BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan ilmu
pengetahuan erat kaitannya
dengan perkembangan pendidikan, dimana
pendidikan mempunyai peran
yang strategis dalam menentukan arah
maju mundurnya kualitas
pendidikan. Hal ini
bisa dirasakan ketika sebuah
lembaga pendidikan dalam
menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar baik,
sehingga dapat dibuktikan
hasilnya. Berbeda dengan
lembaga pendidikan yang melaksanakan
pendidikan yang hanya
dengan sekedarnya maka hasilnya tidak optimal.
Oleh
karena itu bila
dipahami pengertian pendidikan
secara luas dan umum
adalah sebagai usaha
sadar yang dilakukan
pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan
latihan untuk membantu
peserta didik mengalami
proses pemanusiaan ke arah
tercapainya pribadi yang
dewasa atau susila
yaitu sosok manusia dewasa
yang sudah terisi
secara penuh bekal
ilmu pengetahuan serta memiliki integritas
moral yang tinggi
sehingga dalam perjalanannya
nanti, manusia yang selalu siap baik jasmani maupun rohani.
Sejalan dengan
paparan di atas,
maka dalam Undang-undang
RI No. Tahun 2003
tentang sistem pendidikan
nasional disebutkan bahwa
pendidikan merupakan kunci kemajuan,
semakin baik kualitas
pendidikan yang diselenggarakan oleh
suatu masyarakat atau
bangsa, maka akan
diikuti dengan semakin baiknya
kualitas masyarakat atau
bangsa tersebut. Sebab
pendidikan Darmaningtyas, Pendidiakn
Pada Masa Krisis Dan
Setelah Krisis: Evaluasi
Pendidikan Pada Masa Krisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 3.
adalah
usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta
didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya untuk
mewujudkan pengertian pendidikan
yang dimaksud, maka lingkungan
keluarga (orang tua)
merupakan pusat pendidikan
yang pertama dan utama
bagi seorang anak.
Keluarga merupakan proses
penentu dalam keberhasilan belajar.
Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Malik Fadjar
bahwa orang tua dikatakan
sebagai pendidik pertama
dan utama karena
pendidikan yang diberikan orang
tua merupakan dasar
dan sangat menentukan perkembangan
anak selanjutnya.
Oleh karena
pada diri setiap
anak terdapat suatu
dorongan dan daya
untuk meniru, dengan dorongan ini dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya. Masa
ini juga merupakan
masa sensitif bagi
anak sebab apa
yang dilihat dan apa
yang didengarnya akan
selalu ditiru tanpa
mempertimbangkan baik buruknya.
Dalam hal
ini sangat diharapkan
kewaspadaan serta perhatian
yang besar dari orang
tua, karena masa
meniru ini secara
tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari.
Dengan
demikian faktor identifikasi
dan meniru pada
anak-anak amat penting, sehingga
mereka menjadi terbina,
terdidik, dan belajar
dari pengalaman Standar
Nasional Pendidikan (SNP)
dan Undang-undang RI No. 20
Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2005), h. 95.
A. Malik
Fadjar, Holistika Pemikiran
Pendidikan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005), h.
188.
Ibid,
h. 190. langsung.
Hal ini pula
yang nantinya akan
berpengaruh lebih besar
daripada informasi atau pengajaran
lewat instruksi dan
petunjuk yang disampaikan
dengan kata-kata. Dalam lingkungan
keluarga, pendidikan yang
berlangsung di dalamnya adalah pendidikan
informal, dengan orang
tua sebagai pendidik.
Orang tua adalah pendidik kodrati
yang diberikan anugerah
oleh Allah berupa
naluri orang tua.
Kasih
sayang dan pengertian
keluarga khususnya orang
tua akan meninggalkan yang positif
dalam perkembangan jiwa
anak. Untuk itu
sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
Di sisi
lain sebelum anak
menjadi dewasa, orang
tua berkewajiban untuk mendidik anaknya
dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan
seperti berbicara,
berhitung, membaca, menulis,
dan sebagainya. Ketika
anak mencapai usia belajar,
maka orang tua
harus bertanggungjawab memasukkan
anaknya ke sekolah dan
membiayai pendidikannya. Orang
tua bertanggungjawab untuk membina
anak-anaknya dan mensejahterakan kehibupan
mereka. Adapun kesejahteraan anak
itu meliputi segi
fisik (jasmani) dan
mental (rohani). Dan tanggungjawab dalam
segi mental (rohani) ini merupakan masalah penting
karena kualitas pribadi anak
merupakan dari hasil
pembinaan mental rohaninya.
Salah satu bagian dari
tanggungjawab pembinaan mental
rohaninya. Salah satu
bagian dari tanggungjawab pembinaan
mental rohani anak
adalah menyekolahkan anak ke
sekolah atau ke
lembaga pendidikan. Karena
pendidikan merupakan suatu usaha
atau proses yang
ditujukan untuk membina
kualitas sumber daya
manusia seutuhnya agar ia
dapat melakukan perannya
dalam kehidupan secara
fungsional Hery Noer Aly
dan Munzier S.,
Watak Pendidikan Islam,
(Jakarta: Fisika Agung
Insani, 2003), h. 201. dan
optimal, dalam Islam
manusia dituntut untuk
menuntut ilmu dari
sejak lahir hingga akhir
hayat. Hal ini sesuai
dengan hadis Rasulullah
Saw. yang berbunyi adalah: - . Berdasarkan realita
dan peranan ketiga
lembaga ini maka
ahli pendidikan Ki Hajar
Dewantara menganggap ketiga
lembaga pendidikan ini
sebagai tri pusat pendidikan yang
meliputi keluarga, sekolah
dan masyarakat. Istilah
tiga lingkungan pendidikan itu
dikenal dengan pendidikan
informal, pendidikan formal dan
pendidikan non formal.
Di dalam
lingkungan keluarga (informal)
yang berperan menjadi
pendidik adalah orang tua
dan cara orang
dalam membimbing anak
belajar di rumah berbeda
satu sama lain,
karena tingkat pendidikan
orang tua yang
berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan
cara membimbing anak
dalam belajar belum dikuasai oleh
semua orang tua,
karena tidak semua
orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi.
Cara membimbing anak
dalam belajar di
rumah akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar anak,
sehingga anak di
sekolah akan mempunyai prestasi
belajar yang berbeda
sesuai dengan bimbingan
yang diperoleh anak dari orang tuanya.
Sedangkan para
orang tua yang
memiliki tingkat pendidikan
tinggi biasanya memiliki cita-cita
tinggi pula terhadap
pendidikan anak-anaknya.
Achmadi, Ideologi
Pendidikan Islam: Paradigma
Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Belajar), h. 85.
C. Idris
Zahara, Pendidikan dan
Keluarga, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada,
1995), h. 73.
Hery
Noer Aly dan Munzier S., Watak……. loq. cit., h. 205. Mereka menginginkan
agar pendidikan anak-anaknya
lebih tinggi atau
setidaknya sama dengan pendidikan
orang tua mereka,
cita-cita dan dorongan
ini akan mempengaruhi sikap
dan keberhasilan anak-anaknya
di sekolah. Hal
ini sesuai dengan pendapat
Ki Hajar Dewantara
bahwa seberapapun keadaan
tingkat pendidikan orang tua
menginginkan anaknya lebih
tinggi pendidikannya dibandingkan
dirinya.
Anak adalah
amanah bagi para
orang tua. Dia bagaikan kertas
putih yang siap diwarnai
dan dibentuk sesuai
dengan keinginan orang
tuanya. Selain itu dalam
kefitrahannya, anak membawa
potensi yang siap
dikembangkan, baik melalui tangan
orang tuanya, pendidik,
maupun masyarakat sekitarnya
karenanya orang tua harus
pandai dan bijak
dalam memberikan arahan,
bimbingan, dan pendidikan bagi
anak-anaknya. Demikian tersebut
diperkuat dengan teori
yang dicetuskan oleh John Locke tentang tabula rasa dan hadis Nabi: Artinya: Dri
Ibnu Umar R.A.
berkata: Aku pernah
mendengar Rasulullah Saw bersabda,”Kamu semua
adalah pemimpin dan
akan dipertanggungjawabkan tentang rakyat
yang dipimpinnya; Imam
adalah pemimpin, ia
akan dipertanggungjawabkan
tentang rakyat yang
dipimpinnya; dan seorang
laki-laki adalah pemimpin bagi
keluarganya, dan ia
akan dipertanggungjawabkan tentang keluarga yang
dipimpinnya; dan perempuan
juga pemimpin di
rumah suaminya dan ia
akan dipertanggungjawabkan tentang
rumah tangga suaminya
itu; pembantu juga pemimpin
bagi harta tuannya
dan ia akan dipertanggungjawabkan tentang
apa yang menjadi
tanggungjawab itu. Kamu semua
adalah pemimpin dan
kelak akan dipertanggungjawabkan tentang
apa yang dipimpinnya;. (H.R. Bukhari - Muslim) Ibid, h. 206.
Fatihuddin-Abul Yasin,
Himpunan Hadist Teladan
Sohih Muslim, (Surabaya:
Terbit Terang, t.thn), h. 185. Maka,
sesungguhnya mendidik anak dengan
baik dan benar
berarti menumbuh kembangkan totalitas
potensi anak secara
wajar potensi jasmaniyah dan rohaniyah
anak diupayakan tumbuh
dan berkembang secara
wajar melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani
seperti pemenuhan kebutuhan
sandang pangan dan papan.
Sedangkan potensi rohaniyahnya
anak diupayakan pengembangan secara
wajar melalui usaha
pembinaan intelektual, keagamaan, perasaan, dan budi pekerti yang
agung dan mulia.
Selain
itu melihat dari
kenyataan bahwa keluarga
yang orang tuanya berpendidikan rendah
atau tidak berpendidikan
ternyata berhasil dalam
mendidik anaknya. Sebaliknya ada
keluarga yang orang
tuanya berpendidikan tinggi ternyata kurang berhasil dalam
mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak
di sini adalah anak yang sekolahnya pintar dan memperoleh prestasi yang
baik.
Dari paparan
di atas, maka
yang menjadi permasalahan
adalah Ada Tidaknya Pengaruh
Tingkat Pendidikan dan
Dorongan Orang Tua
Terhadap Prestasi Belajar Mata
Pelajaran Ekonomi Siswa
kelas XI SMUN
I Sutojayan Blitar, sekaligus
sebagai judul skripsi sebagaimana yang tersirat pada judul skripsi ini.
B. Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian Untuk memberikan
batasan sebagai kajian,
maka fokus penelitian
ini diarahkan pada Prestasi
Belajar Mata Pelajaran
Ekonomi Siswa kelas
XI MUN I Sutojayan Blitar Semester II Tahun Ajaran
2008-2009.
Enoch
M. Yusuf, Administrasi Supervisi Pendidikan, (Malang: IKIP, 1995), h. 76.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang di atas,
maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh tingkat
pendidikan dan dorongan
orang tua terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar
belakang dan rumusan
masalah di atas,
maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat
pendidikan dan dorongan
orang tua terhadap
prestasi belajar mata pelajaran
ekonomi siswa kelas
XI SMUN I
Sutojayan Blitar tahun
ajaran 2008-2009.
E. Hipotesis Penelitian Hipotasis adalah
jawaban sementara tentang penelitian yang dilakukan dan harus di uji
kebenarannya terhadap suatu masalah. Pada hipotesis dalam penelitian kali ini
penulis megajukan hipotesis.
Ho
: Tidak ada
pengaruh atara tingkat
pendidikan dan dorongan
orang tua terhadap prestasi
belajar mata pelajaran
ekonomi siswa kelas
XI SMUN I Sutojayan Blitar Ha : Ada Pengaruh atara Tingkat Pendidikan dan
Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi
Belajar Mata Pelajaran
Ekonomi Siswa kelas
XI SMUN I Sutojayan Blitar TABEL 1.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi