Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: NILAI-NILAI SOSIAL DAN AGAMA DALAM KEPUTUSAN EKONOMI


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Nilai  sosial  merupakan  sebuah  konsep  abstrak  dalam  diri  manusia  mengenai apa yang dianggap buruk, indah, atau tidakindah dan benar atau salah.
 Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas  harus  melalui  proses  menimbang.  Hal  ini  sangat  dipengaruhi  oleh  kebudayaan  yang  dianut  masyarakat.  Tidak  mengherankan  apabila  antara  masyarakat  yang  satu  dengan  masyarakat  yang  lain  terdapat  perbedaan tata  nilai.  Contoh,  masyarakat  yang  tinggal  di  perkotaan  lebih  menyukai persaingan  karena  dalam  persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat  desa  lebih  cenderung  menghindari  persaingan  karena  dalam  persaingan  akan  mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
 Berikut  ini  dipaparkan  beberapa  contoh  penelitian  yang  mengungkapkan  budaya dan pola komunitas lokal di dalam berinteraksi sosial, yang pada akhirnya  berkesimpulan  pada  penciptaan  motivasi  yang  kuat  dari  individu-individu  yang  berada  pada  suatu  komunitas  tertentu.  Menurut  penelitian  Suradi  diungkapkan  bahwa  komunitas  Osing  termasuk  dalam  komunitas  yang memilki  pola  komunikasi  dan  interaksi  sosial  horizontal-egaliter  .  Citra  sebagai  masyarakat    Suradi,  Kehidupan  Komunitas  Adat  Terpencil  Studi  Sosial  Budaya  Komunitas  Osing  di  Banyuwangi. (Jakarta: Balitbang Kesos, Depsos. R.I, 2005), hlm.1  terbuka ini berhubungan dengan  aktualisasi diri setiap anggota masyarakat  yang  apa adanya, terang-terangan, tanpa basa-basi, dan mudah akrab.

 Orientasi  nilai  budaya  yang  bersifat  terbuka  tersebut  tidak  terlepas  dari  sistem  komunikasi  yang  tidak  terikat  lagi  oleh  kaidah-kaidah  (halus-kasar)  atau  (kromo-ngoko).  Kaidah  itu  bukan  hanya  persoalan  bahasa,  akan  tetapi  juga  menjadi  pola  tindakan  setiap  anggota  masyarakat.  Masyarakat  yang  nilai  sosial  budayanya  bersifat  terbuka  ini  terkesan  kasar  dari  sudut  budaya  yang  mengenal  kaidah  (halus-kasar)  atau  (kromo-ngoko).  Namun  demikian,  mereka  dapat  mengaktualisasikan  dirinya  secara  utuh,  mereka  dapat  membicarakan  realitas  sosial secara apa adanya.
 Begitu  pula  dengan  kebudayaan  Jawa,  ketaatan  masyarakatnya  bisa  tersentralisasi  pada  sultan  sebagai  contoh  agama  dan  pemerintahan,  sehingga  sangat  jarang  terjadi  konflik  antar  daerah.  Namun  dalam  sosial  daerah  budaya  Madura, terdapat suatu keterikatan orang Madura dengan ulama yang tidak sentral  dan  sifatnya  lokal.  Yaitu  ulama  umara dan  blater (Jawara),  yang  memiliki  wilayah otoritas berbeda namun saling melengkapi.
  Berdasarkan paradigma Barat, dikatakan umumnya agama kaum muslimin  yang tinggal di Jawa adalah agama Jawa (Javanisme). Biasanya pemeluk agama  ini  berkeyakinan  bahwa  segala  sesuatu  pada  hakikatnya  adalah  satu,  merupakan  kesaatuan hidup. Selanjutnya Javanismemeliputi lebih banyak bidang apalagi apa  yang  dikenal  sebagai  agama-agama  formal  hanya  mengenal  bidang  sakral  dan  bidang  profane.  Javanismememandang kehidupan manusia selalu terpaut dalam   www.kompas.com  kosmos  alam  raga,  dan  dengan  demikian  hidup  manusia semacam  pengalaman  religius.
 Kehidupan  manusia  hendaklah  dalam  keadaan  seimbang-tenang  dengan  Jagat  Raya,  jangan  sekali-kali  manusia  itu  menaklukkan  alam,  jangan  bersaing  dan  berambisi  atau  ingin  mencapai  sesuatu  dengan  jalan  terlalu  memperhatikan  barang-barang  materiil.  Pendekatan  terhadap  hidup  dan  kenyataan  itu  tidak  lain  dan tidak bukan dari pada sikap  narimodan sujud terhadap kehadiran Ilahi yang  meliputi segala sesuatu, terhadap sang Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini terwujud  dalam kebatinan atau mistik Jawa.
  Apabila  paradigma  Barat  cenderung  mengeliminasi  apapun  yang  berbau  Islam,  namun  dari  pandangan  lain  Javanisme tidak  dapat  dilepaskan  dari  Islam  sebenarnya.  Salah  saatunya  uraian  berikut  ini  “  agama  Islam  yang  bersifat  sinkretik,  yang  disebut  dengan  istilah  Agama  Jawi  atau  kejawen".  Agama  ini  merupakan  agama  Islam  yang  bercampur  dengan  keyakinan  dan  konsep-konsep  Hindu-Budha yang cenderung ke arah mistik, serta unsur-unsur yang berasal dari  zaman pra Hindu.
  Selama  ini,  motif  non-ekonomi  dipandang  sebagai  faktor  yang  tidak  termaktub  dalam  operasi  hukum  ekonomi,  tetapi  didasari  sebagai  bagian  yang  esensial  dari  situasi  total  yang  harus  dipertimbangkan  dalam  mengambil  penjelasan  yang  benar  dari  aspek  ekonomi  dan  hukum-hukum  yang  mengatur  aspek-aspek non-ekonomi tersebut.
   Niels  Mulder.  Kepribadian  Jawa  dan  Pembangunan  Nasional. (Yogyakarta:  Gajahmada  Un  Press, 1996), hlm. 31.
   Daristi  Soeratman.  Kehidupan  Dunia  Keraton  Surakarta.  1830-1939.  (Yogya:  Tamansiswa,  1989). hlm. 99.
 Begitu  pula  dengan  ilmu  ekonomi  yang  diterapkan  kebanyakan  saat  ini  dikenal  sebagai  teori  ekonomi  Neo-Klasik.  Isi  ajaran  ekonomi  Neo-Klasik  merupakan  sintesa  teori  ekonomi  pasar  persaingan  bebas  Klasik  (Homo  ekonomikus  dan  invisible  hand Adam  Smith),  dan  ajaran  marginal  utility  dan  keseimbangan  umum  Neo-Klasik.  Tekanan  ajaran  Neo-Kalsik  adalah  bahwa  mekanisme pasar persaingan bebas, dengan asumsi-asumsi tertentu, selalu menuju  keseimbangan  dan  efisiensi  optimal  yang  baik  bagi  semua  orang.  Artinya  jika  pasar  dibiarkan  bebas,  tidak  diganggu  oleh  aturan-aturan  pemerintah  yang  bertujuan  baik  sekalipun,  masyarakat  secara  keseluruhan  akan  mencapai  kesejahteraan bersama yang optimal atau disebut pareto optimal.
 Oleh  karena  itu  diperlukan  suatu  pendekatan  yang  bisa  mencakup  keputusan  ekonomi  yang  diciptakan  akibat  motif  non  rasional.  Menurut  With  ekonomi  kelembagaan  tidak  memfokuskan  kepada  apa  yang  disebut  oleh  beberapa ahli ekonomi (ekonom) sebagai “motif-motifekonomi, yakni kosentrasi  untuk memperoleh pendapatan (gain), motif laba, atau maksimalkan sesuatu yang  memiliki materiil".
  Pada  level  motivasi,  ekonomi  kelembagaan  telah  mengenal  pentingnya  perilaku  manusia  ‘non  rasional’  dalam  pembuatan  keputusan  ekonomi.  Perilaku  haus terhadap kekuasaan dan petualangan, rasa kemerdekaan, sifat mementingkan  orang  lain,  keinginan  tahu,  adat  dan  kebiasaan  semuanya  dapat  menjadi  dapat  menjadi motivasi yang kuat dari perilaku ekonomi individu   Ahmad Erani Yustika. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, & Strategi.( Malang: Bayumedia,  2006). hlm. 46.
  Ibid., hlm. 85  Keputusan  ekonomi  yang  dipengaruhi  oleh  agama  dan  nilai-nilai  lokal  menciptakan  keunikan  yang  menarik  untuk  dikaji.  Bagaimana  seseorang  melaksanakan sesuatu kegiatan ekonomi tanpa keinginan atau mendapat laba, atau  bahkan lebih menjunjung tinggi nilai yang diyakininya dari pada motif ekonomi  yang diagung-agungkan dalam teori ekonomi neoklasik.
 Maka dengan berdasar pada realita  yang  ada dimana keputusan ekonomi  seringkali didasari motif-motif non ekonomi, maka penelitian ini akan mengkaji  nilai lokal yang mendasari keputusan ekonomi individu atau bahkan sebaliknya,  bahwa  kegiatan  ekonomi  akan  mempengaruhi  pola  dari  nilai  lokal  yang  berkembang.
 B.  Fokus Penelitian  Teori  ekonomi  neoklasik  menekankan  bahwa  keputusan  ekonomi  didasarkan  pada  motif  rasional  yaitu  kosentrasi  untuk  memperoleh  pendapatan,  motif  laba,  atau  memaksimalkan  sesuatu  yang  memiliki  nilai  materiil,  tetapi  berdasarkan  realita  yang  ada,  dimana  sering  kali  keputusan  ekonomi  didasari  motif-motif non rasional, seperti sifat mementingkan orang lain, adat, kebiasaan,  yang  kesemuanya  dapat  menjadi  motivasi  yang  kuat  dari  perilaku  ekonomi  individu.
 Maka  fokus  penelitian  ini  adalah,  bagaimanakah  peran  nilai  sosial  dan  agama  dalam  lingkup  ekonomi  untuk  menjelaskan  pola  perilaku  individu  sehubungan dengan keputusan ekonomi yang diambil dihadapkan pada teori noeklasik tentang rasionalisasi ekonomi?  
C.  Tujuan Penelitian  Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  memperoleh  jawaban  atas  fokus  penelitian yang dipaparkan. Yakni untuk mengetahui peran nilai sosial dan agama  dalam  lingkup  ekonomi  untuk  menjelaskan  pola  perilaku  individu  sehubungan  dengan  keputusan  ekonomi  yang  diambil  (dihadapkan  pada  kajian  ekonomi  neoklasik tentang rasionalisasi ekonomi).
 D.  Manfaat Penelitian  Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu yang  dapat  digunakan  sebagai  bahan  rujukan  yang  nantinya dapat  bermanfaat  bagi  pengembangan  teori  ke  depan.  Penelitian  ini  tidak  hanya  bermanfaat  bagi  pengembangan  teori  saja,  akan  tetapi  dari  penelitian  ini  diharapkan  dapat  bermanfaat  bagi  masyarakat  terutama  diharapkan  bias menjadi  bahan  pertimbangan  untuk  saling  menghargai,  terutama  dalam  pengambilan  keputusan  ekonomi.  Dan  dari  penelitian  ini  diharapkan  juga  pemerintah  dapat  mengambil  kebijakan  dalam  hal  keputusan  ekonomi  individu.  Sehingga  nantinya  kebijakan  yang diambil dapat menjadikan manfaat bagi semuanya.
 E.  Sistematika Pembahasan    Adapun sistematika dalam penulisan penelitian iniadalah sebagai berikut:    Bab  pertama  pendahuluan,  yang  meliputi  latar  belakang  masalah,  fokus  penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,  dan diakhiri dengan sistematika  pembahasan.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi