1.1.
Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang berisi
petunjuk-petunjuk agar manusia secara
individual menjadi manusia yang baik, beradab dan berkualitas, selalu berbuat
baik sehingga mampu
membangun sebuah peradaban
yang maju sebuah
tatanan kehidupan yang
manusiawi dalam arti
kehidupan yang adil, maju
bebas dari berbagai ancaman, penindasan dan berbagai ke khawatiran.
Agar mencapai
yang diinginkan tersebut
diperlukan apa yang
dinamakan sebagai dakwah (Aziz,
2004:1).
Hidup di
era yang sekarang
ini tidak akan
terlepas oleh suatu permasalahan,
hal ini disebabkan oleh semakin
banyaknya kebutuhan. Maka seseorang
dipaksa bagaimana mencari
sumber kehidupan untuk
kebutuhan sehari-harinya.
Problem masyarakat
kontemporer seperti sekarang
ini bukan hanya menyangkut materi
saja, akan tetapi
juga menyangkut masalah-masalah psikologi
(pscyologi problems) seperti
gelisah, cemas, depresi,
dan sebagainya. Manusia tidak
cukup hanya dengan pemenuhan sandang, pangan, dan papan saja, tetapi juga pemenuhan
kebutuhan akan rasa aman, tenang dan terlindung (security
feeling). Dengan kata
lain ketenangan jiwa
adalah segalanya, sebab
materi keduniawian yang
melimpah ruah belum
tentu membuat hati
seseorang tenang, bahkan
sebaliknya bisa membuat
dirinya mengalami gangguan
kejiwaan.
Menurut pendapat
Maslow, manusia dapat
di telaah melalui kecenderungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup,
sehingga bermakna dan terpuaskan. Kebutuhan dasar tersebut
disusun secara hirarkhis dalam lima starata yang
bersifat relatif yaitu:
kebutuhan fisologis, kebutuhan
akan kesalamatan, kebutuhan
akan rasa aman,
kabutuhan akan rasa
cinta dan memiliki, kebutuhan akan aktualisasi diri
(Muhammad, 2002:70).
Setiap gerakan
manusia akhirnya menimbulkan
suatu perbuatan.
Perbuatan yang
reflektif merupakan tindakan
yang berjalan dengan sendirinya, tanpa disadari oleh individu yang
bersangkutan . Namun demikian perbutan
yang semula tidak adanya motivasi itu dapat meningkatkan kepada perbuatan yang bermotif (Walgito:1983).
Panduan Islam
tentang motivasi menekankan
bahwa perubahan terhadap
diri seseorang atau
kaum terletak pada
adanya keinginan yang berupa dorongan
atau motivasi dalam
diri manusia atau
kaum tersebut. Hal ini
sesuai dengan firman Allah surat Ar-Ra’d ayat 11”Sesungguhnya Allah tidak
merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S.
Ar-Ra’d:11).
Dari ayat di atas , jelas sekali bahwa
perubahan dalam kehidupan dapat terjadi karena
adanya keinginan dan
dorongan dari dirinya
sendri. Melihat fenomena
di atas, maka
diperlukan penanaman nilai
ajaran Islam seperti dzikir
atau do’a bagi
manusia. Keberadaan istighatsah
yang merupakan permohonan kepada Allah swt. agar segera
terwujud apa yang menjadi citacita
atau harapan. Dalam
prakteknya, istighatsah itu
do’a yang dilakukan secara bersama-sama.
Fenomena istighatsah
semakin yang semarak
saat ini, tentu
saja memiliki dampak positif
bagi kehidupan masyarakat
yang terkuasai oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi modern,
baik dalam kehidupan
santri di pesantren maupun dalam masyarakat umum dalam
bertingkah laku.
Sementara itu
ajaran Islam yang
terus berjalan secara
tradisional seperti istighatsah
merupakan suatu tindakan
yang positif, ini
merupakan sebuah wadah
untuk membentuk akhlak
dan meningkatkan ketauhidan seseorang
yang selama ini
sudah mengalami kemerosotan
moral yang diderita
oleh santri khususnya
pada masyarakat. Berdasarkan
hal itu, Pengasuh
Pondok Pesantren Attauhidiyyah
Tegal, Seykhuna KH.Achmad Sa’id bin KH. Sa’id dan Saudaranya KH.
Muhammad Chasani bin KH. Sa’id bin KH.
Armia. Memberikan gemblengan
kepada jama’ahnya antara
lain gambaran umum
ilmu ketauhidan dan
wejangan lain yang
bersifat bimbingan moral
dan agama, dengan
tujuan akhir santri
dan masyarakat mendapat bekal dalam mengarungi hidup di luar
Pondok Pesantren.
Dalam mengikuti kegiatan istighatsah
Kubro Malam Jumat Kliwon di Pondok
Pesantren Attauhidiyyah tersebut,
masyarakat telah menumbuhkan kesadaran
bahwa mereka memandang
dirinya merasa hina,
merasa tidak mempunyai
amal baik, sehingga
mereka benar-benar menangis
(khusuk dalam berdo’a)
bertaubat meminta ampunan
kepada Allah swt.
Adapun orang yang
meminta agar kebutuhan
ekonominya tercukupi, rezekinya
di tambah, bagi
petani dapat meningkatkan
hasil panennya, dan
bahkan ada orang yang meminta dimudahkan jodohnya.
Bagi masyarakat,
istighatsah bukan saja
sebagai motivasi untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan,
akan tetapi istighatsah
sebagai pemohon ampun
dosa-dosa yang pernah
dilakukan sehingga dapat
selamat dunia dan akherat. Sosok karismatik seorang kyai sebagai figur
yang turuntemurun dari keturunan
Waliyullah, juga Kyai
yang ahli kasyaf
yang mempunyai karomah luar
biasa yang do’anya
dikabulkan oleh Allah
swt.
sehingga masyarakat minta
dido’akan.
Dari fenomena
di atas menurut
hemat penulis, ada
sesuatu yang menarik
untuk diteliti lebih
lanjut. Bertambahnya santri
dan jama’ah yang mengikuti ta’liman
dan kegiatan istighatsah
di Pondok Pesantren Attauhidiyyah
yang di asuh
oleh KH. Achmad
Sa’id dan Saudaranya
KH.
Muhammad Chasani
terbukti mengindikasikan tentang
adanya sebuah dorongan
/ motif tertentu
dalam diri santri
dan masyarakat sehingga
ribuan orang mengikuti
kegiatan istighatsah dan
aktif menjadi santrinya
dalam rangka ngaji atau belajar
ilmu agama.
1.2. Rumusan Masalah Masalah adalah
pertentangan antara realita
dengan yang seharusnya, kesangsian
ataupun kebingungan terhadap
suatu hal atau
fenomena, adanya ambiguity (Nazir, 1988:35).
Dari latar belakang diatas, ada hal yang menjadi permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah motivasi santri
mengikuti kegiatan istighatsah
kubro malam jumat kliwon? 2. Bagaimanakah
dampak mengikuti istighatsah
terhadap kepribadian santri Pondok
Pesantren Attauhidiyyah
Cikura-Bojong-Tegal? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan diadakan Penelitian Berdasarkan permasalahan
diatas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : - Untuk
mengetahui variasi motivasi
terhadap kepribadian santri
dalam mengikuti kegiatan istighatsah Kubro malam jum’at kliwon di
Pondok Pesantren Attauhidiyyah.
-
Untuk mengetahui dampak
istighatsah terhadap kepribadian
santri di Pondok Pesantren Attuhidiyyah
Cikura-Bojong-Tegal.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi