BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Islam adalah agama
Allah yang diwahyukan
kepada para Rasul sebagai
hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin
kesejahteraan hidup material
dan spiritual, dunia,
dan ukhrawi.
Agama Islam
yaitu agama yang
dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman. Ajaran yang diturunkan Allah tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shahih (Maqbul)
berupa perintah, larangan dan petunjuk
untuk kebaikan hidup
manusia di dunia
dan akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang meliputi bidang aqidah, akhlaq, ibadah,
dan muamalah duniawiyah (Abdurrahman,
2000: 9).
Dalam kehidupan
dunia ini menuju
kehidupan akhirat nanti,
pada hakikatnya Islam
dapat dirasakan, diamati,
ditunjukkan, dibuktikan, dan membuahkan
rahmat bagi semesta alam sebagai amanah manhaj kehidupan (sistem kehidupan) apabila sungguh–sungguh secara nyata
diamalkan oleh pemeluknya. Dengan
demikian, Islam menjadi
sistem keyakinan, sistem pemikiran, dan sistem tindakan yang menyatu
dalam diri setiap muslim dan kaum muslimin
sebagaimana menjadi pesan
utama risalah dakwah
Islam (Abdurrahman, 2000: 11).
Dakwah Islam sebagai wujud
menyeru dan membawa umat manusia ke
jalan Allah pada dasarnya harus dimulai dari orang–orang Islam sebagai pelaku dakwah itu sendiri (ibda‟ binafsik) sebelum berdakwah kepada orang atau pihak lain sesuai seruan Allah yang
berbunyi “Hai orang–orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang
bahan bakarnya adalah
manusia dan batu, penjaganya malaikat–malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Jasmi dan Muhammad,
2008: 136).
Upaya mewujudkan
Islam dalam kehidupan
dilakukan melalui dakwah
yaitu mengajak kepada
kebaikan (amru bil ma‟ruf), mecegah kemungkaran
(nahyu „anil munkar),
dan mengajak untuk
beriman (tu‟minuna billah) guna terwujudnya umat yang sebaik–baiknya atau khairu ummah (Abdurrahman, 2000: 12).
Manusia adalah makhluk berpikir,
apa yang ada di dalam pikirannya kemudian
dilakukannya. Bekal seorang da‟i harus mencakup intelektualitas dan akhlak. Suatu perkara yang penting dan
mendasar.
Islam dalam
pandangan Mustafa (2004:
310), menghendaki wanita Islam
untuk menjadi wanita
terpelajar, berbudaya, baik
dan maju. Wanita yang dapat menularkan ilmu yang bermanfaat,
beramal dengan ilmu itu, dan menyebarkannya.
Di Indonesia
sendiri, semangat dan
perjuangan Kartini telah membuka
mata generasi penerusnya sehingga kita dapat
melihat munculnya lembaga–lembaga pendidikan
Islam yang mengkhususkan
untuk perempuan, seperti
di Sumatera Barat
dan di Jawa.
Selain itu kelanjutan perjuangan
Kartini juga terlihat
dengan munculnya organisasi–organisasi wanita, seperti „Aisyiyah berdiri tahun
1917, NA tahun 1923, Persis (1923) dan Muslimat Nahdatul Ulama tahun 1940 (Purwadi, 2000: 10).
Eksistensi organisasi–organisasi ini
dalam masyarakat Indonesia tidak diragukan
lagi. Melalui berbagai
kegiatan yang telah
dilaksanakan sebelum
Indonesia merdeka, organisasi–organisasi tersebut
telah banyak menyumbangkan
perubahan dalam masyarakatnya. Akan
tetapi sepanjang sejarahnya
organisasi wanita Islam di Indonesia
tidak tampil sebagai pencetus
gagasan dan pemikiran
sosial baru. Menurut
Taufik Abdullah wanita atau
organisasinya baru muncul
sebagai pencetus gagasan
dalam hal–hal yang khusus
menyangkut masalah kewanitaan atau keperempuanan.
Dalam perkembangannya pergerakan
perempuan telah menjadi
pelengkap dari pergerakan kaum
laki-laki.
Kondisi tersebut
disebabkan karena dalam
kenyataannya masih banyak lapisan
perempuan muslim yang
belum cukup memahami
agama (secara kontekstual),
sehingga sulit dibebaskan dari belenggu kemunduran.
Disamping itu, karena rendahnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang dimiliki, sebagai
dampak budaya yang
mengatakan bahwa tempat perempuan itu hanya di rumah saja.
Dengan membaiknya
pemahaman agama dan
kecenderungan kaum perempuan
mendirikan dan mengikuti
berbagai perkumpulan yang bernuansa agama,
seperti majlis taklim,
remaja masjid, dan
kelompok pengajian ibu-ibu
kampung (Pengajian Selapanan).
Pengajian Selapanan
merupakan suatu kegiatan
dakwah yang dilakukan secara rutin setiap dua bulan sekali
di desa
Sojomerto kecamatan Gemuh
kabupaten Kendal. Kegiatannya
berupa acara tilawatil
Qur‟an, pembacaan tahlil,
sambutan-sambutan dari beberapa pihak. Sedangkan yang terlibat
dalam kegiatan pengajian
ini di antaranya
sambutan kepala desa, ketua
panitia, dan lain sebagainya, serta diakhiri dengan do‟a.
Pengajian Selapanan
ini diisi oleh
seorang Muballigghah sebagai penceramahnya
dan diprakarsai oleh
kaum perempuan dari
Fatayat NU.
Tujuannya yaitu
sebagai wadah untuk
memberikan wawasan tambahan keagamaan
bagi kaum perempuan
khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
Selain itu diharapkan dapat
menjadi media atau wadah untuk melatih dan mengaktualisasikan diri
mereka menjadi subyek
dakwah (muballigghah). Dengan
adanya da‟i perempuan dalam pengajian Selapanan dapat memberikan
stimulus mereka untuk
dapat bersemangat tampil
di ruang publik.
Dapat membuktikan kepada
masyarakat bahwa perempuan juga memiliki kemampuan yang sama dengan
laki-laki dalam hal ini yaitu kemampuan
dalam bertabligh.
Meskipun diakui atau tidak
tampilnya da‟i perempuan di masyarakat akan menimbulkan suatu respon, baik itu respon
positif maupun negatif di lingkungan
jama‟ah maupun masyarakat
luas. Jika dibandingkan
dalam beberapa hal, salah
satunya dalam segi pendidikan, perempuan di kecamatan Gemuh
kabupaten Kendal tidak
kalah dengan laki-laki,
karena rata-rata sudah
banyak yang berpendidikan
sama dengan laki-laki
bahkan ada sebagian
dari mereka yang
memiliki kemampuan lebih
baik dari laki-laki.
Perempuan dalam
pandangan masyarakat tetap
termarjinalkan dan bahkan kelebihan yang mereka miliki kurang bahkan
tidak diakui.
Hal tersebut merupakan sebagian
kecil dari sekian banyak persoalan perempuan
yang perlu dikaji dan diteliti, khususnya
masyarakat desa, yang mana masyarakat
desa masih kental
dengan sikap keberagamaan.
Dengan melihat fenomena yang ada
maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang adakah
hubungan kemampuan da‟i perempuan
dalam bertabligh dengan tanggapan
jama‟ah Pengajian Selapanan
di desa Sojomerto
Kecamatan Gemuh Kabupaten
Kendal.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi