Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:ANALISIS FILM DALAM MIHRAB CINTA MENURUT PERSPEKTIF DAKWAH ISLAM


BAB I PENDAHULUAN
1.1.1.  Latar Belakang Masalah Dakwah  adalah  suatu  usaha  untuk  mengajak,  menyeru  dan  mempengaruhi  manusia  agar  selalu  berpegang  pada  ajaran  Allah  guna  memperoleh  kebahagiaan  hidup di dunia dan akhirat ( Sanwar, 1986 : 34 ).
Setiap  muslim  mempunyai  tugas  yang  mulia  untuk  menyampaikan  dakwah  atau sebagai penyeru, mengajak kepada umat untuk melaksanakan  amar maruf nahi  munkar,  melaksanakan  kebaikan  dan  menjauhi  larangan.  Tugas  dan  kewajiban  itu  tertera jelas dalam firman Allah dan Al Quran seperti dalam surat Ali Imran ayat  104 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada  kebajikan,  menyuruh  kepada  yang  ma'ruf  dan  mencegah  dari  yang  munkar;  merekalah  orang-orang  yang  beruntung”  (Departemen  Agama  RI, 2005 : hlm 64).
Ayat  tersebut  menerangkan  bahwa  manusia  dengan  segala  kemampuannya  adalah  dinamis  dan  akan  terus  bergerak,  gerak  tersebut  dapat  positif  dan  bisa  juga  negatif.  Film  merupakan  salah  satu  media  dakwah  yang  dinilai  efektif.  Film  diproduksi  untuk  memberikan  hiburan  kepada  pemirsa  namun  dalam  film  dapat   terkandung  fungsi  informatif,  edukatif  dan  persuasif.  Hal  ini  sesuai  dengan  missi  perfilman  bahwa  film  digunakan  sebagai  media  edukatif  untuk  pembinaan  generasi  muda ( Effendi, 1999 : 212).

Hal  tersebut  bisa  dilihat  dari  definisi  dakwah,  bahwa  dakwah  merupakan  komunikasi  antar  umat  manusia  yang  berisi  pesan  –  pesan  ajaran  Islam,  seperti  ajakan, seruan,  nasihat kepada yang maruf dan menjauhi yang munkar. Seorang dai  atau  komunikator  agar  mencapai  hasil  sesuai  dengan  apa  yang  direncanakan,  perlu  memiliki pengetahuan komunikasi ( Sanwar, 1986 : 4 ).
Aktualisasi  peran  dakwah  setiap  muslim  menjadi  terbuka,  yaitu  dengan  memanfaatkan  multimedia  sebagai  wahana  dakwah.  Kesibukan  dan  mobilitas  yang  tinggi serta perubahan dan pergeseran sosial yang ada tidak memun gkinkan dakwah  konvensional  mampu  menjangkau  masyarakat  secara  efektif.  Dakwah  dengan  menggunakan multimedia merupakan jawaban bagi masyarakat dengan  kondisi dan  tatanan seperti sekarang.
Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan  suara  yang  dikemas  sedemikian  rupa  dengan  permainan  kamera,  teknik  editing,  dan  skenario yang  ada. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan  visual  yang  kontinyu.  Kemampuan  film  melukiskan  gambar  hidup  dan  suara  memberinya daya tarik tersendiri. Media ini pada umumnya digunakan untuk tujuantujuan  hiburan,  dokumentasi,  dan  pendidikan.  Ia  dapat  menyajikan  informasi,  memaparkan  proses,  menjelaskan  konsep-konsep  yang  rumit,  mengajarkan   ketrampilan,  menyingkatkan  atau  memperpanjang  waktu,  dan  mempengaruhi  sikap  (Arsyad, 2005: 48).
Film  merupakan  bagian  dari  kehidupan  masyarakat.  Oleh  karena  itu,  film  tidak  mungkin  dipisahkan  dari  kehidupan  manusia.  Film  merupakan  seni  yang  mutakhir  di  abad  ke  –  20.   Film  dapat  menghibur,  mendidik,  melibatkan  perasaan,  merangsang  pemikiran,  dan  memberikan  dorongan.  Film  sebagai  seni  yang  sangat  kuat pengaruhnya dapat memperkaya pengalaman hidup seseorang dan bisa menutupi  segi  –  segi kehidupan  yang lebih dalam. Film bisa dianggap sebagai pendidik yang  baik.  Selain  itu,  film  selalu  diwaspadai  karena  kemugkinan  pengaruh  –  pengaruh  yang baik ( Sumarno, 1996 : 85).
Selain  itu,  film  dapat  juga  memberikan  pengaruh  yang  besar  pada  jiwa  manusia.  Dalam  satu  proses  menonton  film,  terjadi  suatu  gejala  yang  disebut  oleh  ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologis. Ketika proses dikoding terjadi, para  penonton sering menyamakan seluruh pribadinya dengan salah seorang pemeran film.
Penonton  bukan  hanya  dapat  memahami  atau  merasakan  seperti  yang  dialami  oleh  salah  satu  pemeran,  lebih  dari  itu,  mereka  juga  seolah  –  olah  mengalami  sendiri  adegan – adegan dalam film (Kusnawan, 2004 : 93).
Film sebagai media komunikasi dapat pula berfungsi sebagai media tabligh,  karena  mempunyai  kelebihan  dibanding  dengan  media–media  lainnya  (Efendi,  2000:209).  Menyebutkan  bahwa  film  merupakan  medium  komunikasi  yang  ampuh,  bukan  saja  untuk  hiburan  tapi  juga  untuk  penerangan  dan  pendidikan.  Dengan  kelebihan  –  kelebihan itulah,  film dapat menjadi media tabligh yang efektif, dimana   pesan  –  pesan  dapat  disampaikan  kepada  penonton  secara  halus  dan  menyentuh  relung  hati tanpa mereka merasa digurui. Hal ini senada dengan ajaran  Allah SWT  bahwa  untuk  mengkomunikasikan  pesan,  hendaknya  dilakukan  secara  qaulan  sadidan  yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar, menyentuh, dan membekas  dalam hati ( Kusnawan, 2004 : 96 ).
Film  bisa  dianggap  sebagai  pendidik  yang  baik  jika  memuat  nilai  edukatif.
Sebaliknya  film  juga  bisa  berakibat  buruk  jika  hanya  mengandung  aspek  hiburan.
Meskipun film besar pengaruhnya, namun aspek sosial kontrolnya tidak sekuat pada  surat  kabar  atau  majalah  serta  televisi  yang  memang  menyiarkan  berita  yang  berdasarkan fakta terjadi. Fakta dalam film ditampilkan secara abstrak, dimana tema  cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi  di tengah masyarakat. Bahkan dalam  film, cerita dibuat secara imajinatif ( Amir, 1999 : 27).
Film  cenderung  melihat  tema  yang  universal  seperti  keadilan,  penentangan  terhadap penindasan kepada derita kemanusiaan, yang tema  –  tema tersebut banyak  mengandung ajaran – ajaran Islami.
Menurut  Jalaludin  Rakhmat,  dalam  buku  Catatan  Kang  Jalal.  Film  dapat  diklasifikasikan di  dalam bentuk dakwah yang harus bersifat universal yang berupa: Pertama,  Tazkiyah,  Proses  penyucian  diri  dari  masyarakat,  supaya  masyarakat  berpegang pada nilai  –  nilai suci.  Tazkiyah  ini perlu disampaikan kepada masyaakat  akibat  timbulnya  kezaliman,  komersialisme,  egoisme,  penindasan,  pemerkosaan,  yang disebabkan oleh manifestasi nilai  –  nilai yang kotor. Kedua,  Tilawah, Membaca  ayat  –ayat Al-Quran yang berarti menerjemahkan pesan  –  pesan Al-Quran menjadi   pesan kemanusiaan yang universal. Ketiga, Islah, Memperbaiki diri dan memperbaiki  masyarakat. Keempat,  Talim, Mengajarkan ilmu  –  ilmu Islam ( Rahman, 1997 : 24-25 ).
Sebagai penulis serta sutradara dari “Dalam Mihrab Cinta”,  Habiburahman El  Shirazy  memaparkan bahwa dalam alur filmnya sengaja tidak menonjolkan konflik.
Namun dia ingin memunculkan  konflik tersebut dari segi lain  yang sedikit berbeda  dari yang lain. “Memang terkadang kita perlu memiliki kesepakatan definisi konflik  seperti apa. Di sini terlihat, ketika Syamsul menjadi pencopet setelah itu dia disuruh  jadi  Imam.  Itu  adalah  sebuah  konflik  batin  ujarnya.  Habiburahman  El  Shirazy menuturkan bahwa tak ada salahnya seorang penulis juga menjadi seorang sutradara.
http://magazindo.com/tag/mihrab/27/09/2 Film  “Dalam  Mihrab  Cinta”  diputar  pada  tanggal  23  Desember  2010  di  bioskop.  Sebagai  drama  religius,  film  ini  mengetengahkan  cerita  pertobatan  yang  dipenuhi  adegan  sedih.  Pesan  moral  mendasar  yang  ada  di  film  “Dalam  Mihrab  Cinta” ini harus diakui, karena cukup bijak dan di banyak sisi bisa menjadi santapan  batin  buat  pemirsanya.  Saat  pemutaran  perdana,  Film  ini  dapat  menyedot  sebanyak  586.565 penonton bioskop di Indonesia.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi