BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Nilai
sosial merupakan sebuah
konsep abstrak dalam
diri manusia mengenai apa yang dianggap buruk, indah, atau
tidakindah dan benar atau salah.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik
atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui
proses menimbang. Hal
ini sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan yang
dianut masyarakat. Tidak
mengherankan apabila antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain terdapat
perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat
yang tinggal di
perkotaan lebih menyukai persaingan karena
dalam persaingan akan muncul
pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat desa
lebih cenderung menghindari
persaingan karena dalam
persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang
turun-temurun.
Berikut
ini dipaparkan beberapa
contoh penelitian yang
mengungkapkan budaya dan pola
komunitas lokal di dalam berinteraksi sosial, yang pada akhirnya berkesimpulan
pada penciptaan motivasi
yang kuat dari
individu-individu yang berada
pada suatu komunitas
tertentu. Menurut penelitian
Suradi diungkapkan bahwa
komunitas Osing termasuk
dalam komunitas yang memilki
pola komunikasi dan
interaksi sosial horizontal-egaliter .
Citra sebagai masyarakat Suradi,
Kehidupan Komunitas Adat
Terpencil Studi Sosial
Budaya Komunitas Osing
di Banyuwangi. (Jakarta:
Balitbang Kesos, Depsos. R.I, 2005), hlm.1 terbuka ini berhubungan dengan aktualisasi diri setiap anggota
masyarakat yang apa adanya, terang-terangan, tanpa basa-basi,
dan mudah akrab.
Orientasi
nilai budaya yang
bersifat terbuka tersebut
tidak terlepas dari sistem komunikasi
yang tidak terikat
lagi oleh kaidah-kaidah
(halus-kasar) atau (kromo-ngoko).
Kaidah itu bukan
hanya persoalan bahasa,
akan tetapi juga menjadi pola
tindakan setiap anggota
masyarakat. Masyarakat yang
nilai sosial budayanya
bersifat terbuka ini
terkesan kasar dari
sudut budaya yang
mengenal kaidah (halus-kasar)
atau (kromo-ngoko). Namun
demikian, mereka dapat mengaktualisasikan dirinya
secara utuh, mereka
dapat membicarakan realitas sosial secara apa adanya.
Begitu
pula dengan kebudayaan
Jawa, ketaatan masyarakatnya
bisa tersentralisasi pada
sultan sebagai contoh
agama dan pemerintahan,
sehingga sangat jarang
terjadi konflik antar
daerah. Namun dalam
sosial daerah budaya Madura, terdapat suatu keterikatan orang
Madura dengan ulama yang tidak sentral dan sifatnya
lokal. Yaitu ulama
umara dan blater (Jawara), yang
memiliki wilayah otoritas berbeda
namun saling melengkapi.
Berdasarkan
paradigma Barat, dikatakan umumnya agama kaum muslimin yang tinggal di Jawa adalah agama Jawa
(Javanisme). Biasanya pemeluk agama ini berkeyakinan
bahwa segala sesuatu
pada hakikatnya adalah
satu, merupakan kesaatuan hidup. Selanjutnya Javanismemeliputi
lebih banyak bidang apalagi apa yang dikenal
sebagai agama-agama formal
hanya mengenal bidang
sakral dan bidang
profane. Javanismememandang
kehidupan manusia selalu terpaut dalam www.kompas.com
kosmos
alam raga, dan
dengan demikian hidup
manusia semacam pengalaman religius.
Kehidupan
manusia hendaklah dalam
keadaan seimbang-tenang dengan Jagat
Raya, jangan sekali-kali
manusia itu menaklukkan
alam, jangan bersaing dan
berambisi atau ingin
mencapai sesuatu dengan
jalan terlalu memperhatikan barang-barang
materiil. Pendekatan terhadap
hidup dan kenyataan
itu tidak lain dan
tidak bukan dari pada sikap narimodan
sujud terhadap kehadiran Ilahi yang meliputi
segala sesuatu, terhadap sang Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini terwujud dalam kebatinan atau mistik Jawa.
Apabila paradigma
Barat cenderung mengeliminasi
apapun yang berbau Islam,
namun dari pandangan
lain Javanisme tidak dapat
dilepaskan dari Islam sebenarnya. Salah
saatunya uraian berikut
ini “ agama
Islam yang bersifat sinkretik,
yang disebut dengan
istilah Agama Jawi
atau kejawen". Agama
ini merupakan agama
Islam yang bercampur
dengan keyakinan dan
konsep-konsep Hindu-Budha yang
cenderung ke arah mistik, serta unsur-unsur yang berasal dari zaman pra Hindu.
Selama ini,
motif non-ekonomi dipandang
sebagai faktor yang
tidak termaktub dalam
operasi hukum ekonomi,
tetapi didasari sebagai
bagian yang esensial
dari situasi total
yang harus dipertimbangkan dalam
mengambil penjelasan yang
benar dari aspek
ekonomi dan hukum-hukum
yang mengatur aspek-aspek non-ekonomi tersebut.
Niels
Mulder. Kepribadian Jawa
dan Pembangunan Nasional. (Yogyakarta: Gajahmada
Un Press, 1996), hlm. 31.
Daristi
Soeratman. Kehidupan Dunia
Keraton Surakarta. 1830-1939.
(Yogya: Tamansiswa, 1989). hlm. 99.
Begitu
pula dengan ilmu
ekonomi yang diterapkan
kebanyakan saat ini dikenal sebagai
teori ekonomi Neo-Klasik.
Isi ajaran ekonomi
Neo-Klasik merupakan sintesa
teori ekonomi pasar
persaingan bebas Klasik
(Homo ekonomikus dan
invisible hand Adam Smith),
dan ajaran marginal
utility dan keseimbangan
umum Neo-Klasik. Tekanan
ajaran Neo-Kalsik adalah
bahwa mekanisme pasar persaingan
bebas, dengan asumsi-asumsi tertentu, selalu menuju keseimbangan
dan efisiensi optimal
yang baik bagi
semua orang. Artinya
jika pasar dibiarkan
bebas, tidak diganggu
oleh aturan-aturan pemerintah
yang bertujuan baik
sekalipun, masyarakat secara
keseluruhan akan mencapai kesejahteraan bersama yang optimal atau
disebut pareto optimal.
Oleh
karena itu diperlukan
suatu pendekatan yang
bisa mencakup keputusan
ekonomi yang diciptakan
akibat motif non
rasional. Menurut With ekonomi kelembagaan
tidak memfokuskan kepada
apa yang disebut
oleh beberapa ahli ekonomi (ekonom)
sebagai “motif-motifekonomi, yakni kosentrasi untuk memperoleh pendapatan (gain), motif
laba, atau maksimalkan sesuatu yang memiliki
materiil".
Pada level
motivasi, ekonomi kelembagaan
telah mengenal pentingnya perilaku
manusia ‘non rasional’
dalam pembuatan keputusan
ekonomi. Perilaku haus terhadap kekuasaan dan petualangan, rasa
kemerdekaan, sifat mementingkan orang lain,
keinginan tahu, adat
dan kebiasaan semuanya
dapat menjadi dapat menjadi
motivasi yang kuat dari perilaku ekonomi individu Ahmad Erani Yustika. Ekonomi Kelembagaan:
Definisi, Teori, & Strategi.( Malang: Bayumedia, 2006). hlm. 46.
Ibid.,
hlm. 85 Keputusan ekonomi
yang dipengaruhi oleh
agama dan nilai-nilai
lokal menciptakan keunikan yang
menarik untuk dikaji.
Bagaimana seseorang melaksanakan sesuatu kegiatan ekonomi tanpa
keinginan atau mendapat laba, atau bahkan
lebih menjunjung tinggi nilai yang diyakininya dari pada motif ekonomi yang diagung-agungkan dalam teori ekonomi neoklasik.
Maka dengan berdasar pada realita yang
ada dimana keputusan ekonomi seringkali
didasari motif-motif non ekonomi, maka penelitian ini akan mengkaji nilai lokal yang mendasari keputusan ekonomi
individu atau bahkan sebaliknya, bahwa kegiatan
ekonomi akan mempengaruhi
pola dari nilai
lokal yang berkembang.
B.
Fokus Penelitian Teori ekonomi
neoklasik menekankan bahwa
keputusan ekonomi didasarkan
pada motif rasional
yaitu kosentrasi untuk
memperoleh pendapatan, motif
laba, atau memaksimalkan
sesuatu yang memiliki
nilai materiil, tetapi berdasarkan
realita yang ada,
dimana sering kali
keputusan ekonomi didasari motif-motif non rasional, seperti sifat
mementingkan orang lain, adat, kebiasaan, yang
kesemuanya dapat menjadi
motivasi yang kuat
dari perilaku ekonomi individu.
Maka
fokus penelitian ini
adalah, bagaimanakah peran
nilai sosial dan agama dalam
lingkup ekonomi untuk
menjelaskan pola perilaku
individu sehubungan dengan
keputusan ekonomi yang diambil dihadapkan pada teori noeklasik tentang
rasionalisasi ekonomi?
C. Tujuan Penelitian Tujuan
dari penelitian ini
adalah memperoleh jawaban
atas fokus penelitian yang dipaparkan. Yakni untuk
mengetahui peran nilai sosial dan agama dalam lingkup
ekonomi untuk menjelaskan
pola perilaku individu
sehubungan dengan keputusan
ekonomi yang diambil
(dihadapkan pada kajian
ekonomi neoklasik tentang
rasionalisasi ekonomi).
D.
Manfaat Penelitian Manfaat dari
penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu yang dapat
digunakan sebagai bahan
rujukan yang nantinya dapat bermanfaat
bagi pengembangan teori
ke depan. Penelitian
ini tidak hanya
bermanfaat bagi pengembangan
teori saja, akan
tetapi dari penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat terutama diharapkan
bias menjadi bahan pertimbangan
untuk saling menghargai,
terutama dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Dan
dari penelitian ini
diharapkan juga pemerintah
dapat mengambil kebijakan
dalam hal keputusan
ekonomi individu. Sehingga
nantinya kebijakan yang diambil dapat menjadikan manfaat bagi
semuanya.
E.
Sistematika Pembahasan Adapun sistematika dalam penulisan penelitian
iniadalah sebagai berikut: Bab
pertama pendahuluan, yang
meliputi latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan diakhiri dengan
sistematika pembahasan.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi