Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:METODE DAKWAH K.H. MANSYUR DI LINGKUNGAN NELAYAN DESA KEDUNGMUTIH KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK


BAB I PENDAHULUAN
1.1.  LATAR BELAKANG Islam  adalah  agama  dakwah,  artinya  agama  yang  menugaskan  umatnya  untuk  menyebarkan  dan  mensyiarkan  Islam  kepada  seluruh  umat  manusia  baik  dalam  keadaan  bagaimanapun  dan  dimanapun,  karena  maju  mundurnya  umat  Islam  sangat  bergantung  dan  berkaitan  erat  dengan  kegiatan  dakwah  yang  dilakukan (Hafiduddin, 1998: 76).
Oleh  karena  itu  sangat  wajar  jika  Islam  memerintahkan  umatnya  untuk  menjadi  pengingat  dan  pengajak  kearah  kebaikan  dan  pencegah  kemungkaran.
Maka Islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran tersebut merupakan  tanggung  jawab  umat  Islam   secara  keseluruhan,  sesuai  dengan   misi  sebagai  “rahmatan lil alamin”  membawa kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupan  sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dakwah adalah sesuatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan,  tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana. Dalam  usaha mempengaruhi orang lain baik secara kelompok agar timbul dalam dirinya  suatu  pengertian,  kesadaran,  sikap,  penghayatan  serta  pengamatan  terhadap  ajakan agama sebagai pesan  yang disampaikan  kepadanya dengan tanpa adanya  unsur-unsur paksaan (Arifin, 1997: 17).

Jadi kegiatan itu dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa  tekanan, paksaan dan provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan dan   sebagainya.  Dakwah  merupakan  ajakan  yang  tujuannya  dapat  tercapai  hanya  dengan persetujuan tanpa paksaan dari objek dakwah.
Implikasi  dari  pernyataan  Islam  sebagai  agama  dakwah,  menuntut  umatnya  untuk  selalu  menyampaikan  dakwah,  karena  kegiatan  ini  tidak  akan  pernah  usai  selama  kehidupan  dunia  masih  berlangsung  dan  akan  terus  melekat  dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya (Suparta, Ed, 2003: 5).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan imam Muslim, Nabi Muhammad  Saw. pernah menegaskan: “Barang  siapa  diantara  kamu  melihat  sesuatu  yang  mungkar  maka  rubahkah dengan tanganmu, jika dia tidak mampu maka rubahlah dengan  lisannya,  jika  ia  tidak  mampu  maka  rubahlah  dengan  hatinya,  sesungguhnya  itulah  selemah-lemahnya  iman”  (Imam  Nawawi,  1999:  421).
Hadits  di  atas  jelas  sekali  dalam  menerangkan  bahwa  jika  salah  seorang  dari kita melihat yang salah, maka harus ada usaha untuk meluruskannya kembali.
Baik  dengan  tangannya  (berupa  perbuatan),  lisannya  (berupa  nasehat),  atau  dengan hatinya (berupa do’a).
Kita  semua  menyadari  bahwa  Dakwah  Islam  adalah  tugas  suci  yang  dibebankan oleh setiap Muslim, perintah ini ada dalam  Al Qur’an surat Ali Imran  ayat 104:   “Dan  jadilah  kamu  segolongan  umat  yang  mengajak  kepada  kebaikan,  menyuruh kepada berbuat baik dan mencegah atau melarang orang-orang  berbuat yang tidak baik dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Depag, 1989: 93).
Dilihat dari fungsi agama Islam di atas dapat dipastikan bahwa dimanapun  umat  Islam  berada  maka  kedamaian,  kesejahteraan,  dan  kehidupan  yang  penuh  kasih sayang akan tercipta.
Untuk  itulah  dakwah  harus  dikemas  dengan  cara  dan  metode  yang  pas,  atau meminjam istilah dari Yunan Yusuf bahwa dakwah harus dilakukan secara  aktual,  faktual  dan  kontekstual.  Aktual  dalam  arti  memecahkan  masalah  yang  kekinian yang hangat di tengah masyarakat, faktual dalam arti konkrit yang nyata,  serta  kontekstual  dalam  arti  relevan  dan  menyangkut  problem  yang  sedang  dihadapi oleh masyarakat (Suparta (Ed), 2003: 13).
Islam adalah agama  yang  “rahmatan lil alamin”  yang berpedoman pada  Al-Qur’an  dan  Hadits.  Untuk  menyampaikannya  ada  beberapa  macam  metode  diantaranya  bil  hal  dan  bil  lisan.  Bil  hal  menitikberatkan  pada  keteladanan  dan  tindakan,  sedangakan  bil  lisan  menitikberatkan  pada  pengajaran,  pendidikan  melalui  ucapan,  baik  lisan  maupun  tulisan,  yang  salah  satu  bentuknya  adalah  metode ceramah, Sampai saat ini metode ceramah merupakan metode yang paling  banyak digunakan, karena Da’i dan mad’u saling bertatap muka sehingga pesan  dakwah dapat tersampaikan dengan baik. Jadi metode ini dianggap sangat efektif  dan efisien oleh sebagian ulama (Shihab, 1994: 194).
K.H.  Mansyur  merupakan  seorang  ulama  kharismatik  yang  sangat  dihormati oleh masyarakat  Kedungmutih Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
 Beliau merupakan  salah satu ulama  yang menggunakan beberapa macam metode  dalam  berdakwah  yaitu  bil  hal  dan  bil  lisan.  Metode  dakwah  bil  hal  dengan  keteladanan  dan  tindakan  beliau  dalam  menyambangi  rumah  warga  untuk  memberikan pemahaman tentang agama dan mengajak masyarakat nelayan untuk  ikut pengajian dan memberikan materiil kepada anak yatim yang kurang mampu  agar dapat sekolah. Metode dakwah  bil lisan  salahsatunya dalam bentuk ceramah  yaitu  pengajian  bapak-bapak  pada  malam  Rabu  dan  ibu-ibu  pada  hari  Kamis.
Beliau  sangat  pandai  mengemas  suatu  dakwah,  sehingga  dapat  diterima  oleh  masyarakat  nelayan  Kedungmutih  dengan  baik.  K.H.  Mansyur  juga  berprofesi  sebagai  guru  yang  mengajar  di  sekolah  MTs  dan  MA  Ribhul  Ulum  Desa  Kedungmutih Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
Desa  Kedungmutih  Kecamatan  Wedung  Kabupaten  Demak  secara  geografis  terletak  di  pesisir  pantai  dan  berbatasan  dengan  wilayah  Jepara  yaitu  Desa  Kedungmalang.  Masyarakat  Kedungmutih  sebagian  besar  adalah  seorang  nelayan  dan  ada  juga  yang  bekerja  sebagai  petani  tambak  ikan,  pedagang,  guru  dan  ojek  sepeda  motor.  Sesuai  dengan  letak  geografis  Desa  Kedungmutih  yang  berada  di  kawasan  pesisir,  maka  mayoritas  masyarakat  Kedungmutih  adalah  bekerja sebagai nelayan.
Masyarakat  Nelayan  adalah  masyarakat  yang  hidup,  tumbuh  dan  berkembang  di  kawasan  pesisir.  Masyarakat  nelayan  Kedungmutih  memiliki  karakter  yang  berbeda  dengan  masyarakat  nelayan  lainnya,  masyarakat  nelayan  Kedungmutih cenderung memiliki sikap keras dan kurang bisa menerima sesuatu  yang baru,  sedangkan  dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan sesuai dengan   tradisi setempat yaitu melaut dan menjual ikan dan pola pikir masyarakat nelayan  hanya sebatas keadaan pada lingkungan sekitar pesisir, sedangkan pendidikan dan  pembelajaran  agama  yang  didapat  sangat  kurang,  dikarenakan  masyarakat  nelayan hanya memikirkan kebutuhan untuk hidup yaitu mencari ikan di laut.
Akibat dari kurangnya pemahaman dan pembelajaran agama yang didapat  oleh  masyarakat  Kedungmutih,  para  nelayan  banyak  yang  melalaikan  urusan  ibadah dan pada waktu melaut kebanyakan sering mengkonsumsi minuman keras  sebagai  penghangat  tubuh  dan  banyaknya  para  remaja  yang  mabok-mabokan  dipinggir  jalan  dan  ini merupakan  bentuk  penyimpangan  di  masyarakat  nelayan  Kedungmutih  yang mayoritas beragama  Islam.  Dengan karakteristik masyarakat  nelayan  Kedungmutih  yang  demikian,  tentunya  peran  seorang  Da’i  sangat  dibutuhkan,  agar  masyarakat  nelayan  hidup  sesuai  dengan  ajaran  Islam  yang  benar.  K.H.  Mansyur  merupakan  sosok  ulama  yang  bisa  membawa  perubahan  kearah  yang  baik,  dengan  beberapa  metode  dakwah  yang  pas  tentunya  yang  sesuai  dengan  kondisi  masyarakat  Kedungmutih,  sehingga  masyarakat  nelayan  bisa lebih beribadah.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi