BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Shalat lima
waktu merupakan latihan
pembinaan disiplin pribadi.
untuk secara
teratur dan terus
menerus melaksanakannya pada
waktu yang ditentukan dan sesuai dengan rukunnya sehingga
akan terbentuk kedisiplinan pada diri
individu tersebut (Daradjat, 1996: 37) Sabda Rasulullah Saw: Artinya: Telah
mengabarkan kepada kami dari Ubaidillah bin Muadz al-'Anbary
dari Bapakku dari
Syu'bah dari al-Walid
bin Al-'Aizar, beliau
mendengar Abu asy
Syaibani berkata: pemilik rumah
ini (seraya menunjuk
rumah Abdullah) menceritakan kepadaku:
"Aku pernah bertanya
kepada Rasulullah Saw: "Amal
manakah yang paling disukai Allah?" Rasulullah Saw bersabda:
shalat pada waktunya. Aku
bertanya lagi: kemudian apa? Rasulullah
Saw menjawab: kemudian
berbakti kepada kedua
orang tua. Aku
bertanya sekali lagi:
kemudian apa? Beliau
menjawab: kemudian berjuang
di jalan Allah
(HR.
Muslim) (Muslim, tth: 63).
Banyak ayat al-Qur’an yang berisi
perintah untuk mengerjakan shalat, seperti: dalam
Surat (2) al-Baqarah,
ayat 110 dan
dalam Surat (4)
an-Nisa’, ayat 103.
Perintah untuk mengerjakan
shalat, tidak terbatas
pada keadaan - keadaan
tertentu, seperti pada
waktu badan sehat
saja, situasi aman,
tidak sedang bepergian
dan sebagainya; melainkan
dalam keadaan bagaimanapun orang
itu tetap dituntut
untuk mengerjakannya. Hal ini
ditegaskan dalam alQur’an
Surat (2) al-Baqarah,
ayat 238 dan
dalam al-Qur’an Surat
(2) alBaqarah, ayat
239 dan Surat
(4) an-Nisa’, ayat
101. Hanya saja
dalam keadaan-keadaan tertentu
diberi keringanan-keringanan dalam melaksanakannya, seperti
dibolehkan meringkas (qashar),
mengumpulkan (jama') dan
keringanan-keringanan yang lain.
Melihat begitu ketatnya perintah
untuk mengerjakan shalat, maka hal ini menunjukkan
bahwa shalat mempunyai
kedudukan yang sangat
penting bagi seorang
muslim. Dalam al-Qur’an
Surat (2) al-Baqarah,
ayat 1 sampai dengan
3, diterangkan bahwa
shalat adalah salah
satu indikator orang
yang bertaqwa, dengan kata lain
shalat adalah salah satu unsur pembentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Artinya : Alif
laam miim. Kitab
al-Qur’an ini tidak
ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Yaitu mereka yang beriman
kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rizki
yang kami anugerahkan kepada mereka (QS. 2: 1-3) (Depag RI,1978: 8).
Dalam agama Islam, shalat bukan
saja sebagai salah satu unsur agama Islam
sebagaimana amalan-amalan yang lain, akan tetapi merupakan amalan yang pertama kali dihisab. Karena itu
kedudukannya demikian penting dalam agama, maka
shalat menjadi tempat bertumpu
dan bergantung bagi
amalan amalan yang lain,
yang karenanya jika
shalat seseorang itu ru
sak maka menurut
agama Islam rusaklah
seluruh amalannya, dan
sebaliknya jika shalatnya itu baik, maka baik pula seluruh
amalannya. Di antara ibadah Islam, shalatlah
yang membawa manusia terdekat kepada Allah SWT. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Allah SWT dan dialog berlaku antara dua pihak yang saling berhadapan (Nasution,
1985: 37).
Keterangan di atas menunjukkan
pentingnya menunaikan shalat lima waktu,
karena itu sangat diperlukan bimbingan orang tua terhadap anak dalam memotivasi pengamalan shalat lima waktu
terutama sejak anak masih kecil.
Pembinaan mental
seseorang sejak ia
kecil, semua pengamalan
yang dilalui, baik yang disadari
atau tidak, ikut menjadi unsur-unsur yang menyatu dalam
kepribadian seseorang. Di
antara unsur-unsur terpenting
yang akan menentukan corak kepribadian seseorang di
kemudian hari adalah nilai-nilai yang diambil
dari orang tua.
Nilai-nilai yang dimaksud
adalah nilai-nilai agama, moral dan sosial (Daradjat, 1985: 90).
Shalat itu
menumbuhkan kesadaran manusia
terhadap kesempurnaan dan
kelebihan Tuhan, menambah kesadarannya bahwa kebesaran, kekuasaan dan kekayaan yang ada pada manusia hanyalah
laksana debu yang amat kecil di dalam
udara yang luas ini. Selain dari itu, manusia sadar atas kecintaan dan kasih sayang (rahman dan
rahim) Ilahi kepada hamba-Nya.
Fenomena yang ada sekarang,
banyak orang yang
tidak menunaikan shalat,
bahkan banyak yang
mengabaikan shalat karena
mereka tidak mengetahui
dan kurang meyakini akan pentingnya shalat serta hikmah
yang terkandung dalam shalat itu sendiri.
Fenomena secara umum ini menjadi
salah satu problem dakwah. Dari sinilah arti
pentingnya dakwah, dengan
dakwah perilaku dan
qalbu setiap insan
dapat berubah dari
sifat mengabaikan waktu
dalam shalat berganti dengan
semangat dalam waktu
menunaikan shalat. Hal
ini hanya bisa dirasakan dari
siraman dakwah itu.
Itulah sebabnya, Umary
(1980: 52) merumuskan
bahwa dakwah adalah
mengajak orang kepada
kebenaran, mengerjakan perintah,
menjauhi larangan agar
memperoleh kebahagiaan di masa sekarang dan yang akan datang. Sejalan dengan
itu, Sanusi (1980: 11) menyatakan, dakwah
adalah usaha-usaha perbaikan
dan pembangunan masyarakat,
memperbaiki
kerusakan-kerusakan,
melenyapkan kebatilan, kemaksiatan
dan ketidak wajaran
dalam masyarakat. Dengan
demikian, dakwah berarti
memperjuangkan yang ma'ruf
atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil. Esensi
dakwah adalah terletak pada ajakan,
dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk
menerima ajaran agama
dengan penuh kesadaran
demi untuk keuntungan
pribadinya sendiri, bukan
untuk kepentingan juru
dakwah/juru penerang (Arifin,
2000: 6).
Dalam pengertian yang
integralistik, dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para
pengemban dakwa h untuk mengubah
sasaran dakwah agar
bersedia masuk ke
jalan Allah, dan
secara bertahap menuju
perikehidupan yang Islami (Hafidhuddin, 2000: 77). Dakwah adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat
yang masih mengandung unsur unsur
jahili agar menjadi
masyarakat yang Islami
(Rais, 1999: 25).
Oleh karena itu
Abu Zahrah menegaskan
bahwa dakwah Islamiah
itu diawali dengan amr ma'ruf dan nahy munkar, maka tidak
ada penafsiran logis lain lagi mengenai makna
amr ma'ruf kecuali
mengesakan Allah secara
sempurna, yakni mengesakan pada
zat sifat-Nya (Zahrah, 1994: 32). Lebih jauh dari itu, pada
hakikatnya dakwah Islam
merupakan aktualisasi imani
(teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan
manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang
dilaksanakan secara teratur
untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir,
bersikap dan bertindak
manusia pada dataran
kenyataan individual dan sosio
kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam
dalam semua segi
kehidupan dengan menggunakan
cara tertentu (Achmad, 1983: 2).
Keaneka ragaman pendapat para
ahli seperti tersebut di atas meskipun terdapat kesamaan
ataupun perbedaan-perbedaan namun
bila dikaji dan disimpulkan
bahwa dakwah mencerminkan hal-hal seperti berikut: 1. Dakwah
adalah suatu usaha
atau proses yang
diselenggarakan dengan sadar dan terencana; 2. Usaha
yang dilakukan adalah
mengajak umat manusia
ke jalan Allah, memperbaiki
situasi yang lebih
baik (dakwah bersifat
pembinaan dan pengembangan) 3. Usaha
tersebut dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan
tertentu, yakni hidup bahagia sejahtera di dunia ataupun di
akhirat (Syukir, 1983: 21). Fenomena
secara khusus seperti
yang terjadi pada
siswa SDN Bogorejo
Kec Sedan Kab
Rembang yang sering
sekali didapati siswa
yang mengabaikan shalat
lima waktu. Mereka
beranggapan bahwa shalat merupakan
sesuatu pekerjaan yang
tidak terlalu penting,
sehingga banyak anak-anak yang
malas dalam mengerjakan shalat lima waktu, padahal shalat itu
adalah merupakan suatu
kewajiban setiap mukmin
dan sudah menjadi peraturan
di SDN Bogorejo
Kec Sedan Kab
Rembang (wawancara dengan Bapak Zaeni, S.Pd., Kepala Sekolah SDN
Bogorejo).
Banyak siswa
SDN Bogorejo Kec
Sedan Kab Rembang
yang meninggalkan shalat
lima waktu, jika
ada yang mengerjakan
itupun karena mendapat
imbalan dari kawannya.
Jadi belum ada
kesadaran tentang arti pentingnya shalat
lima waktu. Padahal
orang tua selalu
memberikan bimbingan pada
anak dalam memotivasi
pengamalan shalat lima
waktu.
Masalahnya, bagaimana
orang tua dalam
membimbing anak dan
apa yang menjadi hambatan orang tua dalam memotivasi
pengamalan shalat lima waktu di SDN
Bogorejo Kec Sedan Kab Rembang.
Berdasarkan keterangan
di atas, adanya
bimbingan orang tua, seharusnya anak
termotivasi mengamalkan shalat
lima waktu, namun kenyataannya
tidak mengamalkan.
Dalam penelitian
pendahuluan, didapatkan keterangan
dari anak dan kepala
sekolah
SDN Bogorejo Kec
Sedan Kab Rembang
bahwa ternyata orang tua dalam membimbing anak bersikap keras
dan tidak mendidik seperti sering memukul,
bersikap baik jika ada
tetangga yang memergoki;
ta pi bila tetangga dan masyarakat tidak tahu, orang tua
kembali bersikap keras kepada anak (Wawancara
dengan Bapak Zaeni,
S.Pd., Kepala Sekolah
SDN Bogorejo).
Berdasarkan yang
dipaparkan di atas,
maka peneliti terdorong
untuk mengadakan penelitian
dengan judul: Bimbingan Orang Tua terhadap Anak dalam Memotivasi Pengamalan Shalat Lima
Waktu (Murid di SDN Bogorejo Kec Sedan Kab Rembang) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
yang penulis kemukakan di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah .1.1. Bagaimana bimbingan orang
tua terhadap anak di SDN Bogorejo Kec Sedan Kab Rembang? .1.2. Bagaimana
relevansi bimbingan orang
tua terhadap anak
dalam memotivasi pengamalan shalat
lima waktu di
SDN Bogorejo Kec Sedan
Kab Rembang? 1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebagai
berikut: 1. Untuk
mengetahui bimbingan orang
tua terhadap anak
di SDN Bogorejo Kec Sedan Kab Rembang 2. Untuk
mengetahui relevansi bimbingan
orang tua dalam memotivasi pengamalan shalat lima waktu di SDN
Bogorejo Kec Sedan Kab Rembang 1.3.2. Manfaat Hasil Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini
diharapkan mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan
bimbingan orang tua
terhadap anak dalam memotivasi pengamalan shalat lima waktu. Memperluas cakrawala
pengetahuan tentang bimbingan
bagi peneliti khususnya dan mahasiswa Fakultas Dakwah pada umumnya.
2. Secara Praktis Penelitian ini
diharapkan menjadi masukan
bagi para orang tua dan
para guru SDN
Bogorejo dal am memotivasi
anak agar memiliki kesadaran menunaikan shalat lima
waktu.
1.4 Tinjauan Pustaka Pertama, skripsi
yang berjudul ”Pengaruh
Bimbingan Keagamaan terhadap
Perilaku Keagamaan Santri
TPA Al -Huda di
Kecamatan Grabag Kabupaten
Magelang ” Oleh
Cahyaningsih (2004). Dalam
penelitian ini dijelaskan bahwa bimbingan keagamaan yang
dilakukan dengan berbagai cara di TPA
Al-Huda misalnya keteladanan pemberian pelatihan atau pembiasaan untuk
mempraktekkan shalat, berdoa,
membaca Al-Qur’an dan
lain sebagainya. Hal
ini merupakan salah
satu metode untuk
memperkenalkan ajaran agama Islam
pada diri anak. Metode ini sangat baik bagi anak karena masa anak adalah masa dimana sifat rasa ingin
tahunya begitu tinggi sehingga mendorong
dia untuk mengimitasi (meniru) ucapan dan perbuatan orang lain.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yusriyah
(2004) yang berjudul “Efektifitas
Bimbingan Keagamaan terhadap Perubahan Akhlak pada Santri Pimpinan
K.H. Amin Budi
Harjono”. Pada penelitian
ini mengemukakan tentang
upaya merubah akhlak
santri menjadi akhlakul
karimah dengan menggunakan berbagai metode dalam berbagai
bimbingan keagamaan.
Ketiga, Penelitian
yang dilakukan oleh
Marfungah (2005) yang berjudul “Pengaruh
Intensitas Shalat Lima
Waktu terhadap Motivasi Beragama Anak di Panti Asuhan Darul Hadhonah Semarang”. Kajian dalam
penelitian ini
adalah untuk mendapatkan
dan menggambarkan pengaruh intensitas shalat lima waktu terhadap motivasi
beragama anak di Panti Asuhan Yatim
Piatu Darul Hadhonah Semarang. Dua dimensi utama dalam penelitian ini adalah intensitas shalat lima waktu dan
motivasi beragama anak. Intensitas shalat
lima waktu difokuskan pada empat aspek, yaitu tata cara pelaksanaan shalat, keaktifan waktu pelaksanaan shalat,
penghayatan gerak bacaan dalam shalat
dan manfaat shalat. Sedangkan motivasi beragama anak terdiri dari dua aspek, yaitu melaksanakan perintah Nya, dan
menjauhi larangan Nya.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi