Minggu, 08 Juni 2014

Skripsi IPS: PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN TINGKAT SEKOLAH (MGMPS) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 13 MALANG


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejarah  kehidupan manusia dari zaman dahulu sampai era globalisasi  sekarang ini tidak pernah terpisahkan dengan dunia pendidikan. Sebab semua  orang  sadar  dan  memahami,  bahwasanya  pendidikan  merupakan  suatu  hal  yang sangat fundamental dalam pembentukan keperibadian seorang manusia,  baik  dilihat  dari  sisi  kecerdasan  kognitif,  kecerdasan  emosional  dan  kecerdasan spiritual. Baik buruk dan berkualitas atau tidak sebuah peradaban  tidak  lepas  dari  kualitas  manusia  yang  merupakan  efek  dari  adanya  sebuah  pendidikan.
 Melihat  kondisi  riil  masyarakat  Indonesia  sekarang  dari  kaca  mata  global,  ternyata  masyarakat  indonesia  secara  umum  kualitas  SDM  jauh  tertinggal  bila  di  bandingkan  dengan  SDM  negara  lain  terlebih  bila  di  bandingkan dengan negara-negara yang berada di kawasan Eropa. Hal tersebut  merupakan bentukan yang dihasilkan  oleh lebaga pendidikan indonesia, baik  lembaga pendidikan formal maupun non formal.

 Bicara  masalah  kualitas  SDM masyarakat indonesia  yang merupakan  efek  dari  pendidikan,  maka  tentunya  kita  terlebih  dahulu  menyoroti  kualitas  pendidikan indonesia yang menjadi wadah tempat pembentukan keperibadian  manusia.  Kualitas  pendidikan  indonesia  bisa  kita  saksikan  dari  data  yang  di  keluarkan  oleh  PERC  (The  Political  and  Economics  Risk  Consultancy)  bahwa,  Kualitas  pendidikan  Indonesia  berada  di  urutan  terendah  dari  12  negara Asia, bahkan berada di bawah Vietnam menduduki urutan ke-11. Hal  ini  berdasarkan  penelitian  lembaga  konsultan  di  Singapura  PERC  (The  Political  and  Economics  Risk  Consultancy),  akhir  2001,  kata  Koordinator  Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) III Jakarta Prof Dr. Tb. Rony Nitibaskara.
 Ketika berbicara pada Seminar Optimalisasi Sumber Daya menghadapi AFTA  di Jakarta, Senin, ia mengatakan, hasil survei PERC itu menyebutkan, Korsel  menduduki  urutan  I,  Singapura  II  dan  Jepang  III.  Sedangkan  Indonesia  menduduki urutan ke-12 dari 12 negara yang disurvei dan Vietnam menduduki  urutan  ke-11.  Hasil  survei  itu  didasarkan  pada  kualitas  pendidikan  yang  menjadi  tenaga  kerja  dengan  argumentasi,  untuk  mendapatkan  tenaga  kerja  berkualitas didasarkan sistem pendidikan yang berkualitas.
 Hasil  penilaian  Program  Pembangunan  PBB  (UNDP)  pada  2000  menunjukkan,  kualitas  SDM  Indonesia  urutan  ke-109  dari  174  negara,  atau  jauh dibanding Singapura (24), Malaysia (61), Thailand (76), Filipina (77) dan  Vietnam (108).
 Pendidikan  yang  berkembang  dengan  baik  pada  suatu  masyarakat  dapat meningkatkan masyarakat menjadi berkualitas. Dengan pendidikan yang  berkualitas, maka akan terbentuk sumber daya manusia yang unggul. Kualitas  sumber  daya  manusia  menjadi  kunci  utama  dalam  menentukan  aktivitas  berbagai  sektor  pembangunan  fisik  maupun  nonfisik.  Untuk  menciptakan    Jakarta,  Bpost.  2007.  Kualitas  Pendidikan  Indonesia  Terendah.  Indomedia,  (online),  (http://www.indomedia.com/bpost/032002/5/depan/utama13.htm/ diakses 10 mei 2008) SDM  yang  berkualitas  maka  sekolah  sebagai  lembaga  pendidikan  formal  menjadi  institusi  kepercayaan  masyarakat  dalam  mempersiapkan  dan  mengantarkan generasi muda menghadapi era kompetisi global.
 Proses  pendidikan  merupakan  aktivitas  yang  panjang  sehingga  membutuhkan  perencanaan  matang  agar  mampu  menghasilkan  out  put  yang  berkualitas,  sebagaimana  tertuang  dalam  ketentuan  umum  UU  RI  nomor  20  tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1, ayat 1, berbunyi:  Pendidikan  adalah  usaha  sadar  dan  terencana  untuk  mewujudkan  suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan  potensi  dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya,  masyarakat,  bangsa  dan  negara.
 Dalam  konteks  nasional,  pemerintah  melaksanakan  kebijakan  perluasan  akses  kesempatan  belajar  bagi  setiap  warga  negara  untuk  memperolah pendidikan yang berkualitas dan mengelola kegiatan pendidikan  secara efektif  dan efisien.  Dan dalam  ruang lingkup lokal,  lembaga-lembaga  pendidikan  formal  pada  setiap  jenjang  pendidikan  diharapkan  mampu  menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan harapan masyarakat.
 Peran guru dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan determinan  yang strategis terhadap pencapaian kualitas pendidikan. Oleh karena itu, upaya  untuk  mempersiapkan  sumber  daya  manusia  yakni  seorang  guru  yang  profesional perlu adanya penegasan yang kongkrit.
   Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta  Undang-Undang  Republik  Indonesia  No.  20  Tahun  2003  tentang  sisdiknas.  Bandung:  Citra  Umbara. Hlm.
  Nulhakim, T. Rusman. 2007. Kinerja Guru Dan Implikasinya Pada Tunjangan Jabatan.
 Pendidikan dan Kebudayaan.13 (13): 2 Untuk  menjadi  seorang  guru  yang  profesional,  dalam  UU  RI  No  14  Tahun  20  ,  pada  bagian  kesatu  tentang  kualifikasi,  kompetensi,  dan  sertifikasi,  pasal  8,  “guru  wajib  memiliki  kualifikasi  akademik,  kompetensi,  sertifikat  pendidik,  sehat  jasmani  dan  rohani,  serta  memiliki  kemampuan  untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Selanjutnya dijelaskan pada  pasal  10,  bahwa  kompetensi  guru  yang  dimaksud  pada  pasal  8  meliputi,  “kompetensi  pedagogik,  kompetensi  keperibadian,  kompetensi  sosial,  dan  kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
 Di  dalam  proses  belajar  mengajar  betapapun  bagusnya  kurikulum  dengan menentukan standar isi yang tinggi, tetapi apabila tidak tersedia tenaga  guru yang profesional maka tujuan kurikulum tersebut akan sia-sia. Demikian  pula dengan sarana yang mencukupi tetapi tenaga guru yang tidak profesional  akan  menjadi  sia-sia juga.  Guru  adalah prajurit  terdepan di  dalam membuka  cakrawala  peserta didik memasuki  dunia ilmu pengetahuan dalam era global  dewasa  ini.  Tidak  heran  apabila  salah  satu  kualifikasi  akademik  guru  profesional menurut UU No. 14 Tahun 2005 sekurang-kurangnya mempunyai  ijazah S-1.
  Asumsi-asumsi  di  atas,  menjadi  tidak  bermakna  bila  tidak  disertai  dengan  upaya  guru  itu  sendiri  untuk  mendukung  peningkatan  kemampuan  profesionalitasnya.  Hal  ini  tercermin  pada  upaya  guru  dalam  melaksanakan  kewajibannya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih peserta didik.
  Undang-undang republik indonesia nomor 14 tahun 2005. op.cit., Hlm.
  Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta:  PT. Rineka Cipta. Hlm. 1 Dalam  hal  ini,  Delors  (1996)  dalam  laporannya  untuk  UNESCO  menyatakan:“improving  the  quality  of  education  deponds  on  improving  the  recruitment, training, social status, and condition of work teachers….” Dari  laporan  tersebut,  dapat  diketahui  bahwa  peningkatan  pendidikan  sangat  ditentukan  oleh  rekrutmen  guru,  pendidikan  dan  pelatihan,  status  sosial  dan  kondisi kerja.
  Dengan demikian peranan guru merupakan subsistem dominan  dalam peningkatan mutu pendidikan.
 Tuntutan  akan  kemajuan pendidikan  pada  masyarakat akan  bertumpu  lebih  kontras  kepada peran guru mata  pelajaran. Hal  tersebut senada dengan  ide  otonomi  dalam  bidang  pendidikan,  yaitu  memberi  peluang  pada  daerahdaerah  bahkan  unit  untuk  mengembangkan  diri sehubungan  dengan  kehasan  yang dimilikinya.
  Oleh karena itu hal yang perlu dibangkitkan adalah kinerja  guru dalam mengelola pembelajaran yang menjadi sinyalemen diterapkannya  sistem  MGMP  (Musyawarah  Guru  Mata  Pelajaran)  tingkat  kota  dan  Musyawarah Guru Mata Pelajran tingkat sekolah (MGMPS).
 Mengingat posisi guru yang merupakan ujung tombak pendidikan dan  penentu  kualitas  pendidikan,  dalam  melaksanakan  tugas  keprofesionalan,  maka  tugas  dan  tanggung  tawab  guru  dapat  dilihat  pada  UU  No.  14  tahun  2005,  pasal  20,  yaitu:  “Merencanakan  pembelajaran,  melaksanakan  proses  pembelajaran  yang  bermutu,  serta  menilai  dan  mengevaluasi  hasil  pembelajaran”. Dengan  adanya  sistem  MGMP  pada  setiap  tingkat  kota  dan   Nulhakim. Op.cit.,Hlm. 2  Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islam: Integrasi Jasmani, Rohani Dan Qalbu  Memanusiakan Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm.2  Undang-undang republik indonesia nomor 14 tahun 2005. op.cit., Hlm.
 MGMPS tingkat  sekolah, maka dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan  penilaian/evaluasi hasil pembelajaran  diharapkan akan mampu  menghasilkan  kualitas  yang  lebih  baik  dan  lebih  bermutu  bila  dibandingkan  dengan  kerja  guru yang dilakukan secara individual.
 Upaya  guru  merupakan  kegiatan-kegiatan  dalam  proses  belajar  yang  dilaksanakan secara profesional termasuk didalamnya inovasi-inovasi terbaru  yang  memungkinkan  terciptanya  pembelajaran  yang  berkualitas  sehingga  mampu  menghasilkan  out  put  yang  berkualitas  sesuai  dengan  harapan  masyarakat dan negara yang mampu bersaing dalam kancah nasional maupun  internasional.
 Dengan  diterapkannya  sistem  otonomi  pendidikan,  maka  kualitas  pembelajaran  pada  setiap  jenjang  pendidikan  khususnya  jenjang  pendidikan  menengah  pertama  (SMP/MTS)  pada  mata  pelajaran  IPS  Terpadu  terletak  pada  kinerja  dan  peran  MGMP  baik  tingkat  kota  mupun  tingkat  sekolah.
 Untuk mengetahui kinerja guru sebagai cerminan profesionalisme, bisa dilihat  dari  proses  pembalajaran  yang  berlansung   di  setiap  lembaga  pendidikan itu  sendiri.
 Dari deskripsi latar belakang dan permasalah di atas, dapat dirumuskan  permasalahan sebagai  berikut:  “Peran Musyawarah  Guru Mata  Pelajaran  Tingkat  Sekolah  (MGMPS)  IPS  Dalam  Meningkatkan  Kualitas  Pembelajaran  IPS  Terpadu  di  SMP  Negeri  13  Malang”.  Dengan  adanya  penelitian ini, di harapkan dapat memberikan penjelasan tentang dampak dari  adanya  kebijakan  Diknas  dengan  menerapkan  sistem  MGMP  pada  jenjang  pendidikan  dasar  (SD) dan  menengah  (SMP/SMA)  di  setiap  mata  pelajaran,  khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 13 Malang.
 B. Fokus Penelitian Berdasarkan paparan pendahuluan diatas, maka dalam penelitian ini secara  umum dapat difokuskan permasalahan yaitu bagaimana peran MGMPS dalam  meningkatkan kualitas pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 13 Malang?.
 Adapun fokus penelitian secara khusus sebagai berikut: 1. Bagaimana  peran  Musyawarah  Guru  Mata  Pelajaran  Tingkat  Sekolah  (MGMPS)  dalam  merencanakan  pembelajaran  IPS  Terpadu  di  SMP  Negeri 13 Malang?  2. Bagaimana peran MGMPS dalam peroses pembelajaran IPS Terpadu yang  diterapkan di SMP Negeri 13 Malang?  3. Bagaimana  peran  MGMPS  dalam  pelaksanaan  evaluasi/penilaian  yang  diterapkan dalam melihat hasil pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri  13 Malang? Fokus  masalah  diatas  akan  dipaparkan  secara  mendalam  dan  natural  agar  hasil  penelitian  dapat  menggambarkan  fakta  atau  keadaan  yang  sebenarnya  tanpa  adanya  manipulasi  informasi.  Oleh  karena  itu  untuk  mencapai hal tersebut digunakan pendekatan kualitatif.
 C. Tujuan Penelitian Tujuan  penelitian  secara umum  adalah  Untuk  mendeskripsikan  peran  Musyawarah  Guru  Mata  Pelajaran  tingkat  Sekolah  (MGMPS)  IPS  Terpadu  dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP Negeri 13 Malang.
 Sedangkan tujuan penelitian secara khusus yaitu: 1. Mendeskrepsikan  peran  Musyawarah  Guru  Mata  Pelajaran  Sekolah  (MGMPS) dalam  proses perencanaan pembelajaran IPS Terpadu di SMP  Negeri 13 Malang.
 2. Mendeskrepsikan peran MGMPS dalam proses pelaksanaan pembelajaran  IPS Terpadu yang diterapkan di SMP Negeri 13 Malang.
 3. Mendeskrepsikan  bentuk-bentuk  evaluasi/penilaian  yang  diterapkan  oleh  MGMPS dalam melihat hasil pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 13  Malang.
 D. Manfaat Penelitian Dengan  adanya  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  kepada: 1.  Bagi Lembaga (Sekolah) Hasil  penelitian  ini  dapat  dijadikan  sebagai  bahan  masukan  dan  refrensi  untuk mengadakan pembinaan dan peningkatan kualitas musyawarah guru  mata pelajaran (MGMP) dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.
 2.  Bagi Guru Hasil  penelitian  ini  dapat  dijadikan  sebagai  bahan  balikan  untuk  mengadakan koreksi diri, sekaligus usaha untuk memperbaiki kwalitas diri  sebagai  guru  yang  profesional  dalam  upaya  untuk  meningkatkan  mutu,  proses dan hasil belajar siswa yang maksimal.
 3. Bagi Siswa Hasil  penelitian  ini  daharapkan  dapat  dijadikan  sebagai  bahan  upaya  peningkatan  prestasi  belajar  siswa,  utamanya  pada  mata  pelajaran  IPS  Terpadu  sehingga  dapat  mengubah  perolehan  peringkat  yang  lebih  baik,  baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
 4.  Bagi Peneliti Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menambah  khasanah  pengetahuan  dan  dapat mengembangkan wawasan penelitian dan pendidikan.
 E. Definisi Istilah Sesuai dengan judul penelitian ini, maka adapun hal-hal yang perlu untuk  didefinisikan adalah sebagai berikut:  1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran Tingkat Sekolah (MGMPS).
 Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yaitu merupakan suatu  wadah  bagi  guru  mata  pelajaran  sejenis  untuk  meningkatkan  profesionalitas  sebagai  guru  dan  sebagai  tempat  untuk  memecahkan  berbagai  persoalan  yang  dihadapi  guru  mata  pelajaran  dalam  upaya  peningkatan kualitas.
 Musyawarah  guru  mata  pelajaran  yang  dilaksanakan  pada  tingkat  kota atau MGMP kota dilaksanakan oleh guru-guru mata pelajaran sejenis  yang berada dalam satu kota. Hasil musyawarah yang dilaksanakan  pada  tingkat kota belum tentu sesuai dengan masing-masing sekolah yang ada.
 Oleh karena itu, perlu untuk disesuaikan dengan kondisi sekolah masingmasing  maka  dibentuklah  Musyawarah  Guru  Mata  Pelajaran  Sekolah  (MGMPS)  dengan  tujuan  sebagai  wadah/tempat  mengkaji  ulang  hasil  MGMP kota untuk disesuaikan dengan kondisi sekolah.
 F. Sistematika Pembahasan Bab  1:  Pendahuluan,  berisi  tentang  pokok-pokok  pemikiran  yang  melatar  belakangi  penulisan  penelitian  ini,  yaitu  terdiri  dari  latar  belakang  masalah,  fokus  penelitian,  tujuan  penelitian,  manfaat  penelitian,  definisi operasional dan sistematika pembahasa.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi