecenderungan
dalamduniapendidikandewasa ini, untuk kembali pada pemikiran
bahwa anak akan
belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan secara alamiah
yang nantinya belajar
akan lebih bermakna
jika anak mengalami sendiri apa
yang telah dipelajarinya, bukan
sekedar mengetahui. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi mengingat jangka
pendek tetapi gagal
dalam membekali anak
memecahkan BobbiDe Porter,
QuantumLearning, ( Bandung:Kaifa,2002),hal.252 YayasanpenyelenggarapenterjemahanAl-Qur’an,Al-Qur’andan
Terjemahan,(Jakarta: PT. Bumi Restu, 1977), hal. 10 BobbiDe Porter, op.cit., hal. 2 persoalan dalam
kehidupan jangka panjang,
dan itulah yang terjadi
dikelas-kelas sekolahkita.
Pengertian Teaching
and Learning telah
disinggung, maka untuk
lebih jelasnya lagi tentang
definisi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)menurutpara
ahliadalahsebagaiberikut: Jhonson
merumuskan pengertian CTL
sebagai suatu proses
belajar, dimana siswa memahami
arti ilmu pengetahuan
melalui teori yang
dipelajari dengan
menghubungkan dengan kondisi
sehari-hari yang ada
dilingkungannya.
Berikutpenjelasannya: The CTL
system is an
educational process that
aims to help
students see meaning in
the academic material
they are studying
by connecting academic subjects
with the context
of their personal,
social, and cultural circumstances. To achieve this aim,
the system encompasses the following eight
components: making meaningful
connection, doing significant work, self-reguted learning,
collaborating, critical and
creative thinking, nurturing the
individual, reaching high
standards, using authentic assessment”.
Kutipan
di atas mengandung
arti bahwa sistem
CTL merupakan suatu proses pendidikan
yang bertujuan membantu
siswa melihat makna
dalam bahan pelajaran yang
mereka pelajari dengan
cara menghubungkan dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu
dengan konteks lingkungan
pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
Untuk mencapai tujuan
tersebut, sistem CTL
akan menuntut siswa melalui
kedelapan komponen utama
CTL: melakukan hubungan yang bermakna,
mengerjakan pekerjaan yang
berarti, mengatur cara
belajar Nurhadi, Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalm
KBK, (Malang: UNM, 2004),Edisi Revisi, Cet. I,hal.
sendiri, bekerja sama, berfikir
kritis dan kreatif, memelihara atau
merawat pribadi siswa, mencapaistandar
yangtinggi,danmenggunakanasesemenautentik
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi