Jumat, 04 Juli 2014

Skripsi Syariah:7.ITSBAT NIKAH POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DAN HAK ANAK (Studi Kasus Putusan Itsbat Nikah Poligami Pengadilan Agama Mojokerto No 0370 Pdt G 2012 PA Mr)


BAB I  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Islam  merupakan  aturan  yang  sesuai  dengan  fitrah  diciptakannya  manusia  dan  sejalan  dengan  kepentingan  kehidupannya.  Islam  memperhatikan  moralitas manusia memelihara kebersihan masyarakat, serta tidak mentoleransi  timbulnya  materealisme  yang  mendorong  terjadinya  kerusakan  akhlak  dalam  masyarakat  .
Allah  menciptakan  laki-laki  dan  perempuan  sehingga  mereka  dapat  berhubungan satu sama lain, sehingga mencintai menghasilkan keturunan serta  hidup  dalam  kedamaian  sesuai  dengan  perintah  Allah  SWT  dan  petunjuk  dari  Rasul-Nya.  Sebagaimana  Allah  berfirman  dalam  Al-Qur’an  surat  ar-Rum  ayat  21: Artinya:  Dan  di  antara  tanda-tanda  kekuasaan-Nya  ialah  Dia  menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung  dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan  sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda  bagi kaum yang berfikir.

  Musfir Aj-Jahrni, Poligami dari berbagai Persepsi, (Jakarta:Gema Insani Press,1997), 66.
 Tim Disbintalad, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta:Sari Agung, 1995), 796.
 Secara  realita  perkawinan  adalah  bertemunya  dua  makhluk  lawan  jenis  yang mempunyai kepentingan dan pandangan hidup yang sejalan. Sedang tujuan  perkawinan itu adalah agar manusia mempunyai kehidupan yang bahagia dunia  akhirat,  atau  dengan  kata  lain  perkawinan  bertujuan  untuk  mewujudkan  kehidupan  rumah  tangga  yang  sakinah,  mawadah  warahmah.  Seiring  dengan  tujuan  tersebut,  dapat  diartikan  juga  agar  perkawinan  menjadi  kekal  abadi  sehingga  tidak  putus  begitu  saja.  Pondasi  untuk  membentuk  dan  membina  kelangsungan  keluarga  demikian  itu  adalah  adanya  ikatan  lahir  batin  antara  seorang  suami  dan  seorang  isteri.  Hukum  mengharapkan  itu  semua  terwujud  apabila dilaksanakan berdasarkan hukum yang berlaku  .
Menurut  Undang-Undang  Nomor  1  tahun  1974  pasal  1,  perkawinan  adalah  “ikatan  lahir  batin  antara  seorang  pria  dengan  seorang  wanita  sebagai  suami  isteri  dengan  tujuan  membentuk  keluarga  yang  bahagia  dan  kekal  berdasarkan Ketuhanan Yang Maha  Esa”  .  Dengan pasal ini dapat dilihat tujuan  pernikahan  itu  sendiri  yaitu  untuk  membentuk  kelurga  bahagia  dan  kekal  berdasarkan  Ketuhanan  Yang  Maha  Esa  .  Rumusan  tersebut  mengandung  harapan  bahwa  dengan  melangsungkan  pernikahan  akan  diperoleh  suatu  kebahagiaan, baik materiil maupun spiritual.
 Titik Triwulan dan Trianto,  Poligami Perspektif Perikatan Nikah,  (Jakarta: Prestasi Pustaka,  2007), 5.
 Department agama  RI,  Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkup Peradilan  Agama, Undang-Undang Perkawinan, 131.
 Asmin, Status Perkawinan Antara Agama, (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986), 20.
 Sebagaimana dalam Undang - Undang Perkawinan disebutkan pada pasal  2 ayat (2): tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan  yang  berlaku.  Sedangkan  di  dalam  kompilasi  Hukum  Islam  juga  disebutkan,  pada pasal 6 ayat (2): “perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan pegawai  pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan hukum”. Kemudian pasal 7 ayat (1)  menyatakan : “perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah”  .
Demikianlah  untuk  melangsungkan  perkawinan  harus  dilaksanakan  menurut  tata  cara  yang  ditetapkan  oleh  peraturan  Perundang-undang  yang  berlaku.  Apabila  tidak  dilakukan  demikian,  banyak  orang  yang  menyebut  perkawinan  itu  hanya  di  bawah  tangan  atau  perkawinan  sirri  .  Secara  agama  perkawinan ini sah, akan tetapi tidak mempunyai kekuatan hukum, karena tidak  memiliki  bukti-bukti  perkawinan  yang  sah  menurut  peraturan  perundangundangan yang berlaku  .
Satu  hal,  jalur  nikah  sirri  telah  menjadi  pilihan  bagi  mereka  yang  bermaksud  untuk  beristeri  lebih  dari  satu  orang  (poligami).  Dari  nikah  sirri  inilah  kemudian  mereka  lanjutkan  kepada  permintaan  untuk  ditetapkan  pernikahannya dengan melalui jalur itsbat nikah poligami. Jalur ini mereka pilih   Abdurrahman,  Kompilasi  Hukum Islam  di  Indonesia,  (Jakarta:  Akademika  Pressindo,  2001),  114.
 Amir  Nuruddin  Dan  Azhari  Akmal  Tarigan,  Hukum  Perdata  Islam  Di  Indonesia,  (Jakarta:  Pernada Media, 2004), 124.
 Jaih  Mubarok,  Modernisasi  Hukum  Perkawinan  di  Indonesia,  (Bandung:  Pustaka  Bani  Quraisy), 87.    dibandingkan  dengan  melaksanakan  prosedur  poligami  menurut  ketentuan  Undang-Undang  Perkawinan.  Oleh karena itu perlu dipikirkan dan dikaji secara  mendalam  sebelum  dan  atau  dalam  menetapkan  kebijakan  penegakan  hukum  dalam  memberikan  alternatif  penyelesaian  permasalahan  kebutuhan  dan  kepastian hukum terhadap nikah siri melalui Itsbat nikah poligami.
Banyak  permasalahan  yang  bisa  muncul  dari  adanya  itsbat  nikah  poligami,  misalnya  mengenai  status  baru  bagi  isteri  maupun  anak  hasil  nikah  sirri  ataupun  isteri  dan  anak-anak  yang  dinikahi  secara  sah  sebelumnya  (isteri pertama).  Maka  Pengadilan  Agama  dalam  mengambil  keputusan  terhadap  permohonan  itsbat nikah poligami  isteri poligami yang diajukan ke Pengadilan  Agama  harus  menerima,  memeriksa,  menimbang,  memberi  keputusan  dalam  menyelesaikan  perkara  yang  diajukannya  dengan  pertimbangan  yang  matang  dan kajian mendalam, Pengadilan Agama harus banyak belajar dari kasus-kasus  yang telah ada, sesuai fakta kejadian dan demi keadilan dimasyarakat.
Pada  buku  PTA  (Pedoman  Tehnis  Administrasi)  dan  TPA  (Tehnis  Peradilan  Agama) 2008, bahwa Pekawinan yang tidak dicatatkan oleh Pegawai  Pencatat  Nikah  (PPN)  berindikasikan  penyelundupan  hukum  untuk  mempermudah  poligami  tanpa  prosedur  hukum,  dan  manjadi  masalah  dalam  status,  hak-hak  waris  atau  hak-hak  lain  atas  kebendaan.  Maka  Pengadilan  Agama  harus  lebih  bijak  dalam  memeriksa  dan  memutus  permohonan  Itsbat   nikah  poligami,  ini  dengan  tujuan  agar  proses  Itsbat  nikah  poligami  tidak  dijadikan sebagai alat untuk melegalkan perbuatan penyelundupan hukum.
Adanya Itsbat nikah poligami adalah bagai pisau bermata dua, disatu sisi  adanya  itsbat  nikah  poligami  adalah  untuk  membantu  masyarakat  dalam  menyelesaikan  permasalahan  nikah  sirinya,  akan  tetapi  disisi  lain  juga  berpeluang  untuk  membuka  berkembangnya  praktek  nikah  siri,  karena  seolaholah  nikah  siri  bisa  disepelekan,  yang  apabila  butuh  dan  ingin  tinggal  mensahkan  perkawinannya  ke  Pengadilan  Agama  dengan  mengajukan  Permohonan  Itsbat nikah  poligami, akhirnya status pernikahannya pun menjadi  sah  dimata  Negara.  Maka  bagi  para  hakim  akan  menjadi  pekerjaan  rumah  tersendiri,  apakah  dengan  mengitsbatkan  Nikah  tersebut  akan  membawa  lebih  banyak kebaikan atau justru mendatangkan madharat bagi semua pihak  dalam  keluarga tersebut  .
Pernikahan  seperti  ini  kurang  memberikan  perlindungan  hukum, khususnya kalau Peneliti  mangacu terhadap pasal 49 ayat (2) pasal 50 dan pasal  51 ayat (1) Undang-Undang Nomor  39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia  (HAM)  khususnya  yang  terkait  dengan  kedudukan  perempuan   dalam  profesinya,  sebagai  fungsi  reproduksi,  kepemilikan  dan  pengelolaan  harta  dan  seterusnya. Di samping itu bilamana terjadi tindak kekerasan, maka dalam nikah   Department agama RI, Undang-Undang Perkawinan, 131.
 siri juga rentan terjadi hal yang kontradiktif dengan berlakunya Undang-Undang  Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Munculnya status  baru bagi  isteri  maupun anak hasil nikah sirri dengan  adanya  itsbat nikah poligami  akan menjadi persoalan tersendiri bagi yang lain  (isteri dan anak-anak yang dinikahi secara sah, isteri atau anak-anak suami yang  berpoligami.  Oleh  karena  itu  dalam  mengambil  sikap  terhadap  permohonan  itsbat  nikah  poligami  isteri  poligami  yang  diajukan  ke  Pengadilan  Agama,  Pengadilan  Agama  tersebut  akan  menerima,  memeriksa  dan  mengadili  serta  menyelesaikan  perkara  yang  diajukannya  dengan  pertimbangan  dan  kajian  mendalam  kasus  perkasus,  sesuai  fakta  kejadian  dan  demi  keadilan  di masyarakat.
Tampaknya  jalur  nikah  sirri  akan  menjadi  pilihan  bagi  mereka  yang  bermaksud beristeri  lebih dari satu orang melalui cara pengesahan Nikah (itsbat  nikah  poligami),  dibandingkan  dengan  prosedur  poligami  menurut  ketentuan  Undang-Undang Perkawinan. Oleh karena itu perlu dipikirkan dan dikaji secara  mendalam  sebelum  dan  atau  dalam  menetapkan  kebijakan  penegakan  hukum  dalam  memberikan  alternative  penyelesaian  permasalahan  kebutuhan  dan  kepastian  hukum  terhadap  Nikah  Sirri  melalui  Itsbat  nikah  poligami.  Dalam  upaya  untuk  menghindari  tumbuhnya  kecenderungan  jatuhnya  pada  pilihan  pengajuan itsbat nikah poligami yang menjurus pada poligami tersebut.
 Dari  fenomena  di  atas  peneliti  berkeinginan  meneliti  permasalahan  tersebut yang ada di kota Mojokerto dengan judul ”Itsbat Nikah Poligami dalam  Perspektif  Perlindungan  Hak  Perempuan  dan  Hak  Anak  (Studi  Kasus  Putusan  Itsbat  Nikah  Poligami  Pengadilan  Agama  Mojokerto  Nomor  0370/Pdt.G/2012/PA.Mr.)”.
B.  Identifikasi Masalah Sesuai  dengan  latar  belakang  masalah  yang  telah  dikemukakan  sebelumnya, maka penulis mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1.  Hal-hal yang melatarbelakangi itsbat nikah poligami  2.  Peran hukum dalam itsbat nikah poligami 3.  Pertimbangan  hukum  yang  dipakai  hakim  dalam  memutus  perkara  itsbat  nikah poligami  4.  Implikasi itsbat nikah poligami terhadap perempuan dan anak  C.  Batasan Masalah Selanjutnya  dari  beberapa  masalah  yang  telah  berhasil  diidentifikasi,  maka penulis membatasi permasalahan pada: 1.  Dasar  pertimbangan  Hakim  dalam  memutuskankan  itsbat  nikah  poligami perkara Nomor : 0370/Pdt.G/2012/PA.Mr.
2.  Implikasi  putusan  itsbat  nikah  poligami  terhadap  perlindungan  Hak  Perempuan dan Hak Anak.
 D.  Rumusan Masalah Berdasarkan  latar  belakang  dan  kenyataan  di  atas,  maka  pokok  permasalahan  yang  dibahas  dalam  penelitian  ini  dapat  dirumuskan  beberapa  permasalahan sebagai berikut : 1.  Bagaimana  dasar  pertimbangan  Hakim  dalam  memutuskan  itsbat  poligami  perkara Nomor : 0370/Pdt.G/2012/PA.Mr.? 2.  Bagaimana  implikasi  putusan  itsbat  nikah  poligami  terhadap  perlindungan  hak Perempuan dan hak Anak?
E.  Kajian Pustaka Penelitian  yang  membahas  mengenai  masalah  itsbat  nikah  poligami maupun  poligami  sudah  banyak  yang  membahas  dari  berbagai  aneka  sudut  pandang. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1.    Karya  skripsi  yang  ditulis  oleh  Mas’ud  dengan  judul  “Studi  analisis  terhadap  kasus  itsbat  nikah  poligami  karena  izin  poligami  :  studi  kasus  perkara  Nomor  302/pdt.G/2005/PA  Mlg”.
 Dalam  karya  tulis  ini  penulis  menjelaskan,  bahwa  Pengadilan  Agama  Malang  mengkatagorikan  Itsbat  nikah poligami  dalam  perkara Contentius  itu tidak  relevan,  maka  putusan  tersebut  tersebut  seharusnya  diputus  secara  volenteir.  Sedangkan  Dasar  hukum  yang  digunakan  hakim  dalam  menetapkan  kasus  Itsbat  nikah   Mas’ud,  Studi Analisis Terhadap Kasus  Itsbat Nikah Poligami  Karena Izin Poligami : Studi  Kasus Perkara Nomor 302/Pdt.G/2005/PA Mlg, Skripsi pada Jurusan Ahwalus  Syakhsiyyah,  Fakultas  IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005.
 poligami  Karena  Poligami:  Pertama,  Perkawinan  yang  memenuhi  persyaratan  menurut  ketentuan  hukum  islam  yakni  dengan  adanya  calon  mempelai  laki-laki  dan  mempelai  perempuan,  wali  dari  calon  mempelai  perempuan,  dua  orang  saksi  dan  ijab  qabul  berdasarkan  pasal  2  ayat  (1)  Undang-Undang  tahun  1974.  Kedua,  bahwa  di  dalam  perkawinan  yang  dilakukan secara siri sehingga melahirkan seorang anak, untuk mendapatkan  kepastian,  kekuatan  hukum  yang  jelas,  yang  menjadi  salah  satu  aspek  di  kabulkannya permohonan istbat.
2.    Karya skripsi  yang ditulis oleh Siti Fatimah dengan judul “Status anak dari  perkawinan  akibat  penolakan  itsbat  nikah  poligami  menurut  UNDANGUNDANG  perkawinan  Nomor  1  tahun  1974  :  studi  kasus  Pengadilan  Agama  Malang”.
 Dalam  karya  ilmiah  disini  anak  membutuhkan  status  yang jelas di mata hukum maka upaya hukum yang harus ditempuh orang  tua  yaitu  dengan  melaksanakan  Akad  nikah  baru  (Perkawinan  yang  sah) baik itu menurut hukum Islam maupun menurut hukum positif setelah itu  dapat  dilakukannya  adopsi  ini  dilakukan  semata-mata  untuk  meneruskan  keturunan dan  arena permohonan itsbatnya ditolak oleh Pengadilan Agama,  maka dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
 Siti Fatimah, Status Anak dari Perkawinan Akibat Penolakan  Itsbat Nikah Poligami  Menurut  Undang-Undang  Perkawinan  Nomor  1  Tahun  1974  :  Studi  Kasus  PA  Mlg,  Skripsi  pada  Jurusan  Ahwalus Syakhsiyyah, Fakultas IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005.
 3.    Karya  skripsi  yang  ditulis  oleh  L.  Qodri  Shiddiq  dengan  judul  “Proses  pelaksanaan  itsbat  nikah  poligami  di  Pengadilan  Agama  Sumenep”  membahas  tentang  faktor-faktor  penetapan  itsbat  nikah  poligami  adalah  kelalaian  petugas  pencatat  nikah  kecamatan,  petugas  KUA,  modin  berjumlah  284,  perkawinan  dibawah  tangan  berjumlah  241,  perkawinan  diserahkan  kepada  kepala  desa  berjumlah  441,  perkawinan  sebelum  Undang-Undang  Nomor  1  tahun  1974  yang  berjumlah  231  buah  perkara.
Pelaksanaan itsbat nikah poligami  di Pengadilan Agama Sumenep meliputi  4  tahapan  yaitu:  pengajuan  permohonan,  pemeriksaan,  pembuktian  dan  penetapan itsbat nikah poligami  semua prosesi tersebut telah sesuai dengan  hukum acara perdata. Selain itu dari aspek hukum acara islam pelaksanaan  ini  pun  tidak  bertentangan  bahkan  hakim  dalam  menetapkan  putusannya  senantiasa  berdasar  pada  hukum  syar’i.  Para  hakim  senantiasa  berijtihad  dalam  memutuskan  perkara  yang  tidak  diatur  dalam  perundang-undangan  positif yaitu dengan menggali hukum-hukum Islam 


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi