Jumat, 04 Juli 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Allah  menjelaskan  bahwa seseorang  itu  telah  ditentukan  jodohnya,  hal  ini  dikarenakan  Allah  menciptakan  semua  makhluk-Nya  selalu  berpasangpasangan.  Ada  laki-laki  ada  perempuan,  ada  hujan  ada  terang,  ada  siang  ada  malam. Sesuai dengan firman-Nya dalam al-Qur’an Surat Yasi>n ayat 36 yaitu: Artinya:   Maha  Suci  (Allah)  yang  telah  menciptakan  semuanya  berpasangpasangan,  baik  dari  apa  yang  ditumbuhkan  oleh  bumi  dan  dari  diri  mereka  sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
  Berangkat  dari  penjelasan  ayat  di  atas,  dapat  dipahami  bahwa  semua  makhluk  yang diciptakan di  atas dunia ini semuanya  berpasang-pasangan. Dan  al-Qur’an adalah merupakan pedoman  dan petunjuk bagi kaum yang meyakini.
 Kehidupan berpasang-pasangan secara harfiyah bisa disebut dengan pernikahan.
 Pernikahan  merupakan  salah  satu  sunnah  Rasul  yang  dituntut  untuk  diikuti  umatnya termasuk umat muslim, maka selanjutnya Allah SWT memerintahkan  umat-Nya untuk  melakukan pernikahan. Dengan   melakukan pernikahan  sesuai  dengan  syariat  Islam,  Allah  menjanjikan  akan  memberikan  kehidupan  yang   Departemen  Agama  RI,  Al-qur’an  dan  Terjemahnya,,  (Surabaya:  CV  Pustaka  Agung  Harapan,  2006),    1   berkecukupan,  menghilangkan  berbagai  macam  kesulitan,  dan  diberikannya  kekuatan  yang  mampu  mengatasi  kemiskinan.  Dengan  pernikahan  berarti  membentuk    jalan  yang  mulia  untuk  mengatur  kepentingan  dan  kerukunan  rumah tangga.

  Sebagai umat Islam, pernikahan harus dilaksanakan sesuai dengan syarat  dan  rukun  yang  diatur  dalam  ajaran  agamanya  dan  tidak  juga  melupakan  apa  yang telah diatur oleh  Pemerintah. Karena rukun dan syarat menentukan suatu  perbuatan hukum, terutama yang menyangkut sah tidaknya perbuatan tersebut  dari  segi  hukum.
  Pernikahan  itu  dapat  menentramkan  jiwa,  menahan  emosi,  menutup  pandangan  dari  yang  dilarang  Allah  serta  untuk  mendapatkan  kasih  sayang suami isteri yang dihalalkan oleh Allah.
  Rukun yang paling pokok dalam sebuah ikatan pernikahan adalah adanya  persetujuan  kedua  mempelai  dan  kesepakatan  mereka  dalam  membina  ikatan.
 Sedangkan  kedua  hal  tersebut  tidak  dapat dirasakan  oleh    pancaindera, maka  dari itu hal tersebut harus diwujudkan dengan ungkapan dari kedua mempelai,  ungkapan  pertama  disampaikan  oleh  salah  satu  mempelai  yang  berisi  tentang  keinginannya untuk mengikat sebuah tali pernikahan, hal ini disebut dengan   M.A. Asyhari & Ummu Khoiroh, Ku Pinang Engkau Secara Islami,   (Surabaya: Putra Pelajar, 2001),     Amir Syarifuddin,  Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009),   H.S.A. Al-Hamdani,  Risalah Nikah, (Jakarta: Pustaka Amani,2001), 6   i>ja>b. Ungkapan  kedua akan disampaikan oleh pihak mempelai yang lain dengan  menyampaikan kerelaannya dan persetujuannya, hal itu disebut dengan qabu>l   Asas dan prinsip pernikahan itu dalam bahasa sederhananya yaitu  : a.  Asas sukarela b.  Partisipasi keluarga c.  Perceraian dipersulit d.  Poligami dibatasi secara ketat e.  Kematangan calon mempelai f.  Memperbaiki derajat kaum wanita Prinsip  yang  pertama  merupakan  hal  yang  penting  disoroti  dalam  pembahasan  ini  karena  hal  tersebut  menyangkut  hak  seseorang  dalam  menentukan pasangan hidup, dimana setiap pasangan  harus dalam keadaan rela  dan  telah  mampu  melakukan  persetujuan,  serta  bukan  orang  yang  dalam  pengampuan  orang  lain.  Menurut  hukum  adat,  pernikahan  dapat  merupakan  urusan  kerabat,  keluarga,  persekutuan,  juga  dapat  merupakan  unsur  pribadi,  tergantung pada tata susunan masyarakat yang bersangkutan. Dalam pandangan  masyarakat  adat,  pernikahan  itu  bertujuan  untuk  membangun  dan  memelihara  hubungan kekerabatan yang damai. Hal ini dikarenakan adanya nilai-nilai yang  menyangkut  tujuan  pernikahan  dan  kehormatan  keluarga  serta  kerabat   Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,  Juz 2,  (Beirut, Lebanon: Da>r al- Fikr,  2006),    Amir Syarifuddin , Hukum Perkawinan…, 26   bersangkutan dalam pergaulan masyarakat, maka proses pelaksanaan pernikahan diatur  dengan  tata  tertib  adat  supaya  dapat  terhindar  dari  pelanggaran  yang  dapat menjatuhkan martabat keluarga dan kerabat yang bersangkutan.
  Dijelaskan  dalam    hukum  pernikahan  Islam  terdapat  beberapa  unsur  pernikahan,  seperti:  definisi  pernikahan,  dasar  hukum  pernikahan,  syarat  dan  rukun  pernikahan  serta  tujuan  pernikahan.  Tujuan  pernikahan  pada  umumnya  bergantung pada masing-masing individu yang akan melakukannya, karena lebih  bersifat  subyektif.  Namun  tujuan  pernikahan  secara  umum  yang  memang  diinginkan  oleh  semua  orang  yang  akan  melakukan  pernikahan,  yaitu  untuk  memperoleh kebahagiaan dan  kesejahteraan lahir batin menuju kebahagiaan dan  kesejahteraan dunia dan akhirat.
  Akad  dalam  pernikahan  berbeda  dengan  akad  hutang  (qirad}).  Akad  hutang (qirad})  dimaksudkan untuk berlemah lembut sesama manusia, menolong  urusan  kehidupan  mereka  dan  memudahkan  bagi  sarana  hidup  mereka  bukan bertujuan  untuk  memperoleh  keuntungan  bukan  pula  untuk  mengeksploitir.
 Karena  itulah  seseorang  yang  diberi  hutang  (qirad})  tidak  dibenarkan  mengembalikan  kepada  pemberi  hutang,  kecuali  apa  yang  mereka  terima  darinya atau semisalnya.
   Muchlis Marwan, Hukum Adat , (Surakarta: Departemen P & K Universitas Sebelas Maret,1995), 1-  Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat…,   Pasaribu,  Chairuman  dan  Lubis,  K.  Suhrawardi,  Hukum  Perjanjian  dalam  Islam,  (Jakarta:  Sinar  Grafika,  1994),  137     Salah  satu  problema  yang  menarik  untuk  senantiasa  dibahas  di  dalam  masalah pernikahan  ialah tujuan pernikahan.  Pada kenyataannya  banyak  orang yang menganggap  gampang  dengan tujuan pernikahan.  Persoalan  yang muncul,  merupakan  persoalan  yang  cukup  menarik  dibahas.  Karena  pernikahan merupakan  hal  penting  dalam  membentuk  keluarga  yang  akan  menjadikan  sebuah tatanan generasi-generasi yang baik kedepannya.  Seringkali kehidupan  dimasyarakat  terjadi  penyalahgunaan  sebuah  pernikahan  dengan  tujuan-tujuan  yang  tidak  sesuai  dengan  tujuan  pernikahan  menurut KHI pasal  3 ( pernikahan  bertujuan  untuk  mewujudkan  kehidupan  rumah  tangga  yang  saki>nah,  mawaddah,  warah}mah).
  Fakta  yang  ada  hal  tersebut  terjadi  di  Desa  Padelegan  Kecamatan  Pademawu  Kabupaten  Pamekasan.  Berdasarkan  penelitian  di  lapangan  yang  dilakukan  oleh  penulis,  bahwa  di  desa  tersebut  terjadi  pernikahan  sebagai  pelunasan  hutang.  Problematika ini berawal dari  ayah mempelai laki-laki  yang  bernama Bapak Sura’i yang merupakan pedagang tembakau yang mempunyai  hutang  kepada  ayah  mempelai  perempuan  yang  bernama  Bapak  Abd.  Ghani,  karena  tembakaunya  tidak  laku  akhirnya  Bapak  Sura’i  tidak  bisa  mengembalikan hutangnya tersebut. Karena tidak mampu membayar hutangnya,  akhirnya Bapak Sura’i menikahkan anak laki- lakinya yang sulung yaitu   Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2008),  2   Mashudi  dengan  putri    Bapak  Abd.  Ghani    yaitu  Supiyah  dengan  jaminan  hutangnya tadi lunas. Akhirnya pernikahan berjalan meskipun tanpa persetujuan  kedua belah pihak. Awalnya calon mempelai laki-  laki (Mashudi) tidak setuju,  begitupun  calon  perempuan  (Sufiah)  tetapi  karena  paksaan  orang  tua  mereka  dan karena yang laki-laki didesak orang  tuanya demi melunasi hutangnya maka  pernikahan tersebut tetap dilangsungkan.
  B.  Identifikasi Masalah Berangkat  dari  pemaparan  yang  ada  pada  latar  belakang  diatas,  maka  dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut: 1.  Latar  belakang  terjadinya  pernikahan  sebagai  pelunasan  hutang  di  Desa  Padelegan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan.
 2.  Deskripsi  pernikahan  sebagai  pelunasan  hutang  di  Desa  Padelegan  Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan.
 3.  Tujuan pernikahan sebagai pelunasan hutang di Desa Padelegan Kecamatan  Pademawu Kabupaten Pamekasan.
 4.  Status  hukum  laki-laki  yang  dipaksa  menikah  oleh  walinya  sebagai  pelunasan  hutang  di  Desa  Padelegan  Kecamatan  Pademawu  Kabupaten  Pamekasan.
  Sura’i, Wawancara, Padelegan, 20Mei 2012.    5.  Analisis hukum Islam tentang pernikahan  sebagai pelunasan hutang di Desa  Padelegan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan.
 C.  Pembatasan Masalah Mengingat  banyaknya masalah  yang menjadi  obyek  pembahasan  dalam  penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut: 1.  Deskripsi  pernikahan  sebagai  pelunasan  hutang  di  Desa  Padelegan  Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan 2.  Analisis hukum Islam tentang pernikahan  sebagai pelunasan hutang di Desa  Padelegan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan
D.  Rumusan Masalah Berdasarkan  uraian  diatas,  maka  peneliti  membuat  rumusan  masalah  sebagai berikut: 1.  Bagaimana  deskripsi  pernikahan  sebagai  pelunasan  hutang  di  Desa  Padelegan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan? 2.  Bagaimana  analisis  hukum  Islam  terhadap  pernikahan  sebagai  pelunasan  hutang di Desa Padelegan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan? 
E.  Kajian Pustaka Kajian  pustaka  ini  intinya  adalah  untuk  mengetahui  apakah  terdapat  penelitian yang sejenis sehingga menimbulkan penelitian yang berulang.  Topik  utama yang dijadikan obyek penelitian dalam karya tulis ilmiah adalah masalah  pernikahan.
 Masalah    pernikahan    sesungguhnya telah banyak ditulis secara teoritis  didalam literatur, akan  tetapi penelitian tentang  pernikahan  sebagai  pelunasan  hutang,  bisa jadi, kalau tidak, sudah pasti, penelitian ini adalah penelitian yang  lebih awal muncul.
 Upaya  pembahasan  tentang  pernikahan  sebagaimana  yang  telah  dilakukan  oleh  para  mahasiswa,  diantaranya  oleh:  Khoirul  Hadi  tahun   didalam  tulisannya  “Tinjauan  Hukum  Islam  tentang  Hutang  Bersyarat  (Studi  Kasus  di  Desa  Weru  Komplek  Kecamatan  Paciran  Kabupaten  Lamongan)”.
 Skripsi ini lebih memfokuskan pembahasannya tentang isi dan bentuk perjanjian  hutang bersyarat  yang sudah menjadi sebuah tradisi yang jika dihilangkan akan  membawa kesulitan dalam usahanya.
   Khoirul  Hadi,  Tinjauan  Hukum  Islam  tentang  Hutang  Bersyarat  (Studi  Kasus  di  Desa  Weru  Komplek Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan), seorang mahasiswa Jurusan Muamalah Fakultas  Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, menyelesaikan pendidikan pada tahun 2003.
  Yang kedua, Ninik Umrotun Chasanah  tahun  2011di dalam tulisannya  “Hutang Piutang Dengan Jaminan Hasil Panen (Analisis Hukum Islam terhadap  Sistem Hutang Piutang dengan Jaminan Hasil Panen Tambak di Desa Banjarsari  Kecamatan  Buduran  Kabupaten  Sidoarjo)”.  Skripsi  ini   memfokuskan  pembahasannya tentang  mekanisme dan sistem hutang piutang dengan jaminan  hasil panen tambak yang tidak jelas setiap panennya.
  Yang ketiga,  Matrosih tahun 2010didalam tulisannya “ Analisa Hukum  Islam  terhadap  Perkawinan Wanita Berpenyakit Gila”. Skripsi ini memfokuskan  pembahasannya  tentang  pernikahan  yang  salah  satu  pasangannya  merasa  kecewa karena dirugikan dan  tidak menduga bahwa istri yang telah dinikahinya  akan mengalami gangguan jiwa, mengingat sebelum menikah proses ta’aruf atau  perkenalannya  tidak  dilakukan  dengan  maksimal  untuk  mengetahui  yang  sebenarnya tentang calon istrinya.
  Namun sampai saat ini penulis belum menemukan penelitian yang secara  spesifik  mengkaji  tentang “Analisis Hukum Islam  terhadap  Pernikahan  sebagai  Pelunasan  Hutang  di  Desa  Padelegan  Kecamatan  Pademawu  Kabupaten  Pamekasan”  yang  pembahasannya  difokuskan  pada  pelaksanaan  dan  tujuan  pernikahan  tersebut  yang  digunakan  sebagai  pelunasan  hutang  orang  tuanya  yang dilakukan oleh pasangan suami istri karena paksaan dari orang  tua suami   Ninik Umrotun Chasanah,  Hutang  Piutang Dengan Jaminan Hasil Panen (Analisis  Hukum  Islam  terhadap Sistem Hutang Piutang dengan Jaminan Hasil Panen Tambak di Desa Banjarsari Kecamatan  Buduran Kabupaten Sidoarjo),  tahun 2011.
  Matrosih, Analisa Hukum Islam Terhadap Perkawinan Wanita Berpenyakit Gila, tahun 2010   agar hutangnya lunas karena tidak dapat melunasi hutangnya di Desa Padelegan  Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan 


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi