Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA MENURUT PROF. H.M. ARIFIN (Analisis Bimbingan dan Penyuluhan Islam)


 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masa remaja (adolesensi)  adalah masa peralihan dari masa anak-anak  menuju  masa  dewasa,  anak-anak  mengalami  pertumbuhan  cepat  di  segala  bidang.  Mereka  bukan  lagi  anak-anak,  baik  bentuk  jasmani,  sikap,  cara  berfikir  dan  bertindak.  Tetapi  bukan  pula  orang  dewasa  yang  telah  matang.
Masa ini mulai kira-kira pada umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21  tahun (Daradjat, 1988: 101).
Persoalan remaja selalu  hangat dan menarik, baik di negara yang telah  maju  maupun  di  negara  terbelakang,  terutama  negara  yang  sedang  berkembang.  Karena  remaja  adalah  masa  peralihan,  seseorang  telah  meninggalkan  usia  anak-anak  yang  penuh  kelemahan  dan  ketergantungan  tanpa  memikul  sesuatu  tanggung  jawab,  menuju  kepada  usia  dewasa  yang  sibuk dengan tanggung jawab penuh. Usia remaja adalah usia persiapan untuk  menjadi  dewasa  yang  matang  dan  sehat.  Kegoncangan  emosi,  kebimbangan  dalam  mencari  pegangan  hidup,  kesibukan  mencari  pegangan  hidup,  kesibukan mencari bekal pengetahuan dan kepandaian untuk menja di senjata  dalam  usia  dewasa  merupakan  bagian  yang  dialami  oleh  setiap  remaja (Daradjat, 1973: 477).
Remaja  pada  hakikatnya  sedang  berjuang  untuk  menemukan  dirinya  sendiri,  jika  dihadapkan  pada  keadaan  luar  atau  lingkungan  yang  kurang   serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah mereka jatuh kepada  kesengsaraan  batin,  hidup  penuh  kecemasan,  ketidakpastian  dan  kebimbangan.  Hal  seperti  ini  telah  menyebabkan  remaja-remaja  Indonesia  jatuh  pada  kelainan-kelainan  kelakuan  yang  membawa  bahaya  terhadap  dirinya  sendiri  baik  sekarang,  maupun  di  kemudian  hari   (Daradjat,  1973:  356).

Banyak  di  antara  mereka  yang  tidak  sanggup  mengikuti  pelajaran,  hilang  kemampuan  untuk  konsentrasi,  malas  belajar,  patah  semangat  dan  sebagainya.  Tidak  sedikit  pula  yang  telah  jatu h  kepada  kelakuan  yang  lebih  berbahaya  lagi  (Daradjat,  1973:  356).  Kelakuan  yang  berbahaya  itu  sebagai  hasil  dari  bentuk  kenakalan  dan  karena kenakalan itu  dilakukan  oleh  remaja  maka muncullah julukan kenakalan remaja  yang dalam terminologi asingnya  disebut  juvenile  delinquency.  Dalam  kenyataannya  terdapat  kesenjangan  antara  remaja  yang  baik  dengan  remaja yang  nakal.  Sehubungan  dengan  itu  menurut  Kartini  Kartono,  juvenile  delinquency  merupakan  gejala  sakit  atau  patologi secara sosial sehingga ia berprilaku  menyimpang, kemudian disebut  cacat secara sosial. Hal ini tidak lepas dari kurangnya tanggung jawab sosial  pada  anak  remaja,  kerapuhan  pendidikan  serta  pendidikan  masyarakat  yang  buruk (Kartono, 1992: 7-10).
Untuk  menanggulangi  kenakalan  remaja  maka  sangat  diperlukan  bimbingan  dan  penyuluhan  Islam.  Di  kalangan  masyarakat  Islam  telah  pula  dikenal prnsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan yang secara tersirat terdapat  dalam al-Qur'an seperti di bawah ini:    Artinya:    Dan  hendaklah  ada  di  antara  kamu  segolongan  umat  yang  menyeru  kepada  kebajikan,  menyuruh  kepada  yang  ma'ruf  dan  mencegah  dari  yang  munkar;  merekalah  orang-orang  yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104) Artinya:   Serulah  kepada  jalan  Tuhan-mu  dengan  hikmah  dan  pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang  baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui  tentang siapa  yang  tersesat  dari  jalan -Nya  dan  Dialah  yang  lebih  mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.  (anNahl: 125).
Artinya: Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan  nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul  husna  dan  janganlah  kamu  mengeraskan  suaramu  dalam  shalatmu  dan  janganlah  pula  merendahkannya  dan  carilah  jalan tengah di antara kedua itu". (a-Isra: 110).
Dari  beberapa  ayat  di  atas  maka  dapat  dipahami  bahwa  penyuluhan  Islam  dalam  konteks  ini  mempunyai  peranan  penting  dalam  memecahkan  persoalan  para  remaja  yang  melakukan  perbuatan  yang  dianggap  masuk  kategori  juvenile  delinquency.  Itulah  sebabnya  M.  Arifin  (2005:  124)  menyatakan sebagai berikut: "Penyuluhan  Islam  di kalangan remaja pada khususnya di luar sekolah  dalam suatu masyarakat yang sedang mengalami transisi dari tingkat  hidup  agraris  ke  tingkat  hidup  yang  lebih  maju  seperti  masyarakat   Indonesia  sekarang,  terutama  di  kota-kota  metropolitan  (kota-kota  besar) sangat dirasakan keperluannya oleh masyarakat itu sendiri, oleh  karena  pada  umumnya  masyarakat  Indonesia  menganggap  bahwa  Islam  dengan norma-normanya tetap mempunyai pengaruh psikologis bagi ketenangan serta kemantapan hidup manusia.  Permasalahan yang  timbul  di  kalangan  remaja  yang  dipandang  serius  antara  lain  adalah  masalah  kenakalan  remaja  mengingat  remaja adalah  suatu  kelompok  usia  yang  diharapkan menjadi  generasi  pengganti  orang-orang  tua  di  masa  depan.  Sebagai  kelompok  pengganti  atau  penerus  cita-cita  bangsa mereka mutlak harus memiliki kondisi mental psikologis yang  lebih besar kemampuannya serta kesanggupannya dari  generasi  yang  diganti, dan harapan demikian sudah tentu perlu diresapkan di dalam  jiwa para remaja melalui penyuluhan yang intensif dan ekstensif".
Menurut  M.  Arifin  (1994:  1)  istilah  "penyuluhan"  mengandung  arti  "menerangi",  menasehati,  atau  memberi  kejelasan  kepada  orang  lain  agar  memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya.
Menariknya  untuk  diteliti  adalah  karena  masalah  kenakalan  remaja  sangat  meresahkan  orang  tua,  masyarakat,  bahkan  negara .  Mengingat  apa  yang dilakukan oleh remaja saat ini  adalah  sangat membahayakan masyarakat  dan  berdampak  pada  kepentingan  orang  banyak,  maka  menurut  penulis  permasalahan  ini  sangat  menarik  untuk  diteliti.  Meskipun  cara  penanggulangan  kenakalan  remaja  telah  diulas  oleh  para  ahli  namun  kenyataannya sampai saat ini kenakalan remaja tidak makin berkurang kalau  tidak  boleh  dikatakan  bertambah  dalam  frekuensi  yang  sangat  mengkhawatirkan, seperti:  kebut-kebutan di jalan raya  yang membahayakan,  ugal-ugalan,  berandalan,  urakan  yang  mengacaukan  lingkungan,  perkelahian  antar  gang,  tawuran  yang  membawa  kurban  jiwa,  membolos  sekolah  lalu  bergelandangan  di  jalan-jalan  dan  mal-mal  serta  bereksperimen  bermacammacam  kedurjanaan  dan  tindak  a  susila,  kecanduan  dan  ketagihan  bahan   narkoba, homo seksualitas, komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadisgadis  dan  masih  banyak  lagi  (http://www.indowarta.org/2011/query/bentukkenakalan-remaja-di-indonesia diakses tanggal 26 April 2011).
Sisi  menarik  dari  penelitian  ini  yaitu  kenakalan  remaja  berdampak sangat  luas  baik  bagi  dirinya  sendiri  maupun  orang  lain.   Dari  sini  muncul  suatu  pertanyaan  apakah  hal  itu  akibat  dari  kurangnya  perhatian  orang  tua,  ataukah  karena  pengaruh  lingkungan,  pembawaan  dan  pergaulan.  Namun  demikian  untuk  menanggulangi  kenakalan  remaja  tidak  seharusnya  berhenti  mengungkapkan  gagasan  baru  karena  tiada  suatu  penyakit  yang  tidak  ada  obatnya.  Untuk  itulah  fokus  penelitian  ini  adalah  meneliti  tentang  cara  penanggulangan  kenakalan remaja  menurut HM.  Arifin dihubungkan dengan  bimbingan  dan  penyuluhan  Islam.  Meneliti  konsep  pemikiran  HM.  Arifin  bukanlah berarti pendapat lain kurang baik melainkan karena pemikiran HM.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi