BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembakaran
Al-Qur’an merupakan suatu
tindakan yang di rencanakan
oleh seorang pastur gereja kecil Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, Amerika Serikat.
Pastur yang bernama Terry Jones juga telah
meluncurkan sebuah buku
berjudul “Islam itu
iblis” yang diterbitkan
paska kejadian 11
September 2002. Tindakan
ini juga disinyalir
karena pernyataan presiden
Amerika, George W
Bush sesaat setelah
runtuhnya WTC yang
telah merenggut 2.646
jiwa warganegara Amerika
Serikat juga 327 orang
warganegara asing (http://id.wikipedia.org/). Seperti
yang dikutip berbagai
media, bahwa George
menuding tentara muslim
pimpinan Osama bin
Laden lah yang merencakan semua
itu. Tentu saja,
secara tidak langsung,
hal ini berpengaruh
juga kepada umat
Islam khususnya yang
tinggal di wilayah Amerika
Serikat yang menimbulkan
stigma negatif terhadap Islam
dan umat Islam,
terutama bagi masyarakat
barat yang tidak
mengenal Islam secara benar. Tertanam dalam pandangan
sebagian besar masyarakat barat bahwa
Islam identik dengan terorisme (http://www.mui.or.id/index).
Terry Jones
sendiri hanya memiliki
50-an pengikut di
gereja kecilnya. Di
gerejanya dia menuliskan
bahwa “Islam adalah
setan”. Al Qur’an sendiri
baginya adalah “jahat”
karena mengemban sesuatu
selain kebenaran Alkitab dan
menghasut tindakan radikal, perilaku kekerasan di kalangan umatIslam (Republika.co.id.29/9/2010).
Rencana pembakaran
100 kitab Al-Qur’an
ini juga sempat
akan dibatalkan dua hari sebelum
menjelang tanggal 11 September 2010. Terry Jones
mengatakan bahwa dia
telah mencapai kesepakatan
antara pejabat Islam
di New York
Ci ty untuk tidak
memindahkan pusat Islam
yang direncanakan di
Ground Zero. Namun
pejabat Islam segera
memberi konfirmasi bahwa
hal itu tidak
pernah mereka lakukan.
Akhirnya Terry Jones
pun kembali melanjutkan
pembakaran Al-Qur’an tersebut.
Dia mengatakan bahwa tindakan ini
sebuah “penundaan”.
Dalam melancarkan
aksinya tersebut, Jones
juga menghimbau kepada
gereja-gereja di seluruh
dunia untuk melakukan
tindakan yang sama seperti dirinya. Dia sendiri telah
membuat status dinding di facebook tentang
Hari Pembakaran Al-Qur’an yang disukai oleh delapan ribu orang.
Hal ini secara tidak langsung
telah menunjukkan bahwa aksi ini juga telah memperoleh banyak dukungan.
Selain dukungan
dari akun sosial
tersebut, tindakan pembakaran Al-Qur’an
ternyata telah terjadi
pada tanggal 16 September
2010 di Chicago. Lembaran Al-Qur’an di temukan telah dibakar di dekat Islamic Center Chicago (Republika.co.id.1/10/2010).
Selain di Chicago, seorang
pengacara di Australia bernama Stewart juga telah
melakukan tindakan perobekan
yang dilanjutkan pembakaran Al-Qur’an. Hal ini dia unggah di situs you
tube. Namun video ini dihapus akhir
pekan setelahnya (Republika, 14 September 2010).
Selain pendukung
dari facebook, ternyata
banyak juga kalangan yang menentang rencana pembakaran Al-Qur’an.
Selain dari pemuka umat Islam, tak
sedikit para Pastur
juga menolak tindakan
tersebut. Salah satunya adalah pemimpin WEA (The
World Evangelical Alliance) Geoff
Tunnicliffe. Dia mengatakan bahwa ide
yang dilakukan Jones merupakan bentuk kesalahpahaman terbesar
dari usaha umat
Kristen dalam membangun
perdamaian. "Ia telah
meninggalkan ajaran Injil,"
kata Dr Geoff Tunnicliffe saat diwawancarai mengenai
rencana pembakaran yang akan dilakukan
oleh Terry Jones (Republika.co.id.29/09/2010).
Hal serupa
juga diungkapkan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudoyono
yang telah mengirimkan
surat kepada Sekertaris
Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban
Ki-Moon untuk melakukan
tindakan provoaktif tindakan
tersebut. PBB diminta
sanggup memastikan dunia tidak terancam
oleh konflik horizontal
yang dapat timbul
dari tindakan yang
tidak bertanggung jawab
dari segelintir orang (Republika.co.id.1/10/2010).
Berita ini telah tersebar ke
seluruh penjuru dunia melalui berbagai macam media
massa, baik televisi, radio,
internet dan media cetak Salah satu
media yang memberitakan tindakan ini
adalah Koran Harian Republika.
Republika mengangkat berita
pembakaran ini selama
kurang lebih satu
bulan selama bulan
September 2010 baik
di media cetak maupun
di Republika on line.
Harian Republika terbit pertama
pada 4 Januari
1993. Cukup lamanya
Republika menggeluti dunia
pers menjadikan harian
Republika menjadi koran
yang diperhitungakan dalam
dunia pers. Dengan
Visi “menjadikan harian
Republika sebagai koran
umat yang terpercaya, dilandasi sikap profesional dalam bekerja demi
kepentingan umum diikuti dengan mengedapankan
nilai-nilai islam progresif,
universal, toleran, damai, sejuk” (http://Republika.co.id.03/10/2010).
Inilah salah satu alasan mengapa
peneliti tertarik meneliti koran harian ini.
Dalam salah satu pemberitaannya,
koran Republika memberitakan bahwa
“Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustadz Syuhada Bahri , menilai bahwa aksi pembakaran
kitab suci Al-Qur’an di Michigan itu
menunjukkan sikap dan perilaku tidak toleran. Aksi tersebut, sambung
Ustadz Syuhada, bisa
diprovokasi oleh George
Bush yang menyatakan umat Islam adalah teroris.”
(Republika. 14 September 2010).
Perlu dianalisis
lebih mendalam tentang
hal ini, mengapa
harian Republika memilih
kata-kata tersebut yang
ditulis dalam cetakannya.
Makna apa
yang terkandung dalam
pemilihan teks tersebut.
Kejelian dalam menangkap
wacana yang dilontarkan
oleh media massa
dan memahami konteks
yang sedang diberitakan
di dalamnya sangatlah penting secara ilmiah.
Dari
sinilah penulis tertarik
untuk melakukan penelitian
dalam bentuk skripsi dengan judul
“Analisis Wacana Rencana Pembakaran AlQur’an oleh
Terry Jones dalam
Surat Kabar Harian
Republika Edisi Bulan September 2010”. Peneliti memilih
berita pembakaran Al-Qur’an karena menilai berita tersebut telah mengejutkan
berbagai media di seluruh dunia. Selain
itu, berita ini berhubungan dengan kitab suci agama Islam.
Penelitian ini
juga memilih media
Republika sebagai media penelitian
tanpa melupakan ideologi media tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis lebih lanjut peneliti memakai
analisis wacana van Dijk yang sering disebut
sebagai “kognisi sosial”.
Secara garis besar
penelitian model van Dijk ini
digambarkan sebagai penelitian di bidang teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Tanpa mengesampingkan teks
dan konteks sosial,
kognisi sosial sendiri
dianggap sebagai penelitian
yang penting dalam
pendekatan van Dijk.
Teks yang dinikmati
oleh pembaca serta
di tulis oleh
wartawan merupakan hasil produksi
wartawan sehingga kita juga mengamati kenapa teks tersebut bisa semacam
itu. Di sini wartawan tidak dianggap
sebagai individu yang
netral ,tetapi individu
yang memiliki bermacam
nilai, pengalaman, kesadaran,
pengetahuan, prasangka dan
pengaruh idiologi yang didapatkan dari kehidupannya.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi