Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:ANALISIS WACANA RENCANA PEMBAKARAN AL-QUR’AN OLEH TERRY JONES DALAM SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang  Pembakaran  Al-Qur’an  merupakan  suatu  tindakan  yang  di  rencanakan oleh seorang pastur gereja kecil Dove World Outreach Center  di Gainesville, Florida, Amerika Serikat. Pastur yang bernama Terry Jones  juga  telah  meluncurkan  sebuah  buku  berjudul  “Islam  itu  iblis”  yang  diterbitkan  paska  kejadian  11  September  2002.  Tindakan  ini  juga  disinyalir  karena  pernyataan  presiden  Amerika,  George  W  Bush  sesaat  setelah  runtuhnya  WTC  yang  telah  merenggut  2.646  jiwa  warganegara  Amerika  Serikat juga  327  orang  warganegara  asing  (http://id.wikipedia.org/).  Seperti  yang  dikutip  berbagai  media,  bahwa  George  menuding  tentara  muslim  pimpinan  Osama  bin  Laden  lah  yang  merencakan  semua  itu.  Tentu  saja,  secara  tidak  langsung,  hal  ini  berpengaruh  juga  kepada  umat  Islam  khususnya  yang  tinggal  di  wilayah  Amerika  Serikat  yang  menimbulkan  stigma  negatif terhadap  Islam  dan  umat  Islam,  terutama  bagi  masyarakat  barat  yang  tidak  mengenal  Islam  secara benar. Tertanam dalam pandangan sebagian besar masyarakat barat  bahwa Islam identik dengan terorisme (http://www.mui.or.id/index).
Terry   Jones  sendiri  hanya  memiliki  50-an  pengikut  di  gereja  kecilnya.  Di  gerejanya  dia  menuliskan  bahwa  “Islam  adalah  setan”.  Al Qur’an  sendiri  baginya  adalah  “jahat”  karena  mengemban  sesuatu  selain   kebenaran Alkitab dan menghasut tindakan radikal, perilaku kekerasan di  kalangan umatIslam (Republika.co.id.29/9/2010).

Rencana  pembakaran  100  kitab  Al-Qur’an  ini  juga  sempat  akan  dibatalkan dua hari sebelum menjelang tanggal 11 September 2010. Terry  Jones  mengatakan  bahwa  dia  telah  mencapai  kesepakatan  antara  pejabat  Islam  di  New  York  Ci ty  untuk  tidak  memindahkan  pusat  Islam  yang  direncanakan  di  Ground  Zero.  Namun  pejabat  Islam  segera  memberi  konfirmasi  bahwa  hal  itu  tidak  pernah  mereka  lakukan.  Akhirnya  Terry  Jones  pun  kembali  melanjutkan  pembakaran  Al-Qur’an  tersebut.  Dia  mengatakan bahwa tindakan ini sebuah “penundaan”.
Dalam  melancarkan  aksinya  tersebut,  Jones  juga  menghimbau  kepada  gereja-gereja  di  seluruh  dunia  untuk  melakukan  tindakan  yang  sama seperti dirinya. Dia sendiri telah membuat status dinding di facebook  tentang Hari Pembakaran Al-Qur’an yang disukai oleh delapan ribu orang.
Hal ini secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa aksi ini juga telah  memperoleh banyak dukungan.
Selain  dukungan  dari  akun  sosial  tersebut,  tindakan  pembakaran  Al-Qur’an  ternyata  telah  terjadi  pada tanggal  16  September  2010  di  Chicago. Lembaran  Al-Qur’an di temukan telah  dibakar di dekat Islamic  Center Chicago (Republika.co.id.1/10/2010).
Selain di Chicago, seorang pengacara di Australia bernama Stewart  juga  telah  melakukan  tindakan  perobekan  yang  dilanjutkan  pembakaran   Al-Qur’an. Hal ini dia unggah di situs you tube. Namun video ini dihapus  akhir pekan setelahnya (Republika, 14 September 2010).
Selain  pendukung  dari  facebook,  ternyata  banyak  juga  kalangan  yang menentang rencana pembakaran Al-Qur’an. Selain dari pemuka umat  Islam,  tak  sedikit  para  Pastur  juga  menolak  tindakan  tersebut.  Salah  satunya adalah pemimpin  WEA (The  World Evangelical  Alliance) Geoff  Tunnicliffe. Dia mengatakan bahwa ide yang dilakukan Jones merupakan  bentuk  kesalahpahaman  terbesar  dari  usaha  umat  Kristen  dalam  membangun  perdamaian.  "Ia  telah  meninggalkan  ajaran  Injil,"  kata  Dr  Geoff Tunnicliffe saat diwawancarai mengenai rencana pembakaran yang  akan dilakukan oleh Terry Jones (Republika.co.id.29/09/2010).
Hal  serupa  juga  diungkapkan  oleh  Presiden  Susilo  Bambang  Yudoyono  yang  telah  mengirimkan  surat  kepada  Sekertaris  Jendral  Perserikatan  Bangsa-Bangsa,  Ban  Ki-Moon  untuk  melakukan  tindakan  provoaktif  tindakan  tersebut.  PBB  diminta  sanggup  memastikan  dunia  tidak  terancam  oleh  konflik  horizontal  yang  dapat  timbul  dari  tindakan  yang  tidak  bertanggung  jawab  dari  segelintir  orang  (Republika.co.id.1/10/2010).
Berita ini telah tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui berbagai  macam  media  massa, baik televisi, radio,  internet dan  media cetak Salah  satu  media  yang  memberitakan tindakan  ini  adalah  Koran  Harian  Republika.  Republika  mengangkat  berita  pembakaran  ini  selama  kurang   lebih  satu  bulan  selama  bulan  September  2010  baik  di  media  cetak  maupun di Republika on line.
Harian  Republika terbit  pertama  pada  4  Januari  1993.  Cukup  lamanya  Republika  menggeluti  dunia  pers  menjadikan  harian  Republika  menjadi  koran  yang  diperhitungakan  dalam  dunia  pers.  Dengan  Visi  “menjadikan  harian  Republika  sebagai  koran  umat  yang  terpercaya,  dilandasi sikap profesional dalam bekerja demi kepentingan umum diikuti  dengan  mengedapankan  nilai-nilai  islam  progresif,  universal,  toleran,  damai, sejuk” (http://Republika.co.id.03/10/2010). Inilah salah satu alasan  mengapa peneliti tertarik meneliti koran harian ini.   Dalam salah satu pemberitaannya, koran Republika memberitakan  bahwa “Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustadz  Syuhada Bahri , menilai bahwa aksi pembakaran kitab suci Al-Qur’an di  Michigan itu menunjukkan sikap dan perilaku tidak toleran. Aksi tersebut,  sambung  Ustadz  Syuhada,  bisa  diprovokasi  oleh  George  Bush  yang  menyatakan umat Islam adalah teroris.” (Republika. 14 September 2010).
Perlu  dianalisis  lebih  mendalam  tentang  hal  ini,  mengapa  harian  Republika  memilih  kata-kata  tersebut  yang  ditulis  dalam  cetakannya.
Makna  apa  yang  terkandung  dalam  pemilihan  teks  tersebut.  Kejelian  dalam  menangkap  wacana  yang  dilontarkan  oleh  media  massa  dan  memahami  konteks  yang  sedang  diberitakan  di  dalamnya  sangatlah  penting secara ilmiah.
 Dari  sinilah  penulis  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  dalam  bentuk skripsi dengan  judul  “Analisis Wacana Rencana Pembakaran AlQur’an  oleh  Terry  Jones  dalam  Surat  Kabar  Harian  Republika  Edisi  Bulan September 2010”. Peneliti  memilih  berita pembakaran  Al-Qur’an  karena menilai berita tersebut telah mengejutkan berbagai media di seluruh  dunia. Selain itu, berita ini berhubungan dengan kitab suci agama Islam.
Penelitian  ini  juga  memilih  media  Republika  sebagai  media  penelitian tanpa melupakan ideologi media tersebut. Oleh karena itu, untuk  menganalisis lebih lanjut peneliti memakai analisis wacana van Dijk yang  sering  disebut  sebagai  “kognisi  sosial”.  Secara  garis  besar  penelitian  model van Dijk ini digambarkan sebagai penelitian di bidang teks, kognisi  sosial dan konteks sosial.
Tanpa  mengesampingkan  teks  dan  konteks  sosial,  kognisi  sosial  sendiri  dianggap  sebagai  penelitian  yang  penting  dalam  pendekatan  van  Dijk.  Teks  yang  dinikmati  oleh  pembaca  serta  di  tulis  oleh  wartawan  merupakan hasil produksi wartawan sehingga kita juga mengamati kenapa  teks tersebut bisa  semacam  itu. Di sini wartawan tidak dianggap  sebagai  individu  yang  netral  ,tetapi  individu  yang  memiliki  bermacam  nilai,  pengalaman,  kesadaran,  pengetahuan,  prasangka  dan  pengaruh  idiologi  yang didapatkan dari kehidupannya.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi