Selasa, 19 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM MEMOTIVASI PENGAMALAN SHALAT LIMA WAKTU (MURID DI SDN BOGOREJO KEC SEDAN KAB REMBANG)


BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Shalat  lima  waktu  merupakan  latihan  pembinaan  disiplin  pribadi.
untuk  secara  teratur  dan  terus  menerus  melaksanakannya  pada  waktu  yang  ditentukan dan sesuai dengan rukunnya sehingga akan terbentuk kedisiplinan  pada diri individu tersebut (Daradjat, 1996: 37) Sabda Rasulullah Saw: Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Ubaidillah bin Muadz  al-'Anbary  dari  Bapakku  dari  Syu'bah  dari  al-Walid  bin  Al-'Aizar,  beliau  mendengar  Abu  asy  Syaibani  berkata:  pemilik  rumah  ini  (seraya  menunjuk  rumah  Abdullah)  menceritakan  kepadaku:  "Aku  pernah  bertanya  kepada  Rasulullah  Saw:  "Amal manakah  yang paling disukai  Allah?" Rasulullah Saw  bersabda:  shalat  pada waktunya. Aku bertanya lagi: kemudian  apa?  Rasulullah  Saw  menjawab:  kemudian  berbakti  kepada  kedua  orang  tua.  Aku  bertanya  sekali  lagi:  kemudian  apa?  Beliau  menjawab:  kemudian  berjuang  di  jalan  Allah  (HR.
Muslim) (Muslim, tth: 63).

Banyak ayat al-Qur’an yang berisi perintah untuk mengerjakan shalat,  seperti:  dalam  Surat  (2)  al-Baqarah,  ayat  110  dan  dalam  Surat  (4)  an-Nisa’,  ayat  103.  Perintah  untuk  mengerjakan  shalat,  tidak  terbatas  pada  keadaan -  keadaan  tertentu,  seperti  pada  waktu  badan  sehat  saja,  situasi  aman,  tidak  sedang  bepergian  dan  sebagainya;  melainkan  dalam  keadaan  bagaimanapun  orang  itu  tetap  dituntut  untuk mengerjakannya.  Hal  ini  ditegaskan  dalam  alQur’an  Surat  (2)  al-Baqarah,  ayat  238  dan  dalam  al-Qur’an  Surat  (2)  alBaqarah,  ayat  239  dan  Surat  (4)  an-Nisa’,  ayat  101.  Hanya  saja  dalam  keadaan-keadaan  tertentu  diberi  keringanan-keringanan  dalam  melaksanakannya,  seperti  dibolehkan  meringkas  (qashar),  mengumpulkan  (jama') dan keringanan-keringanan yang lain.
Melihat begitu ketatnya perintah untuk mengerjakan shalat, maka hal  ini  menunjukkan  bahwa  shalat  mempunyai  kedudukan  yang  sangat  penting  bagi  seorang  muslim.  Dalam  al-Qur’an  Surat  (2)  al-Baqarah,  ayat  1  sampai  dengan  3,  diterangkan  bahwa  shalat  adalah  salah  satu  indikator  orang  yang  bertaqwa, dengan kata lain shalat adalah salah satu unsur pembentuk manusia  yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Artinya :   Alif  laam  miim.  Kitab  al-Qur’an  ini  tidak  ada  keraguan  padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka  yang  beriman  kepada  yang  ghaib,  yang  mendirikan  shalat,  dan  menafkahkan  sebagian  rizki  yang  kami  anugerahkan  kepada mereka (QS. 2: 1-3) (Depag RI,1978: 8).
Dalam agama Islam, shalat bukan saja sebagai salah satu unsur agama  Islam sebagaimana amalan-amalan yang lain, akan tetapi merupakan amalan  yang pertama kali dihisab. Karena itu kedudukannya demikian penting dalam   agama,  maka  shalat menjadi  tempat  bertumpu  dan  bergantung  bagi  amalan amalan  yang  lain,  yang  karenanya  jika  shalat  seseorang  itu  ru sak  maka  menurut  agama  Islam  rusaklah  seluruh  amalannya,  dan  sebaliknya  jika  shalatnya itu baik, maka baik pula seluruh amalannya. Di antara ibadah Islam,  shalatlah yang membawa manusia terdekat kepada Allah SWT. Di dalamnya  terdapat dialog antara manusia  dengan Allah SWT dan dialog berlaku antara  dua pihak yang saling berhadapan (Nasution, 1985: 37).
Keterangan di atas menunjukkan pentingnya menunaikan shalat lima  waktu, karena itu sangat diperlukan bimbingan orang tua terhadap anak dalam  memotivasi pengamalan shalat lima waktu terutama sejak anak masih kecil.
Pembinaan  mental  seseorang  sejak  ia  kecil,  semua  pengamalan  yang  dilalui, baik yang disadari atau tidak, ikut menjadi unsur-unsur yang menyatu  dalam  kepribadian  seseorang.  Di  antara  unsur-unsur  terpenting  yang  akan  menentukan corak kepribadian seseorang di kemudian hari adalah nilai-nilai  yang  diambil  dari  orang  tua.  Nilai-nilai  yang  dimaksud  adalah  nilai-nilai  agama, moral dan sosial (Daradjat, 1985: 90).
Shalat  itu  menumbuhkan  kesadaran  manusia  terhadap  kesempurnaan dan kelebihan Tuhan, menambah kesadarannya bahwa kebesaran, kekuasaan  dan kekayaan yang ada pada manusia hanyalah laksana debu yang amat kecil  di dalam udara yang luas ini. Selain dari itu, manusia sadar atas kecintaan dan  kasih sayang (rahman  dan  rahim) Ilahi kepada hamba-Nya.  Fenomena yang  ada  sekarang,  banyak  orang  yang  tidak  menunaikan  shalat,  bahkan  banyak  yang  mengabaikan  shalat  karena  mereka  tidak  mengetahui  dan  kurang   meyakini akan pentingnya shalat serta hikmah yang terkandung dalam shalat  itu sendiri.
Fenomena secara umum ini menjadi salah satu problem dakwah. Dari  sinilah  arti  pentingnya  dakwah,  dengan  dakwah  perilaku  dan  qalbu  setiap  insan  dapat  berubah  dari  sifat  mengabaikan  waktu  dalam  shalat  berganti  dengan  semangat  dalam  waktu  menunaikan  shalat.  Hal  ini  hanya  bisa  dirasakan  dari  siraman  dakwah  itu.  Itulah  sebabnya,  Umary  (1980:  52)  merumuskan  bahwa  dakwah  adalah  mengajak  orang  kepada  kebenaran,  mengerjakan  perintah,  menjauhi  larangan  agar  memperoleh  kebahagiaan  di  masa  sekarang dan yang akan datang. Sejalan dengan itu, Sanusi (1980: 11)  menyatakan,  dakwah  adalah  usaha-usaha  perbaikan  dan  pembangunan  masyarakat,  memperbaiki  kerusakan-kerusakan,  melenyapkan  kebatilan,  kemaksiatan  dan  ketidak  wajaran  dalam  masyarakat.  Dengan  demikian,  dakwah  berarti  memperjuangkan  yang  ma'ruf  atas  yang  munkar,  memenangkan yang hak atas yang batil. Esensi dakwah adalah terletak pada  ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain  untuk  menerima  ajaran  agama  dengan  penuh  kesadaran  demi  untuk  keuntungan  pribadinya  sendiri,  bukan  untuk  kepentingan  juru  dakwah/juru  penerang (Arifin, 2000: 6).
Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses  yang berkesinambungan  yang ditangani  oleh para  pengemban dakwa h  untuk  mengubah  sasaran  dakwah  agar  bersedia  masuk  ke  jalan  Allah,  dan  secara  bertahap menuju perikehidupan yang Islami (Hafidhuddin, 2000: 77). Dakwah   adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat yang masih mengandung unsur unsur  jahili  agar  menjadi  masyarakat  yang  Islami  (Rais,  1999:  25).  Oleh  karena  itu  Abu  Zahrah  menegaskan  bahwa  dakwah  Islamiah  itu  diawali  dengan amr ma'ruf dan nahy munkar, maka tidak ada penafsiran logis lain lagi  mengenai  makna  amr  ma'ruf  kecuali  mengesakan  Allah  secara  sempurna,  yakni mengesakan pada zat sifat-Nya (Zahrah, 1994: 32). Lebih jauh dari itu,  pada  hakikatnya  dakwah  Islam  merupakan  aktualisasi  imani  (teologis)  yang  dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang  kemasyarakatan  yang  dilaksanakan  secara  teratur  untuk  mempengaruhi  cara  merasa,  berpikir,  bersikap  dan  bertindak  manusia  pada  dataran  kenyataan  individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran  Islam  dalam  semua  segi  kehidupan  dengan  menggunakan  cara  tertentu  (Achmad, 1983: 2).
Keaneka ragaman pendapat para ahli seperti tersebut di atas meskipun  terdapat  kesamaan  ataupun  perbedaan-perbedaan  namun  bila  dikaji  dan  disimpulkan bahwa dakwah mencerminkan hal-hal seperti berikut: 1.  Dakwah  adalah  suatu  usaha  atau  proses  yang  diselenggarakan  dengan  sadar dan terencana; 2.  Usaha  yang  dilakukan  adalah  mengajak  umat  manusia  ke  jalan  Allah,  memperbaiki  situasi  yang  lebih  baik  (dakwah  bersifat  pembinaan  dan  pengembangan) 3.  Usaha  tersebut  dilakukan  dalam  rangka  mencapai  tujuan  tertentu,  yakni  hidup bahagia sejahtera di dunia ataupun di akhirat (Syukir, 1983: 21).    Fenomena  secara  khusus  seperti  yang  terjadi  pada  siswa  SDN  Bogorejo  Kec  Sedan  Kab  Rembang  yang  sering  sekali  didapati  siswa  yang  mengabaikan  shalat  lima  waktu.  Mereka  beranggapan  bahwa  shalat  merupakan  sesuatu  pekerjaan  yang  tidak  terlalu  penting,  sehingga  banyak anak-anak yang malas dalam mengerjakan shalat lima waktu, padahal shalat  itu  adalah  merupakan  suatu  kewajiban  setiap  mukmin  dan  sudah  menjadi  peraturan  di  SDN  Bogorejo  Kec  Sedan  Kab  Rembang  (wawancara  dengan  Bapak Zaeni, S.Pd., Kepala Sekolah SDN Bogorejo).
Banyak  siswa  SDN  Bogorejo  Kec  Sedan  Kab  Rembang  yang  meninggalkan  shalat  lima  waktu,  jika  ada  yang  mengerjakan  itupun  karena  mendapat  imbalan  dari  kawannya.  Jadi  belum  ada  kesadaran  tentang  arti  pentingnya  shalat  lima  waktu.  Padahal  orang  tua  selalu  memberikan  bimbingan  pada  anak  dalam  memotivasi  pengamalan  shalat  lima  waktu.
Masalahnya,  bagaimana  orang  tua  dalam  membimbing  anak  dan  apa  yang  menjadi hambatan orang tua dalam memotivasi pengamalan shalat lima waktu  di SDN Bogorejo Kec Sedan Kab Rembang.
Berdasarkan  keterangan  di  atas,  adanya  bimbingan  orang  tua,  seharusnya  anak  termotivasi  mengamalkan  shalat  lima  waktu,  namun  kenyataannya tidak mengamalkan.
Dalam  penelitian  pendahuluan,  didapatkan  keterangan  dari  anak  dan  kepala  sekolah  SDN  Bogorejo  Kec  Sedan  Kab  Rembang  bahwa  ternyata  orang tua dalam membimbing anak bersikap keras dan tidak mendidik seperti  sering  memukul,  bersikap  baik jika ada tetangga  yang  memergoki;  ta pi  bila   tetangga dan masyarakat tidak tahu, orang tua kembali bersikap keras kepada  anak  (Wawancara  dengan  Bapak  Zaeni,  S.Pd.,  Kepala  Sekolah  SDN  Bogorejo).
Berdasarkan  yang  dipaparkan  di  atas,  maka  peneliti  terdorong  untuk  mengadakan penelitian dengan judul:  Bimbingan Orang  Tua terhadap Anak  dalam Memotivasi Pengamalan Shalat Lima Waktu  (Murid  di SDN Bogorejo  Kec Sedan Kab Rembang) 1.2   Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka yang  menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah .1.1.  Bagaimana bimbingan orang tua  terhadap anak di  SDN Bogorejo Kec  Sedan Kab Rembang? .1.2.  Bagaimana  relevansi  bimbingan  orang  tua  terhadap  anak  dalam memotivasi  pengamalan  shalat  lima  waktu  di  SDN  Bogorejo  Kec  Sedan Kab Rembang?   1.3   Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.  Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebagai berikut:  1.  Untuk  mengetahui  bimbingan  orang  tua  terhadap  anak  di  SDN  Bogorejo Kec Sedan Kab Rembang 2.  Untuk  mengetahui  relevansi  bimbingan  orang  tua  dalam memotivasi  pengamalan shalat lima waktu  di  SDN Bogorejo Kec  Sedan Kab Rembang   1.3.2. Manfaat Hasil Penelitian 1.  Secara Teoritis Penelitian  ini  diharapkan  mampu  menambah  khasanah  ilmu  pengetahuan  yang  berkaitan  dengan  bimbingan  orang  tua  terhadap  anak  dalam memotivasi  pengamalan shalat lima waktu.  Memperluas  cakrawala  pengetahuan  tentang  bimbingan  bagi  peneliti  khususnya  dan mahasiswa Fakultas Dakwah pada umumnya.
2.  Secara Praktis Penelitian  ini  diharapkan  menjadi  masukan  bagi  para  orang  tua  dan  para  guru  SDN  Bogorejo  dal am  memotivasi  anak  agar  memiliki kesadaran menunaikan shalat lima waktu.
1.4 Tinjauan Pustaka Pertama,  skripsi  yang  berjudul  ”Pengaruh  Bimbingan  Keagamaan  terhadap  Perilaku  Keagamaan  Santri  TPA  Al -Huda  di  Kecamatan  Grabag  Kabupaten  Magelang  ”  Oleh  Cahyaningsih  (2004).  Dalam  penelitian  ini  dijelaskan bahwa bimbingan keagamaan yang dilakukan dengan berbagai cara  di TPA Al-Huda misalnya keteladanan pemberian pelatihan atau pembiasaan  untuk  mempraktekkan  shalat,  berdoa,  membaca  Al-Qur’an  dan  lain  sebagainya.  Hal  ini  merupakan  salah  satu  metode  untuk  memperkenalkan  ajaran agama Islam pada diri anak. Metode ini sangat baik bagi anak karena  masa anak adalah masa dimana sifat rasa ingin tahunya begitu tinggi sehingga  mendorong dia untuk mengimitasi (meniru) ucapan dan perbuatan orang lain.
 Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yusriyah (2004) yang berjudul  “Efektifitas Bimbingan Keagamaan terhadap Perubahan Akhlak pada Santri  Pimpinan  K.H.  Amin  Budi  Harjono”.  Pada  penelitian  ini  mengemukakan  tentang  upaya  merubah  akhlak  santri  menjadi  akhlakul  karimah  dengan  menggunakan berbagai metode dalam berbagai bimbingan keagamaan.
Ketiga,  Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Marfungah  (2005)  yang  berjudul  “Pengaruh  Intensitas  Shalat  Lima  Waktu  terhadap  Motivasi  Beragama Anak di Panti  Asuhan Darul Hadhonah Semarang”. Kajian dalam  penelitian  ini  adalah  untuk  mendapatkan  dan  menggambarkan  pengaruh  intensitas shalat lima waktu terhadap motivasi beragama anak di Panti Asuhan  Yatim Piatu Darul Hadhonah Semarang. Dua dimensi utama dalam penelitian  ini adalah intensitas shalat lima waktu dan motivasi beragama anak. Intensitas  shalat lima waktu difokuskan pada empat aspek, yaitu tata cara pelaksanaan  shalat, keaktifan waktu pelaksanaan shalat, penghayatan gerak bacaan dalam  shalat dan manfaat shalat. Sedangkan motivasi beragama anak terdiri dari dua  aspek, yaitu melaksanakan perintah Nya, dan menjauhi larangan Nya.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi