Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:HUBUNGAN KEMAMPUAN DA’I PEREMPUAN DALAM BERTABLIGH DENGAN TANGGAPAN JAMA’AH PENGAJIAN SELAPANAN DI DESA SOJOMERTO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL


BAB I PENDAHULUAN
 1.1.  Latar Belakang Islam  adalah  agama  Allah  yang  diwahyukan  kepada  para  Rasul  sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang  menjamin  kesejahteraan  hidup  material  dan  spiritual,  dunia,  dan  ukhrawi.
Agama  Islam  yaitu  agama  yang  dibawa  oleh  Nabi  Muhammad  SAW  sebagai Nabi akhir zaman.  Ajaran yang diturunkan Allah  tercantum dalam  Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shahih (Maqbul) berupa perintah, larangan  dan  petunjuk  untuk  kebaikan  hidup  manusia  di  dunia  dan  akhirat.  Ajaran  Islam bersifat menyeluruh  yang meliputi bidang aqidah, akhlaq, ibadah, dan  muamalah duniawiyah (Abdurrahman, 2000: 9).
Dalam  kehidupan  dunia  ini  menuju  kehidupan  akhirat  nanti,  pada  hakikatnya  Islam  dapat  dirasakan,  diamati,  ditunjukkan,  dibuktikan,  dan  membuahkan rahmat bagi semesta alam sebagai amanah manhaj kehidupan  (sistem kehidupan)  apabila sungguh–sungguh secara nyata diamalkan oleh  pemeluknya.  Dengan  demikian,  Islam  menjadi  sistem  keyakinan,  sistem  pemikiran, dan sistem tindakan yang menyatu dalam diri setiap muslim dan  kaum  muslimin  sebagaimana  menjadi  pesan  utama  risalah  dakwah  Islam (Abdurrahman, 2000: 11).

Dakwah Islam sebagai wujud menyeru dan membawa umat manusia  ke jalan Allah pada dasarnya harus dimulai dari orang–orang Islam sebagai   pelaku dakwah itu sendiri (ibda binafsik) sebelum berdakwah kepada orang  atau pihak lain sesuai seruan Allah yang berbunyi “Hai orang–orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu  dari  api  neraka  yang  bahan  bakarnya  adalah  manusia  dan  batu,  penjaganya  malaikat–malaikat  yang  kasar,  keras,  dan  tidak  mendurhakai  Allah  terhadap  apa  yang  diperintahkan-Nya  kepada  mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Jasmi dan  Muhammad, 2008: 136).
Upaya  mewujudkan  Islam  dalam  kehidupan  dilakukan  melalui  dakwah  yaitu  mengajak  kepada  kebaikan  (amru  bil  maruf),  mecegah  kemungkaran  (nahyu  „anil  munkar),  dan  mengajak  untuk  beriman  (tuminuna billah) guna terwujudnya umat yang sebaik–baiknya atau khairu  ummah (Abdurrahman, 2000: 12).
Manusia adalah makhluk berpikir, apa yang ada di dalam pikirannya  kemudian dilakukannya. Bekal seorang dai harus mencakup  intelektualitas  dan akhlak. Suatu perkara yang penting dan mendasar.
Islam  dalam  pandangan  Mustafa  (2004:  310),  menghendaki  wanita  Islam  untuk  menjadi  wanita  terpelajar,  berbudaya,  baik  dan  maju.  Wanita  yang dapat menularkan ilmu yang bermanfaat, beramal dengan ilmu itu, dan menyebarkannya.
Di  Indonesia  sendiri,  semangat  dan  perjuangan  Kartini  telah  membuka mata generasi  penerusnya sehingga  kita dapat  melihat munculnya  lembaga–lembaga  pendidikan  Islam  yang  mengkhususkan  untuk   perempuan,  seperti  di  Sumatera  Barat  dan  di  Jawa.  Selain  itu  kelanjutan  perjuangan  Kartini  juga  terlihat  dengan  munculnya  organisasi–organisasi  wanita, seperti „Aisyiyah  berdiri tahun  1917,  NA tahun 1923,  Persis (1923)  dan Muslimat Nahdatul Ulama  tahun 1940 (Purwadi, 2000: 10).
Eksistensi  organisasi–organisasi  ini  dalam  masyarakat  Indonesia tidak  diragukan  lagi.  Melalui  berbagai  kegiatan  yang  telah  dilaksanakan sebelum  Indonesia  merdeka,  organisasi–organisasi  tersebut  telah  banyak  menyumbangkan  perubahan  dalam  masyarakatnya.  Akan  tetapi  sepanjang  sejarahnya  organisasi  wanita  Islam  di  Indonesia  tidak  tampil  sebagai  pencetus  gagasan  dan  pemikiran  sosial  baru.  Menurut  Taufik  Abdullah wanita  atau  organisasinya  baru  muncul  sebagai  pencetus  gagasan  dalam  hal–hal yang khusus menyangkut masalah kewanitaan atau keperempuanan.
Dalam  perkembangannya  pergerakan  perempuan  telah  menjadi  pelengkap  dari pergerakan kaum laki-laki.
Kondisi  tersebut  disebabkan  karena  dalam  kenyataannya  masih banyak  lapisan  perempuan  muslim  yang  belum  cukup  memahami  agama  (secara  kontekstual),  sehingga sulit dibebaskan dari belenggu kemunduran.
Disamping itu,  karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang  dimiliki,  sebagai  dampak  budaya  yang  mengatakan  bahwa  tempat  perempuan itu hanya di rumah saja.
Dengan  membaiknya  pemahaman  agama  dan  kecenderungan  kaum  perempuan  mendirikan  dan  mengikuti  berbagai  perkumpulan  yang   bernuansa  agama,  seperti  majlis  taklim,  remaja  masjid,  dan  kelompok  pengajian ibu-ibu kampung (Pengajian Selapanan).
Pengajian  Selapanan  merupakan  suatu  kegiatan  dakwah  yang  dilakukan secara rutin setiap dua bulan sekali di  desa  Sojomerto  kecamatan  Gemuh  kabupaten  Kendal.  Kegiatannya  berupa  acara  tilawatil  Quran,  pembacaan tahlil, sambutan-sambutan dari beberapa pihak. Sedangkan yang  terlibat  dalam  kegiatan  pengajian  ini  di  antaranya  sambutan  kepala  desa,  ketua panitia, dan lain sebagainya, serta diakhiri dengan doa.
Pengajian  Selapanan  ini  diisi  oleh  seorang  Muballigghah  sebagai  penceramahnya  dan  diprakarsai  oleh  kaum  perempuan  dari  Fatayat  NU.
Tujuannya  yaitu  sebagai  wadah  untuk  memberikan  wawasan  tambahan  keagamaan  bagi  kaum  perempuan  khususnya  dan  masyarakat  pada  umumnya.
Selain itu diharapkan dapat menjadi media atau wadah untuk melatih  dan  mengaktualisasikan  diri  mereka  menjadi  subyek  dakwah  (muballigghah). Dengan adanya dai perempuan dalam pengajian Selapanan dapat  memberikan  stimulus  mereka  untuk  dapat  bersemangat  tampil  di  ruang  publik.  Dapat  membuktikan  kepada  masyarakat  bahwa  perempuan  juga memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam hal ini yaitu  kemampuan dalam bertabligh.
Meskipun diakui atau tidak tampilnya dai perempuan di  masyarakat  akan menimbulkan suatu respon, baik itu respon positif maupun negatif di lingkungan  jamaah  maupun  masyarakat  luas.  Jika  dibandingkan  dalam   beberapa hal, salah satunya dalam segi pendidikan, perempuan di kecamatan  Gemuh  kabupaten  Kendal  tidak  kalah  dengan  laki-laki,  karena  rata-rata  sudah  banyak  yang  berpendidikan  sama  dengan  laki-laki  bahkan  ada  sebagian  dari  mereka  yang  memiliki  kemampuan  lebih  baik  dari  laki-laki.
Perempuan  dalam  pandangan  masyarakat  tetap  termarjinalkan  dan  bahkan  kelebihan yang mereka miliki kurang bahkan tidak diakui.
Hal tersebut merupakan sebagian kecil dari sekian banyak persoalan  perempuan yang perlu dikaji dan  diteliti, khususnya masyarakat desa, yang  mana  masyarakat  desa  masih  kental  dengan  sikap  keberagamaan.  Dengan  melihat fenomena yang ada maka penulis  tertarik  untuk mengetahui tentang  adakah  hubungan  kemampuan  dai  perempuan  dalam  bertabligh  dengan  tanggapan  jamaah  Pengajian  Selapanan  di  desa  Sojomerto  Kecamatan  Gemuh Kabupaten Kendal.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi