Jumat, 04 Juli 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PENERAPAN NILAI TANAH WARIS DI PULAU BAWEAN (STUDI KASUS DI DESA SUNGAI RUJING DUSUN TAJUNG BARAT KECAMATAN SANGKAPURA)


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Islam  adalah  agama  yang  diturunkan  Allah  SWT  untuk  kepentingan,  keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi umat manusia baik secara lahir  maupun secara bathin. Oleh karena itu, agama Islam sanggup mengantarkan dan  memberikan  keselamatan  secara  utuh,  dan  juga  memiliki  ajaran  yang  sangat  lengkap  serta  mencakup  dalam  segala  aspek  kehidupan  termasuk  dalam  hal  kewarisan.
 Proses  perjalanan  kehidupan  manusia  adalah  lahir,  hidup,  dan  mati.
 Semua tahap  itu  membawa pengaruh dan akibat hukum kepada  lingkungannya,  terutama  dengan  orang  yang  dekat  dengannya,  baik  dekat  dalam  arti  nasab,  kerabat,  maupun  dalam  arti  lingkungan.  Kelahiran  seseorang  membawa  akibat  timbulnya hak dan kewajiban bagi dirinya dan orang lain serta timbulnya hokum  antara orang tuanya, kerabat, dan masyarakat.
  Demikian  pula  kematian  seseorang  membawa  pengaruh  dan  akibat  hukum  kepada  dirinya  sendiri,  keluarga,  kerabat,  serta  masyarakat  sekitarnya.

 Selain itu, kematian tersebut menimbulkan kewajiban orang lain bagi dirinya (si     Suparman  Usman  dan  Yusuf  Somawinata,  Fiqih  Mawaris  Hukum  Kewarisan  Islam, (Jakarta: Gema Media Pratama, 2002), Cet. II, Hal. 1.
 1  Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 2  mayit)  yang  berhubungan  dengan  pengurusan  jenazahnya.  Dari  kematian  tersebut,  timbul  pula  akibat  hukum  lain  secara  otomatis,  yaitu  adanya  ilmu  hukum  yang  menyangkut  hak  para  keluarganya  (ahli  waris)  terhadap  seluruh  harta peninggalannya. Bahkan masyarakat dan negara (Baitul Ma>l)pun dalam  keadaan tertentu mempunyai hak atas harta peninggalan tersebut.
  Hukum waris Islam merupakan aturan yang mengatur tentang pengalihan  harta  seseorang  yang  meninggal  dunia  kepada  ahli  warisnya.  Hal  ini  berarti  menentukan  bahwa  siapa  saja  yang  menjadi  ahli  waris,  dan  berapa  porsi  yang  akan  didapat  dari  setiap  masing-masing  ahli  waris,  juga  menentukan  harta  peninggalan dan harta warisan yang akan dibagikan kepada ahli waris.
 Berangkat  dari  suatu  pemikiran  bahwa  adanya  suatu  hubungan  akan  menimbulkan  akibat  hukum,  dan  juga  mempunyai  implikasi  adanya  hak  dan  kewajiban.  Di  antara  kewajiban  yang  harus  dipenuhi  oleh  ahli  waris  adalah  merawat  dan  menjaga  ketika  seorang  pewaris  sedang  dalam  keadaan  sakit,  sedangkan hak yang akan didapat oleh ahli waris setelah pewarisnya meninggal  dunia adalah menerima warisan dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris, baik  berupa harta, tanah, maupun hak-hak lain yang sah.
 Hukum  waris Islam  pada dasarnya  berlaku  kepada  setiap  umat  Islam  di  mana saja. Demikian juga, corak suatu negara Islam memberikan pengaruh atas  hukum  kewarisan  di  daerah  tertentu.  Pengaruh  itu  terbatas  dan  tidak  dapat   Ibid, Hal. 1.
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 3  melampaui garis pokok dari ketentuan hukum kewarisan Islam tersebut. Namun  pengaruh tersebut dapat terjadi pada bagian-bagian yang berasal dari ijtihad atau  pendapat para ahli hukum Islam itu sendiri.
  Hukum  kewarisan  meduduki  tempat  yang  sangat  penting  dalam  hukum  Islam.  Hal  ini  dikarenakan  al-Quran  telah  mengatur  hukum  kewarisan  dengan  jelas dan terperinci. Hal ini dapat dimengerti sebab masalah warisan pasti dialami  oleh  setiap  manusia.  Karena  itu,  hukum  kewarisan  langsung  menyangkut  harta  benda  yang  apabila  tidak  diberikan  ketentuan  yang  pasti  akan  mudah  menimbulkan  sengketa  di  antara  ahli  waris.  Setiap  terjadi  peristiwa  kematian  seseorang,  segera  timbul  bagaimana  harta  peninggalannya  harus  diberlakukan  dan  kepada  siapa  saja  harta  itu  akan  dipindahkan,  serta  bagaimana  cara  pembagiannya. Hal ini diatur dalam hukum waris.
  Sebagaimana diatur dalam al-Quran surat An-Nisa>’ ayat 7.
Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak  dan  kerabatnya,  dan  bagi  orang  wanita  ada  hak  bagian  juga  dari   Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2008),  cet. IX, Hal. 1.
  A. Basyir, Hukum Waris Islam,cet. Ke- 14 (Yogyakarta: UII Pres Yogyakarta, 2001), Hal.
 3.
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 4  harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak  menurut bagian yang telah ditentukan”.
  Firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat An-Nisa>’ ayat 8Artinya; “dan  apabila  sewaktu  pembagian  itu  hadir  kerabat,  anak  yatim  dan  orang  miskin,  maka  berilah  mereka  dari  harta  itu  (sekedarnya)  dan  ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”.
  Hadis|Nabi yang mengatur tentang kewarisan di antaranya :  Hadis| dari  Muhammad  Abdullah  Ibnu  Abbas  yang  diriwayatkan  oleh  Imam Bukhori.
 .
 Artinya: “Berikanlah faraid (bagian yang telah ditentukan) kepada yang berhak  menerimanya  dan  selebihnya  berikanlah  kepada  laki-laki  dari  keturunan laki-laki yang terdekat (as}obah)”.(HR. Imam Bukhori) Harta warisan yang dimaksud dalam hukum Islam adalah segala sesuatu  yang  ditinggalkan  oleh  pewaris  yang  secara  hukum  dapat  beralih  kepada  ahli   Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Sari Agung, 2002), Hal.
 101.
  Ibid, Hal. 102.
  Al-Bukhori, Shahih Bukhori,(Kairo: Daar wa Mathba Asy-Sya’biy, T.t), Juz IV, Hal. 181.
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 5  warisnya. Dari pembahasan di atas adalah harta yang murni dari hak orang lain di  dalamnya. Pewarisan adalah suatu kejadian hukum yang mengalihkan hak milik  dari pewaris kepada ahli waris.
  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Waris adalah salah satu  sarana untuk membagikan kekayaan. Hanya masalahnya, membagikan kekayaan  tersebut bukan merupakan illat bagi waris tersebut. Akan tetapi, sarana tersebut  hanya merupakan penjelasan tentang fakta waris itu sendiri. hal itu adalah karena  kekayaan, meski pemilikannya telah dimubahkan, namun kenyataanya kekayaan  tersebut tidak terus mengumpul pasca kematian orang tersebut, maka harus ada  sarana  untuk  mendermakannya  kepada orang  lain.  Pada  faktanya,  sarana  untuk  mendermakan kekayaan secara alami itu sudah bisa dibuktikan, dan itulah waris.
 Karena  harta  yang  ditinggalkan  oleh  seseorang  yang  telah  meninggal  dunia  memerlukan pengaturan tentang siapa yang berhak menerimanya, dan bagaimana  cara mendapatkannya.
  Dalam  Kompilasi  Hukum  Islam  Pasal  171  huruf  a,  b,  c,  d,  dan  e,  juga  dijelaskan tentang Hukum Kewarisan, yakni;  Pasal 171 huruf a  Hukum Kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak  pemilikan  harta  peninggalan (tirkah) pewaris,  dan  menentukan  siapa-siapa  saja  yang berhak menjadi ahli waris dan juga berapa masing-masing bagiannya.
Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 6  Pasal 171 huruf b  Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan  meninggal  berdasarkan putusan Pengadilan  beragama Islam,  meninggalkan ahli  waris dan harta peninggalan.
 Pasal 171 huruf c  Ahli  Waris  adalah  orang  yang  pada  saat  meninggal  dunia  mempunyai  hubungan  darah  atau  hubungan  perkawinan  dengan  pewaris,  beragama  Islam,  dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
 Pasal 171 huruf d  Harta  Peninggalan  adalah  harta  yang  ditinggalkan  oleh  Pewaris,  baik  berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya.
 Pasal 171 huruf e  Harta Warisan adalah  harta bawaan ditambah  bagian dari  harta bersama  setelah  digunakan  untuk  keperluan  Pewaris selama  sakit  sampai  meninggalnya,  biaya pengurusan jenazah (tajhi>z), pembayaran dan pemberian untuk kerabat.
 Penelitian  ini  dilakukan  di  pulau  Bawean  Desa  Sungai  Rujing  Dusun  Tajung Barat. Pulau Bawean mempunyai Luas Wilayah 196, 27 Km, terdiri dari  dua  Kecamatan  (Kec  Sangkapura  dan  Kec  Tambak).  Kecamatan  Sangkapura  terdiri dari 17  Kelurahan atau Desa, sedangkan  Kecamatan Tambak terdiri dari  13 Kelurahan atau Desa.
  Dalam  pembagian  harta  waris  berdasarkan  adat  Bawean  ada  beberapa  pembagian,  tergantung  daerah  atau  kelurahan  yang  ada  di  pulau  Bawean.
 Pembagian  harta  waris  di  pulau  Bawean  banyak  diterapkan  dengan  dua  cara  pertama; cara  pembagian  dengan  cara  hukum  waris  Islam. Kedua; pembagian   Fathan al-Irsad, Neropong Wisata Bawean, (Surabaya: FP3B, 2003).
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 7  waris  dengan  cara  adat  Bawean  atau  disebut  dengan ‘Urf.
    Pembagian  harta  waris  dengan  adat  Bawean  dilakukan  dengan  cara  musyawarah  mufakat  yakni  kesepakatan  ahli  waris  untuk  membagi  secara  bagi  rata  sistem  yang  dipakai  adalah  sistem  kekeluargaan.  Apabila  semua  ahli  waris  sepakat  untuk  dibagi  menggunakan  hukum  waris adat  Bawean  maka  bisa  dibagikan  secara  langsung  dengan  formasi  satu  banding  satu  yaitu  satu  untuk  perempuan  dan  satu  untuk  laki-laki.
 Begitu  juga  pembagian  harta  waris  yang  diselesaikan  dengan  cara  adat  Bawean biasa dilakukan oleh beberapa masyarakat atau kelurahan setempat yang  berupa  tanah  sebagai  harta  waris,  pada  salah  satu  kelurahan  tepatnya  Desa  Sungai Rujing Dusun Tajung Barat Kecamatan Sangkapura, ada salah  satu ahli  waris yakni H. Syukkur menerapkan tanah waris yang ditinggalkan oleh pewaris  dijualbelikan atau di tukarkan dengan ringgit (kepingan emas) yang mana ringgit  tersebut  belum  dipastikan  dan  belum  disepakati  untuk  nilai  kadar  emasnya  di  pulau  Bawean,  tanpa  adanya  suatu  mufakat  dari  ahli  waris  yang  lain.
   Akan  tetapi  tidak  semua  masyarakat  Bawean  menerapkan  metode  yang  seperti  ini,  hanya  saja  ada  beberapa  kelurahan  atau  desa  yang  masih  menerapkan  metode  semacam  ini,  hanya  saja  masyarakat  tersebut  masih  berpedoman  pada  berapa  banyak  kepingan  emas  yang  akan  ditukarkan  tersebut.  Namun  permasalahan    Wawancara:  M.  Iskandar  dengan  Tambrani  Saofan  kepala  Desa  Sungairujing  Kec.
 Sangkapura pada tanggal 30 /april / 3013   Ibid.
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 8  yang  menjadi  salah  satu  fokus  dalam  kajian  ini  adalah  bagaimana  menurut  hukum Islam terhadap metode penerapan semacam ini yang di terapkan di pulau  Bawean.
 Ketertarikan  penulis  dalam  penelitian  ini,  untuk  mengetahui  dan  memastikan  kesesuaian  penerapan  nilai  tanah  waris  di  pulau  Bawean  dengan  Hukum Waris di dalam Islam. Guna pembahasan penelitian ini tidak bias penulis  perlu  mengidentifikasi  sekaligus  memberikan  batasan-batasan  permasalahan  yang akan dibahas.
 B.  Identifikasi dan Batasan Masalah  Dari  latar  belakang  diatas,  muncul  berbagai  identifikasi  masalah  yang  bisa diangkat dalam penelitian ini antara lain:  1. Bagaimana metode penerapan nilai tanah waris di pulau Bawean Desa Sungai  Rujing  Dusun  Tajung  Barat  yang  dilakukan  oleh  salah  satu  ahli  waris  (masyarakat  bawean)  dengan  cara  menjualbelikan  atau  menukarkan  tanah  waris  dengan  ringgit  (kepingan  emas)  yang  belum  dipastikan  atau  belum  disepakati bersama nilai kadar emasnya yang dilakukan salah satu ahli waris  tanpa persetujuan ahli waris lainnya.
 2. Siapa saja masyarakat yang masih memakai metode semacam ini.
 3. Bagaimana  menurut  para  tokoh  dan  ulama’  tentang  metode  penerapan  nilai  tanah waris semacam ini.
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 9  4. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap metode penerapan nilai tanah waris  di pulau Bawean Desa Sungai Rujing Dusun Tajung Barat.
 5. Bagaimana cara untuk memastikan nilai atau kadar emas (ringgit) yang belum  di pastikan dan belum disepakati kadar emasnya di pulau Bawean.
 Pokok masalah pelaksanaan di atas meliputi berbagai aspek bahasan yang  masih bersifat umum, sehingga dapat terjadi berbagai macam masalah pemikiran  yang  berkaitan dengan  masalah  itu, sebagai tindak  lanjut agar lebih praktis dan  lebih khusus, maka diperlukan suatu batasan masalah yang meliputi:  1. Metode  penerapan  nilai  tanah  waris  yang  dijualbelikan  dengan  ringgit  (kepingan emas) yang belum dipastikan atau belum disepakati bersama kadar  emasnya di pulau Bawean.
 2. Analisis  hukum  Islam   terhadap  metode  penerapan  nilai  tanah  waris  (Studi  kasus di Desa Sungai Rujing Dusun Tajung Barat) yang dijualbelikan dengan  ringgit (kepingan emas) yang belum dipastikan atau belum disepakati bersama  kadar emasnya di pulau Bawean.
 C.  Rumusan Masalah  Dengan  memperhatikan  latar  belakang  di  atas,  maka  penulis  dapat  memberikan suatu rumusan masalah sebagai berikut:  1. Bagaimana metode penerapan nilai tanah waris di pulau Bawean (Studi kasus  di Desa Sungai Rujing Dusun Tajung Barat)?  Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 10  2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap metode penerapan nilai tanah waris  di pulau Bawean (Studi kasus di Desa Sungai Rujing Dusun Tajung Barat)? 


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi