Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:ANALISIS MATERI BIMBINGAN ISLAM DALAM TERJEMAHAN KITAB NASHĀIKHUL ‘IBĀD KARYA SYEKH IMAM NAWAWI AL-BANTANI (Upaya Kontekstualisasi Materi BPI dalam Masyarakat Global)


 BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Zaman  terus  berkembang,  tidak  dapat  dipungkiri  masyarakat  saat  ini  semakin terjebak pada era globalisasi.   Segala aspek kehidupan baik  di bidang  sosial,  politik,  ekonomi,  budaya,  maupun  di  bidang  yang  lain  selalu  berbenturan  dengan  teknologi.  Hal  tersebut  diharapkan  dapat  meningkatkan  mutu  kehidupan.  Hal  ini  merupakan  salah  satu  karakteristik  era  global isasi  saat  ini  yang  tentunya  mempunyai  manfaat  positif  dan  dampak  negatif  terhadap segala bidang kehidupan.
Di  antara  beberapa  manfaat  positif    tersebut   adalah  masyarakat  dituntut  untuk  berpikir  kreatif,  inovatif  dan  selalu  lebih  maju,  mengalami perubahan tata nilai dan sikap, adanya pergeseran nilai dan sikap masyarakat  yang semula irasional menjadi rasional, berkembangnya  ilmu pengetahuan dan  teknologi ,  dan  tingkat  kehidupan  lebih  maju.  Dibukanya  industri  yang  memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi  yang canggih  merupakan  salah  satu  usaha  mengurangi  pengangguran  dan  meningkatkan  taraf  hidup  masyarakat.
Sedangkan dampak negatif antara lain  pola hidup  konsumtif dan sikap  individualistik.  Masyarakat  merasa  dimudahkan  dengan  teknologi  maju  sehingga  membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan  orang lain dalam   beraktivitas, kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk  sosial,    dan  gaya hidup kebarat-baratan (westernisasi).

 Era  global  yang  terjadi  saat  ini  telah  melahirkan  berbagai  pengaruh  pada  kehidupan  umat  manusia,  t idak  terkecuali  umat  Islam.  Masyarakat  cenderung  mengesampingkan  nilai-nilai  agama  dan  lebih  mementingkan  budaya  hidup  glamour,  individual,  hedonistik,  dan  materialistik.  Namun  demikian, ada perkembangan yang menarik bahwa kecenderungan masyarakat  sudah  mulai  beralih pada pencarian  makna kehidupan,  baik  nilai  humanisme  maupun spiritual.
Spiritual  dalam  pengertian  luas  merupakan  hal  yang  berhubungan  dengan  spirit.  Sesuatu  yang  spiritual    memiliki  kebenaran  yang  abadi  yang  berhubungan  dengan  tujuan  hidup  manusia,  sering  dibandingkan  dengan  sesuatu  yang  bersifat  duniawi,  dan  sementara.
 Spiritualitas    semakin  mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat modern. Fenomena keagamaan  ini  semakin  menarik  untuk  dicermati  kare na  akhir-akhir  ini  terdapat  juga kecenderungan  rekonsiliasi  antara  nilai  sufistik  dan  dunia  modern.
Kecenderungan baru dimensi spiritualitas    yang bersumber dari agama mulai  dilirik  kembali  oleh  masyarakat.  Kemajuan  yang  telah  mereka  raih  dalam  bidang  iptek  membuktikan  problema  yang  muncul  akibat  kemajuan  dunia  global belum terpecahkan.
Pengamat  dan  khususnya  futurolog  menganggap  krisis  besar  yang  melanda umat manusia tidak akan dapat diatasi  dengan keunggulan iptek dan   http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2010/03/ciri-ciri-era-globalisasi informasi.
 http://mbegedut.blogspot.com/2010/11/mendalami-makna-spiritual.html   kebesaran ideologi yang dianut oleh negara terkemuka. Agama mulai dilirik  sebagai  harapan  dan  benteng  terakhir  untuk  menyelamatkan  manusia  dari  kehancuran  yang  mengerikan.
 Kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  pada  saat  sekarang  menjadi  manusia  congkak,  materialis,  menjauh  dari  agama,  dan  Tuhan  tidak  diperlukan  lagi.  Karena  sudah  tersedia  peralatan  yang serba praktis, instan, ringan,  dan telah memperoleh tingkat kesenangan  di  dunia.  Di  kalangan  masyarakat  modern di perkotaan terdapat gejala  yang  menarik yakni dunia spiritual.  Mereka yang masih jauh dari agama kemudian  mendekati  agama,  mempelajari,  dan  mengamalkan  agama  dalam  kehidupan  sehari-hari.
Beberapa  aspek penting  spiritualitas dari  masyarakat modern adalah  berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam  kehidupan,  menemukan arti dan tujuan  hidup,  menyadari kemampuan untuk  menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan  keterikatan  dengan  diri  sendiri,  dan  dengan  yang  maha  tinggi.
 Kecenderungan  masyarakat  modern  pada  spiritualitas  adalah  pencarian  makna  hidup,  perdebatan  intelektual  dan  peningkatan  wawasan,  spiritualitas  sebagai  katarsis  atau  obat  dari  problem  psikologi,  mengikuti  tren  dan  perkembangan  wacana,  sikap  “mengeksploitasi”  agama  untuk  kebutuhan  ekonomi.
 Haki kat  perjalanan  hidup  manusia  berorientasi  pada  dua  hal,  yaitu dunia dan akhirat. Keduanya  harus dilakukan secara seimbang. Manusia pada   http://www.suaramerdeka.com/harian/0211/08/kha1.htm  http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2010/12/04/pengertian-spiritual/  http://arien.multiply.com/journal/item/47    mulanya  tidak  ada  kemudian  ada,  adanya  manusia  bukan  ada  dengan  sendirinya  melainkan  ada  yang  mengadakan,  yang  mengadakan  atau  menciptakan  manusia  adalah  Allah  SWT.  Allah  yang  menciptakan  manusia dengan  segala  kelengkapannya  memiliki  dua  tujuan.  Pertama,  manusia  menjadi  åbdullāh  atau  beribadah  (mengabdi)  kepada-Nya.  Ibadah  dapat  diartikan sebagai bentuk penyerahan total kepada Allah dengan melaksanakan  apa  yang  menjadi  perintah-Nya.  Dalam  pengertian  sempit,  beribadah  adalah  melakukan  aktivitas-aktivitas  ritual  yang  dilakukan  dengan  penuh  pemahaman.  Kedua,  manusia  sebagai  khalīfah  Allāh  di  bumi,  yaitu  khalīfah yang diangkat dan diberhentikan oleh Allah untuk melaksanakan tugas-tugas  sesuai kehendak dan aturan-Nya, dalam bidang keahlian dan atau kewenangan  sesuai yang dikaruniakan  Allah kepadanya. Tetapi,  hal ini tidak berarti karena  Allah  tidak  mampu,  atau  menjadikan  manusia  berkedudukan  sebagai  Tuhan.
Allah  bermaksud  dengan  pengangkatan  itu  untuk  menguji  manusia  dan  memberinya penghormatan. Jadi,  esensi tugas manusia sebagai  khalīfah Allāh  di bumi adalah melaksanakan amanah sesuai tuntunan Allah dan rasul-Nya.
Manusia  pada  hakikatnya  adalah  makhluk  yang  sejak  lahir  telah  mengakui adanya Tuhan. Hal  ini telah dijelaskan dalam  Al-Qur’an surat ArRuum ayat 30: “Maka  hadapkanlah  wajahmu  dengan  Lurus  kepada  agama  Allah;  (tetaplah  atas)  fitrah  Allah  yang  telah  menciptakan  manusia   menurut  fitrah  itu.  tidak  ada  peubahan  pada  fitrah  Allah.  (Itulah)  agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
 Dalam  kehidupannya,  manusia  mempunyai  fitrah  (potensi -potensi).
Fitrah adalah unsur-unsur dan sistem yang dianugerahkan Allah kepada setiap  manusia,  unsur-unsur  itu  mencakup  jasmani,  nafs,  dan  iman.  Fitrah  “iman  kepada  Allah”  menjadi  dasar  sekaligus  inti  bagi  tiga  fitrah  lainnya.  Potensi  iman  dipandang  sebagai  dasar  dan  inti  karena   jika  iman  seseorang  telah  berkembang  dan  berfungsi  dengan  baik,    fitrah  yang  lain  akan  berkembang  dan berfungsi dengan baik pula.
 Dalam  menciptakan  manusia,  Allah  juga  memberikan  musibah.
Musibah  adalah  kejadian  apa  saja  yang  menimpa  manusia  yang  tidak  dikehendaki.  Oleh  karena  itu,  seseorang  kemudian  memandangnya  sebagai  masalah. Musibah bisa menimpa siapa saja, ia bisa menimpa orang saleh dan  bisa pula menimpa orang yang biasa berbuat maksiat.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi