Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:KONSEP AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM TAFSIR AL-MISBAH KARYA QURAISH SHIHAB DALAM PERSPEKTIF DAKWAH


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk  menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat, hal ini berlangsung  sepanjang  zaman,  kapanpun,  dimanapun,  dan  kepada  siapapun.  Sebagai  agama  dakwah,  Islam  disebar  luaskan  dan  diperkenalkan  kepada  manusia  melalui  aktifitas  dakwah,  tidak  melalui  kekerasan,  pemaksaan,  terhadap  umatnya,  agar  mau  memeluk  agama  (Amin,  1989:5).   Jadi  Islam  menginginkan  setiap  orang  memeluk agama Islam dengan sukarela,  ikhlas dan damai tanpa paksaan, karena  pada dasarnya esensi dakwah adalah ajakan bukan paksaan.
Dakwah  Islamiyah  adalah  menyampaikan  seruan  Islam,  mengajak  dan  memanggil  umat  manusia  agar  menerima  dan  mempercayai  keyakinan  dan  pandangan  hidup  Islam,  di  dalam  pembicaraan  tentang  dakwah  akan  ditemukan  beberapa  istilah  yang  dimaksud  pengertiannya  sama  dengan  dakwah  atau  berhubungan dengan dakwah, diantaranya nahi munkar (Ya’qub, 1973:11).

Dalam  menyampaikan  dakwah  selalu  terkait  dengan  pembahasan  amar  ma’ruf  nahi  munkar,  seorang  da’i   harus  berpedoman  pada  sumber  utama  AlQur’an  dan  Al-Hadist,  di  dalam  Al-Qur’an  dan  Al-Hadist  diberikan  tuntunan  tentang cara-cara berdakwah yang bisa digunakan sebagai pedoman pokok tentang  metode dan teknik  berdakwah,  seperti dalam  firman  Allah  SWT, dalam  QS  AnNahl ayat 125, yaitu “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui  orang-orang yang mendapat petunjuk(QS.16: 125)(Depag RI, 1978: 421).
Dakwah pada hakekatnya adalah mengajak baik pada diri  sendiri ataupun  kepada  orang  lain.  Untuk  berbuat  baik  sesuai  dengan  ketentuan  yang  telah  digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta meninggalkan perbuatan yang tercela (yang  dilarang  Allah)  dan  Rasul-Nya.  Dakwah  bisa  diidentifikan  dengan  amar  ma’ruf nahi munkar.
Berkenaan  dengan  masalah  perintah  dan  larangan,  kita  perlu  memahami  kembali  peranan  amar  ma’ruf  nahi  munkar  (menyeru  kepada  yang  ma’ruf  dan  mencegah  yang  munkar)  yang  diajarkan  Islam  kepada  umatnya.  Karena  banyak  diantara  kita  yang  belum  memahami  hakikat,  fungsi  dan  kedudukanya  diantara  ibadah-ibadah  lainnya.  Semuanya  itu  menyebabkan  kurang  berfungsinya  konsep  amar  ma’ruf  nahi  munkar  dalam  kehidupan  kita  sehari-hari,  apabila  pada  era  modernisasi  yang  tidak  pernah  sepi  dari  kemunkaran.  Pembahasan  masalah  kebaikan  dan  kemunkaran  sangat  luas  dan  beragam  bentuknya,  namun  sampai  pada  saat  ini  banyak  orang-orang  Islam  yang  mengkonsumsi  kebaikan  hanya  untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Demikian halnya terhadap  kemunkaran,  mereka  hanya  mencegah  kemunkaran  dari  dirinya  pribadi  dan  membiarkan orang lain.
 Tujuan  beramar  ma’ruf  nahi  munkar  yang  diturunkan  di  atas  bumi  ini  adalah  sebagai  rahmatan  lil  alamin  yakni  sebagai  rahmat  bagi  seluruh  alam  semesta.  Untuk  mewujudkan  tersebut  dalam  kenyataan,  sekaligus  untuk  mempertahankan  kedudukan  orang  mukmin  sebagai  umat  yang  terbaik  yang  ditampilkan Allah di arena kehidupan ini, maka sangat diperlukan suatu konsepsi  yang  harus  dilaksanakan  secara  konsekuen.  Konsep  itu  tak  lain  melaksanakan  amar  ma’ruf  nahi  munkar  tanpa  adanya  cadangan  sesuai  dengan  Al-Quran.
Terlebih  dalam  kemajuan  dimasa  ini  dimana  kehidupan  senantiasa  diwarnai  dengan  pertarungan  dan  pertentangan  yang  demikian  dahsyat,  maka  dengan  adanya keberanian sikap untuk melaksanakan  amar ma’ruf nahi munkar  tersebut  sangat diperlukan demi terwujudnya Izlul Islam wal muslimin.
Nahi  munkar  artinya  melarang  kepada  perbuatan  yang  munkar  (Syukir,  1983:  11).  Menurut  Shihab  (2001:  162),  kata  munkar  dipahami  banyak  ulama  sebagai segala sesuatu, baik ucapan maupun perbuatan yang bertentangan dengan  ketentuan  agama,  akal,  dan  adat  istiadat.  Penekanan  kata  munkar  lebih  banyak  pada  adat-istiadat.  Demikian  juga  kata  ma’ruf  yang  dipahami  dalam  arti  adat  istiadat yang sejalan dengan tuntunan agama.
Amar  ma’ruf  nahi  munkar,  digunakan  syariat  Islam  untuk  pengertian memerintahkan  atau  mengajak  diri  dan  orang  lain  melakukan  hal-hal  yang  dipandang baik oleh agama,  dan melarang atau mencegah diri dan orang lain dari  melakukan  hal-  hal  yang  dipandang  buruk  oleh  agama.  Ulama  fikih  sepakat  bahwa  amar  ma’ruf  nahi  munkar  adalah  prinsip  yang  harus  dimiliki  setiap  muslim.
 Muhammad Quraish Shihab dikenal sebagai penulis dan penceramah yang  handal.  Berdasarkan  pada  latar  belakang  keilmuan  yang  kokoh  yang  ia  tempuh  melalui  pendidikan  formal  serta  ditopang  oleh  kemampuanya  menyampaikan  pendapat dan gagasan dengan  bahasa  yang sederhana, tetapi  lugas, rasional, dan  kecenderungan  pemikiran  yang  moderat,  ia  tampil  sebagai  penceramah  dan  penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Qur’an di Indonesia,  tetapi kemampuannya menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an  dalam konteks kekinian dan  masa  moderen  membuatnya  lebih dikenal dan  lebih  unggul  daripada  pakar  al-Qur’an  lainnya.  Dalam  hal  penafsiran,  ia  cenderung  menekankan  pentingnya  penggunaan  metode  tafsir  maudu’i  (tematik),  yaitu  penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Qur’an yang terbesar dalam  berbagai  surah  yang  membahas  masalah  yang  sama,  kemudian  menjelaskan pengertian  menyeluruh  dari  ayat-ayat  tersebut  dan  selanjutnya  menarik  kesimpulan  sebagai  jawaban  terhadap  masalah  yang  menjadi  pokok  bahasan.
Menurutnya, dengan metode ini dapat diungkapkan pendapat-pendapat al-Qur’an  tentang berbagai masalah kehidupan, sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat  Al-Qur’an  sejalan  dengan  perkembangan  iptek  dan  kemajuan  peradaban  masyarakat (Shihab, 1990:3).
Quraish  Shihab  banyak  menekankan  perlunya  memahami  wahyu  Ilahi  secara  kontekstual  dan  tidak  semata-mata  terpaku  pada  makna  tekstual  agar  pesan-pesan  yang  terkandung  di  dalamnya  dapat  difungsikan  dalam  kehidupan  nyata.  Ia  juga  banyak  memotivasi  mahasiswanya,  khususnya  di  tingkat  pasca   sarjana, agar berani  menafsirkan  Al-Qur’an, tetapi dengan tetap berpegang ketat  pada  kaidah-kaidah  tafsir  yang  sudah  dipandang  baku.  Menurutnya,  penafsiran  terhadap  al -Qur’an  tidak  akan  pernah  berakhir.  Dari  masa  ke  masa  selalu  saja  muncul  penafsiran  baru  sejalan  dengan  perkembangan  ilmu  dan  tuntutan  kemajuan.  Beliau  tetap  mengingatkan  perlunya  sikap  teliti  dan  ekstra  hati-hati  dalam  menafsirkan  al-Qur’an  sehingga  seseorang  tidak  mudah  mengklaim  suatu  pendapat sebagai pendapat al-Qur’an. Bahkan, menurutnya adalah satu dosa bila  seseorang memaksakan pendapatnya atas nama al-Qur’an.
Berdasarkan  latar  belakang  tersebut  penulis  terdorong  mengangkat  tema  dengan  judul:  “Konsep  amar  maruf  nahi  munkar  dalam  tafsir  Al-Misbah  karya  Quraish Shihab dalam perspektif dakwah”.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi