Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ISLAM KENDAL (Study Kasus di LAZ Masjid Agung Kendal)


BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Al-Qur’an  merupakan  kalam  Allah  yang  diturunkan  kepada  Nabi  Muhammad  saw.  Sebagai  pedoman  hidup  bagi  seluruh  umat  manusia.  AlQur’an mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia.
Sebagai  pedoman  hidup,  Al-Qur’an  mengandung  keilmuwan  dan  wacana  yang  sangat  luas  dan  mendalam  yang  mengatur  kehidupan  manusia  secara  menyeluruh.  Isi  dan  kandungan  Al-Qur’an  juga  merupakan  sumber  wacana  yang  di  dalamnya  terkandung  isyarat-isyarat  mengenai  zakat,  infaq  dan shadaqah.
Islam  menginginkan  agar  setiap  manusia  mempersiapkan  kehidupan  terbaiknya.  Dimana  dengan  hal  itu  bisa  menikmati  kehidupannya  yang  dipenuhi dengan keberkahan langit dan bumi, serta mampu mendayagunakan  segala  apa  yang  ada  di  dalamnya  dengan  sebaik  mungkin.  Hingga  akhirnya  manusia akan merasakan kebahagiaan di  berbagai aspek kehidupan dan juga  keamanan yang meliputi hati. Serta rasa syukur terhadap semua nikmat yang  diterimanya di semua kisi-kisi dadanya. Dengan demikian, manusia pun akan  mampu beribadah kepada Allah dengan penuh kekhusyu’an dan juga dengan  persiapan yang baik.

1  Sehingga  para  fakir  miskin  dapat  merasakan  ni’mat  Allah  yang  telah  diberikan  kepadanya,  dan  bisa  menumbuhkan  rasa  syukur  mereka  kepada  Allah SWT.
Dengan  tujuan  di  atas  inilah,  maka  Allah  mewajibkan  zakat  dan  menjadikannya  sebagai  pondasi  terhadap  keberlangsungan  Islam  di  muka  bumi dengan cara mengambil zakat, infaq dan shadaqah tersebut dari orangorang  yang  mampu  dan  kaya  serta  memberikannya  kepada  fakir  miskin  ,  demi  membantunya  dalam  menutupi  kebutuhan  materi;  seperti  halnya  kebutuhan  makan,  minum,  pakaian,  dan  juga  tempat  tinggal.  (Yusuf  Qaradhawi: 2005. 27).
Karena  zakat  merupakan  salah  satu  ajaran  Rasulullah  yang  termasuk  dalam rukun Islam  yang ketiga,  zakat  merupakan ibadah yang  memiliki akar  historis  yang  cukup  panjang.  Wasiat  pertama  yang  diberikan  Allah  kepada  para  Nabi  adalah  zakat,  untuk  kemudian  disampaikan  kepada  umatnya.
Melalui  ayat-ayat  tentang  zakat,  secara  tegas  dan  jelas  bisa  dilihat  bahwa  zakat  disebut  oleh  Allah  bersamaan  dengan  sholat,  karena  keduanya  merupakan  syi’ar  dan  ibadah  yang  diwajibkan.  Kalau  sholat  merupakan  ibadah  ruhiyah,  maka  zakat  adalah  sebagai  ibadah  maliyah  dan  ijtima’iyah  (harta  dan  sosial).  Akan  tetapi,  zakat  tetap  saja  sebagai  ibadah  untuk  mendekatkan  diri  kepada  Allah  SWT.  Dengan  kata  lain,  zakat  disamping  memiliki  dimensi  spiritual  juga  memiliki  dimensi  sosial  ekonomi.  Dengan  demikian,  bagi  setiap  muslim  yang  telah  menunaikan  zakat,  berarti  ia  telah  meningkatkan keimanannya dan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan  sesamanya. (Muhammad: 2002. 33)  Zakat dalam bentuknya  adalah tiang    Islam (Muhammad Sahri, 1982:10).
Kedudukan zakat  di dalam Islam menjadi soal yang terpenting tentang hidup  dan matinya umat Islam sendiri. Dalam isinya,  zakat  adalah menjadi sasaran  segenap Ibadah  makhluk kepada khaliknya. Itulah sebabnya  jika  zakat  tidak  kuat  beku,  tidak  teratur,  tidak  dibentuk  pengertian  yang  tegas,  tidak  subur  hidupnya, maka keempat rukun Islam yang lain tidak pula kuat hidupnya.
Ada  perbedaan  makna  antara  zakat,  infaq  dan  shadaqah.  Zakat  menurut  lughot berarti suci dan subur. Dinamai demikian karena  zakat  itu mensucikan  diri  dari  kotoran  kikir  dan  dosa,  dan  karena  menyuburkan  akan  harta  atau  membanyakkan  pahala  yang  akan  diperoleh  mereka  memberikan  dengan  mengeluarkannya.
Kemudian  mengenai  infaq  dan  shadaqah,  secara  terminologi  infaq  dan  shadaqah  mempunyai pengertian yang sama yaitu mengeluarkan harta untuk  sesuatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Misalnya berinfaq atau  bershadaqah  untuk  kepentingan  anak  yatim,  kedua  orang  tua  atau  kerabat  dekat lainnya, berinfaq atau bershadaqah untuk pembangunan sarana  ibadah,  sarana  kesehatan,  sarana  perpustakaan  dan  sebagainya.  Tetapi  kalau  infaq  hanya ditujukan untuk hal-hal yang bersifat material seperti berinfaq dengan  uang atau benda-benda  lainnya.  Sedangkan shadaqah  bisa dilakukan dengan  materi dan dalam hal ini sama dengan infaq tetapi bisa juga dilakukan dengan  hal-hal yang bersifat non material.(Didin Hafidhuddin, 2003:154)   Pada dasarnya  zakat  dan  infaq  itu  hampir  sama  dengan shadaqah,  yakni  menyisahkan  sebagian  harta  untuk  orang  lain.  Dan  Allah  berjanji  akan  melipatgandakan  balasan  terhadap  materi  yang  dikeluarkan  tanpa  membedakan  makna  zakat,  infaq  dan  shadaqah.  Sebagaimana  Firman  Allah  SWT dalam al-Qur’an “  Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang  menafkahkan hartanya di jalan Allah  adalah serupa dengan sebutir  benih  yang  menumbuhkan  tujuh  bulir,  pada  tiap-tiap  bulir  seratus  biji.  Allah  melipat  gandakan  (ganjaran)  bagi  siapa  yang  dia  kehendaki.  dan  Allah  Maha  luas  (karunia-Nya)  lagi  Maha  Mengetahui.” (QS. 2 Al-Baqarah: 261)  Orang-orang yang dengan taat dan ikhlas melaksanakan zakat dan infaq di  jalan  Allah  mendapat  julukan  sebagai  “orang  yang  lurus  dan  jujur”,  karena  menunjukkan  persesuaian  iman  dan  amal.  Oleh  karenanya  barang-barang  yang  diperoleh  dari  hasil  zakat  dan  infaq  biasanya  disebut  dengan  istilah  “shadaqah” atau sedekah.
Islam  ikut  berpartisipasi  dalam  pembangunan  guna  meningkatkan  taraf  hidup  dan  kesejahteraan  masyarakat.  Potensi  tersebut  dapat  digali  dan  dikembangkan  melalui  pengelolaan  dan  pendayagunaan  zakat,  infaq  dan  shadaqah  yang  tentu  saja  dilakukan  oleh  lembaga  amil  zakat.  Ibadah  zakat  merupakan  bentuk kepribadian kepada Allah  SWT dengan mendayagunakan  harta benda. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan  bahwa : “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan  bersih dan akan bertambah maknanya”.
Pengelolaan zakat merupakan salah satu kegiatan dakwah yang mengajak  masyarakat  muslim  untuk  mengeluarkan  hartanya  di  jalan  Allah.
Sebagaimana firmah Allah SWT dalm al-Qur’an “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah  kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat  baiklah,  Karena  Sesungguhnya  Allah  menyukai  orang-orang  yang  berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195) Di setiap aktifitas dakwah khususnya dalam organisasi atau lembaga  untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan sebuah pengaturan atau pengelolaan  yang  baik,  ruang  lingkup  kegiatan  dakwah  merupakan  sarana  atau  alat  pembantu pada aktifitas dakwah.  Bila komponen dakwah  yaitu da’i,  mad’u,  materi,  media,  tersebut  diolah  dengan  menggunakan  pengelolaan  yang  baik  maka aktifitas dakwah    akan berlangsung  secara lancar sesuai dengan tujuan  yang  diinginkan.  Sebab  bagaimanapun  juga  sebuah  aktifitas  apa  pun  itu  sangat  diperlukan  sebuah  pengelolaan  yang  tepat  bila  ingin  dapat  berjalan  secara sempurna.
Di Indonesia, terjadi perkembangan baik bahwa pelaksanaan pengelolaan  zakat kini memasuki era baru. Yakni dikeluarkannya Undang-undang No. 38  tahun  1999  tentang  pengelolaan  zakat  dengan  keputusan  Menteri  Agama  (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 38  tahun  1999  dan  keputusan  Direktur  Jenderal  Bimbingan  Masyarakat  dan  Urusan  Haji  Nomor  D/tahun  2000  tentang  Pedoman  Teknis  Pengelolaan  Zakat.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi