Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan  ilmu  pengetahuan  erat  kaitannya  dengan  perkembangan pendidikan,  dimana  pendidikan  mempunyai  peran  yang  strategis  dalam menentukan  arah  maju  mundurnya  kualitas  pendidikan.  Hal  ini  bisa  dirasakan ketika  sebuah  lembaga  pendidikan  dalam  menyelenggarakan  pendidikan  yang benar-benar  baik,  sehingga  dapat  dibuktikan  hasilnya.  Berbeda  dengan  lembaga pendidikan  yang  melaksanakan  pendidikan  yang  hanya  dengan  sekedarnya  maka hasilnya tidak optimal.
 Oleh  karena  itu  bila  dipahami  pengertian  pendidikan  secara  luas  dan umum  adalah  sebagai  usaha  sadar  yang  dilakukan  pendidik  melalui  bimbingan, pengajaran,  dan  latihan  untuk  membantu  peserta  didik  mengalami  proses pemanusiaan  ke  arah  tercapainya  pribadi  yang  dewasa  atau  susila  yaitu  sosok manusia  dewasa  yang  sudah  terisi  secara  penuh  bekal  ilmu  pengetahuan  serta memiliki  integritas  moral  yang  tinggi  sehingga  dalam  perjalanannya  nanti, manusia yang selalu siap baik jasmani maupun rohani.

  Sejalan  dengan  paparan  di  atas,  maka  dalam  Undang-undang  RI  No.   Tahun  2003  tentang  sistem  pendidikan  nasional  disebutkan  bahwa  pendidikan merupakan  kunci  kemajuan,  semakin  baik  kualitas  pendidikan  yang diselenggarakan  oleh  suatu  masyarakat  atau  bangsa,  maka  akan  diikuti  dengan semakin  baiknya  kualitas  masyarakat  atau  bangsa  tersebut.  Sebab  pendidikan  Darmaningtyas,  Pendidiakn  Pada  Masa Krisis  Dan  Setelah  Krisis:  Evaluasi  Pendidikan Pada Masa Krisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 3.
 adalah  usaha  sadar  dan  terencana  untuk  mewujudkan  suasana  belajar  dan  proses pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi  dirinya untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian, kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
  Selanjutnya  untuk  mewujudkan  pengertian  pendidikan  yang  dimaksud, maka  lingkungan  keluarga  (orang  tua)  merupakan  pusat  pendidikan  yang  pertama dan  utama  bagi  seorang  anak.  Keluarga  merupakan  proses  penentu  dalam keberhasilan  belajar.  Sebagaimana  yang  diungkapkan  oleh  Malik  Fadjar  bahwa orang  tua  dikatakan  sebagai  pendidik  pertama  dan  utama  karena  pendidikan  yang diberikan  orang  tua  merupakan  dasar  dan  sangat menentukan  perkembangan  anak selanjutnya.
  Oleh  karena  pada  diri  setiap  anak  terdapat  suatu  dorongan  dan  daya  untuk meniru, dengan dorongan ini dapat melakukan  sesuatu yang telah  dilakukan orang tuanya.  Masa  ini  juga  merupakan  masa  sensitif  bagi  anak  sebab  apa  yang  dilihat dan  apa  yang  didengarnya  akan  selalu  ditiru  tanpa  mempertimbangkan  baik buruknya.
  Dalam  hal  ini  sangat  diharapkan  kewaspadaan  serta  perhatian  yang besar  dari  orang  tua,  karena  masa  meniru  ini  secara  tidak  langsung  turut membentuk watak anak di kemudian hari.
 Dengan  demikian  faktor  identifikasi  dan  meniru  pada  anak-anak  amat penting,  sehingga  mereka  menjadi  terbina,  terdidik,  dan  belajar  dari  pengalaman  Standar  Nasional  Pendidikan  (SNP)  dan  Undang-undang  RI  No.  20  Tentang  Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2005), h. 95.
  A.  Malik  Fadjar,  Holistika  Pemikiran  Pendidikan,  (Jakarta:  PT  RajaGrafindo  Persada, 2005), h. 188.
  Ibid, h. 190.   langsung.  Hal  ini  pula  yang  nantinya  akan  berpengaruh  lebih  besar  daripada informasi  atau  pengajaran  lewat  instruksi  dan  petunjuk  yang  disampaikan  dengan kata-kata.  Dalam  lingkungan  keluarga,  pendidikan  yang  berlangsung  di  dalamnya adalah  pendidikan  informal,  dengan  orang  tua  sebagai  pendidik.  Orang  tua  adalah pendidik  kodrati  yang  diberikan  anugerah  oleh  Allah  berupa  naluri  orang  tua.
 Kasih  sayang  dan  pengertian  keluarga  khususnya  orang  tua  akan  meninggalkan yang  positif  dalam  perkembangan  jiwa  anak.  Untuk  itu  sudah  sepantasnya  orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
  Di  sisi  lain  sebelum  anak  menjadi  dewasa,  orang  tua  berkewajiban  untuk mendidik  anaknya  dengan  berbagai  ilmu  pengetahuan  dan  keterampilan  seperti berbicara,  berhitung,  membaca,  menulis,  dan  sebagainya.  Ketika  anak  mencapai usia  belajar,  maka  orang  tua  harus  bertanggungjawab  memasukkan  anaknya  ke sekolah  dan  membiayai  pendidikannya.  Orang  tua  bertanggungjawab  untuk membina  anak-anaknya  dan  mensejahterakan  kehibupan  mereka.  Adapun kesejahteraan  anak  itu  meliputi  segi  fisik  (jasmani)  dan  mental  (rohani).  Dan tanggungjawab  dalam  segi mental  (rohani)  ini merupakan masalah  penting  karena kualitas  pribadi  anak  merupakan  dari  hasil  pembinaan  mental  rohaninya.  Salah satu  bagian  dari  tanggungjawab  pembinaan  mental  rohaninya.  Salah  satu  bagian dari  tanggungjawab  pembinaan  mental  rohani  anak  adalah  menyekolahkan  anak ke  sekolah  atau  ke  lembaga  pendidikan.  Karena  pendidikan  merupakan  suatu usaha  atau  proses  yang  ditujukan  untuk  membina  kualitas  sumber  daya  manusia seutuhnya  agar  ia  dapat  melakukan  perannya  dalam  kehidupan  secara  fungsional  Hery Noer  Aly  dan  Munzier  S.,  Watak  Pendidikan  Islam,  (Jakarta:  Fisika  Agung  Insani, 2003), h. 201.   dan  optimal,  dalam  Islam  manusia  dituntut  untuk  menuntut  ilmu  dari  sejak  lahir hingga  akhir  hayat.  Hal  ini  sesuai  dengan  hadis  Rasulullah  Saw.  yang  berbunyi adalah:  - .   Berdasarkan  realita  dan  peranan  ketiga  lembaga  ini  maka  ahli  pendidikan Ki  Hajar  Dewantara  menganggap  ketiga  lembaga  pendidikan  ini  sebagai  tri  pusat pendidikan  yang  meliputi  keluarga,  sekolah  dan  masyarakat.  Istilah  tiga lingkungan  pendidikan  itu  dikenal  dengan  pendidikan  informal,  pendidikan formal dan pendidikan non formal.
  Di  dalam  lingkungan  keluarga  (informal)  yang  berperan  menjadi  pendidik adalah  orang  tua  dan  cara  orang  dalam  membimbing  anak  belajar  di  rumah berbeda  satu  sama  lain,  karena  tingkat  pendidikan  orang  tua  yang  berbeda, kemungkinan  ilmu  pengetahuan  cara  membimbing  anak  dalam  belajar  belum dikuasai  oleh  semua  orang  tua,  karena  tidak  semua  orang  tua  mempunyai  tingkat pendidikan  tinggi.  Cara  membimbing  anak  dalam  belajar  di  rumah  akan berpengaruh  terhadap  prestasi  belajar  anak,  sehingga  anak  di  sekolah  akan mempunyai  prestasi  belajar  yang  berbeda  sesuai  dengan  bimbingan  yang diperoleh anak dari orang tuanya.
  Sedangkan  para  orang  tua  yang  memiliki  tingkat  pendidikan  tinggi biasanya  memiliki  cita-cita  tinggi  pula  terhadap  pendidikan  anak-anaknya.
  Achmadi,  Ideologi  Pendidikan  Islam:  Paradigma  Humanisme  Teosentris,  (Yogyakarta: Pustaka Belajar), h. 85.
  C.  Idris  Zahara,  Pendidikan  dan  Keluarga,  (Jakarta:  PT.  Raja  Grafindo  Persada,  1995), h. 73.
  Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak……. loq. cit., h. 205.   Mereka  menginginkan  agar  pendidikan  anak-anaknya  lebih  tinggi  atau  setidaknya sama  dengan  pendidikan  orang  tua  mereka,  cita-cita  dan  dorongan  ini  akan mempengaruhi  sikap  dan  keberhasilan  anak-anaknya  di  sekolah.  Hal  ini  sesuai dengan  pendapat  Ki  Hajar  Dewantara  bahwa  seberapapun  keadaan  tingkat pendidikan  orang  tua  menginginkan  anaknya  lebih  tinggi  pendidikannya dibandingkan dirinya.
  Anak  adalah  amanah  bagi  para  orang  tua.  Dia  bagaikan  kertas  putih  yang siap  diwarnai  dan  dibentuk  sesuai  dengan  keinginan  orang  tuanya.  Selain  itu dalam  kefitrahannya,  anak  membawa  potensi  yang  siap  dikembangkan,  baik melalui  tangan  orang  tuanya,  pendidik,  maupun  masyarakat  sekitarnya  karenanya orang  tua  harus  pandai  dan  bijak  dalam  memberikan  arahan,  bimbingan,  dan pendidikan  bagi  anak-anaknya.  Demikian  tersebut  diperkuat  dengan  teori  yang dicetuskan oleh John Locke tentang tabula rasa dan hadis Nabi: Artinya:  Dri  Ibnu  Umar  R.A.  berkata:  Aku  pernah  mendengar  Rasulullah  Saw bersabda,”Kamu  semua  adalah  pemimpin  dan  akan  dipertanggungjawabkan tentang  rakyat  yang  dipimpinnya;  Imam  adalah  pemimpin,  ia  akan dipertanggungjawabkan  tentang  rakyat  yang  dipimpinnya;  dan  seorang  laki-laki adalah  pemimpin  bagi  keluarganya,  dan  ia  akan  dipertanggungjawabkan  tentang keluarga  yang  dipimpinnya;  dan  perempuan  juga  pemimpin  di  rumah  suaminya dan  ia  akan  dipertanggungjawabkan  tentang  rumah  tangga  suaminya  itu; pembantu  juga  pemimpin  bagi  harta  tuannya  dan  ia  akan dipertanggungjawabkan  tentang  apa  yang  menjadi  tanggungjawab  itu.  Kamu semua  adalah  pemimpin  dan  kelak  akan  dipertanggungjawabkan  tentang  apa yang dipimpinnya;. (H.R. Bukhari - Muslim)   Ibid, h. 206.
  Fatihuddin-Abul  Yasin,  Himpunan  Hadist  Teladan  Sohih  Muslim,  (Surabaya:  Terbit Terang, t.thn), h. 185.   Maka,  sesungguhnya  mendidik  anak  dengan  baik  dan  benar  berarti menumbuh  kembangkan  totalitas  potensi  anak  secara  wajar  potensi  jasmaniyah dan  rohaniyah  anak  diupayakan  tumbuh  dan  berkembang  secara  wajar  melalui pemenuhan  kebutuhan-kebutuhan  jasmani  seperti  pemenuhan  kebutuhan  sandang pangan  dan  papan.  Sedangkan  potensi  rohaniyahnya  anak  diupayakan pengembangan  secara  wajar  melalui  usaha  pembinaan  intelektual,  keagamaan, perasaan, dan budi pekerti yang agung dan mulia.
 Selain  itu  melihat  dari  kenyataan  bahwa  keluarga  yang  orang  tuanya berpendidikan  rendah  atau  tidak  berpendidikan  ternyata  berhasil  dalam  mendidik anaknya.  Sebaliknya  ada  keluarga  yang  orang  tuanya  berpendidikan  tinggi ternyata kurang berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak  di sini adalah anak yang sekolahnya pintar dan memperoleh prestasi yang baik.
  Dari  paparan  di  atas,  maka  yang  menjadi  permasalahan  adalah  Ada Tidaknya  Pengaruh  Tingkat  Pendidikan  dan  Dorongan  Orang  Tua  Terhadap Prestasi  Belajar  Mata  Pelajaran    Ekonomi  Siswa  kelas  XI  SMUN  I  Sutojayan Blitar, sekaligus sebagai judul skripsi sebagaimana yang tersirat pada judul skripsi ini.
 B. Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian Untuk  memberikan  batasan  sebagai  kajian,  maka  fokus  penelitian  ini diarahkan  pada  Prestasi  Belajar  Mata  Pelajaran  Ekonomi  Siswa  kelas  XI  MUN  I Sutojayan Blitar Semester II Tahun Ajaran 2008-2009.
  Enoch M. Yusuf, Administrasi Supervisi Pendidikan, (Malang: IKIP, 1995), h. 76.
 C. Rumusan Masalah Berdasarkan  latar  belakang  di  atas,  maka  rumusan  masalah  dalam penelitian  ini  adalah  bagaimana  pengaruh  tingkat  pendidikan  dan  dorongan  orang tua terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan  latar  belakang  dan  rumusan  masalah  di  atas,  maka  tujuan yang  hendak  dicapai  dalam  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  seberapa  besar pengaruh  tingkat  pendidikan  dan  dorongan  orang  tua  terhadap  prestasi  belajar mata  pelajaran  ekonomi  siswa  kelas  XI  SMUN  I  Sutojayan  Blitar  tahun  ajaran 2008-2009.
 E. Hipotesis Penelitian Hipotasis adalah jawaban sementara tentang penelitian yang dilakukan dan harus di uji kebenarannya terhadap suatu masalah. Pada hipotesis dalam penelitian kali ini penulis megajukan hipotesis.
 Ho  :  Tidak  ada  pengaruh  atara  tingkat  pendidikan  dan  dorongan  orang  tua terhadap  prestasi  belajar  mata  pelajaran    ekonomi  siswa  kelas  XI  SMUN  I Sutojayan Blitar Ha :   Ada Pengaruh atara Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi  Belajar  Mata  Pelajaran    Ekonomi  Siswa  kelas  XI  SMUN  I Sutojayan Blitar TABEL 1.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi