Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:MOTIVASI MASYARAKAT DALAM MENONTON TAYANGAN BENGKEL HATI DI MNCTV DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN (Studi Kasus di Lembaga Akhlaq Mulia Center Kota Salatiga)


 BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Pada  era  serba  modern  seperti  sekarang  ini,  perkembangan  teknologi  berkembang dengan sangat cepat. Begitu pula dalam kegiatan dakwah, media  dakwah  ikut  berkembang,  salah  satunya  berdakwah  melalui  media  televisi.
Televisi,  merupakan  perkembangan  medium  berikutnya  setelah  radio  yang  diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar  utama  teknologi  pertelevisian  tersebut  adalah  Paul  Nipkow  dari  Jerman  yang  dilakukannya pada tahun 1884 (Kuswandi, 1996:4).  Televisi sebagai  salah satu  media dakwah yang masuk dalam kategori audiovisual. Televisi sebagai media  dakwah dapat merangsang indra pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya.
Dalam  kenyataannya,  program  acara  dakwah  di  televisi  sudah  cukup  banyak  apalagi  ketika bulan suci Ramadan tiba. Akan tetapi banyak program program dakwah yang ada di televisi kurang mendapat respon yang positif dari  para  penonton.  Padahal  seperti  yang  kita  ketahui  mayoritas  penduduk  di  Indonesia  adalah  muslim.  Tayangan  Bengkel   Hati  adalah  salah  satu  program  acara  dakwah  yang  disiarkan  oleh  salah  satu  stasiun  tel evisi  swasta  nasional  yakni MNCTV (dulu TPI)  setiap hari Ahad dan Senin pagi. Tayangan Bengkel  Hati  seperti  kegiatan  dakwah  lainnya  juga  mengajak  mad’u  untuk  kembali   kepada apa yang telah diajarkan dalam Islam.  Menurut    (1986:5), mengatakan: “Dakwah  adalah  mendorong  manusisa  kepada  jalan  kebaikan  dan  petunjuk,  perintah  kebaikan  dan  mencegah  dari  kemungkaran  menuju  peruntungan  kebahagiaan dunia dan akhirat”.

Menurutnya dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat baik dan  benar dan memerintahkan kebajikan dan mencegah dari kemungkaran  menuju  kepada  kebahagiaan  dunia  dan  akhirat.  Sedangkan  tujuan  dakwah  menurut  Pimay  (2006:8),  adalah menyelamatkan umat manusia  dari  lembah  kegelapan  dan  membawanya  ke  tempat  yang  terang  benderang,  dari  jalan  yang  sesat  kepada  jalan  yang  lurus,  dari  lembah  kemusyrikan  dengan  segala  bentuk  kesengsaraan menuju kepada tauhid yang menjanjikan kebahagiaan.
Program  acara  dakwah  yang  diasuh  oleh  ustadz  Dhanu  ini  tampaknya mendapat  tanggapan  yang  cukup  baik  dari  masyarakat  Salatiga.  Lembaga  Akhlaq Mulia Center yang berada di kota Salatiga adalah lembaga dimana  62  dari  87  anggota  Lembaga  Akhlaq  Mulia  Center  Kota  Salatiga  menonton  tayangan  Bengkel  Hati  secara  rutin.  Meraka  berasal  dari  daerah-daerah  yang  berbeda-beda di wilayah Kota Salatiga dan sekitarnya, kemudian berbeda-beda  pula dalam hal profesi dan pekerjaan sehari-hari.
 Lembaga  Akhlaq  Mulia  Center  di  kota Salatiga  sendiri  didirikan  pada  tahun  2008  lalu  dan  dipimpin  oleh  Bambang  Setiawan.  Bambang  juga  mengatakan  bahwa  masyarakat  yang  mengikuti  kegiatan  di  Lembaga  Akhlaq  Mulia Center umumnya menonton tayangan Bengkel Hati  dan terdiri dari latar belakang  yang  berbeda-beda  baik  pejabat  maupun  masyarakat  biasa.  Kurmin  (64),  salah  satu  warga  yang  mengikuti  kegiatan  di  lembaga  Akhlaq  Mulia  Center  mengatakan  bahwa  dirinya  rutin  menonton  tayangan  Bengkel  Hati  di  MNCTV.
Animo  masyarakat  Salatiga  yang  cukup  besar  terhadap  tayangan  Bengkel  Hati  tak  pelak  menimbulkan  berbagai  macam  pertanyaan.  Tayangan  Bengkel  Hati  ternyata  mampu  menyedot  perhatian  dan  mendapatkan  tempat  dari  masyarakat  kota  Salatiga.  Hal  ini  menimbulkan  pertanyaan  bagaimana masyarakat kota  Salatiga  termotivasi untuk menonton tayangan ini sedangkan  ada  beberapa  program  dakwah  lagi  yang  juga  disiarkan  oleh  televisi.
Bagaimana pula dengan program kegiatan dakwah yang lain, apa yang kurang  dari tayangan-tayangan tersebut.
Aktivitas  dakwah  sebagai  suatu  usaha,  harus  bisa  diukur  keberhasilannya.  Dari  sudut  psikologi  dakwah,  ada  lima  ciri  dakwah  yang  efektif  yakni:  1).  Jika  dakwah  dapat  memberikan  pengertian  kepada  mad’u  tentang  apa  yang  didakwahkan,  2).  Jika  mad’u  merasa  terhibur  oleh  dakwah  yang  diterima,  3).  Jika  dakwah  berhasil  meningkatkan  hubungan  baik  antara  da’i dan masyarakatnya, 4). Jika dakwah mampu mengubah sikap masyarakat   mad’u,  dan  5).  Jika  dakwah  berhasil  memancing  respons  masyarakat  berupa  tindakan (Faizah, 2006: XV).
Supaya dakwah dapat berjalan dengan efektif seperti ciri-ciri yang telah  disebutka  di  atas,  maka  segala  macam  kendala  dan  halangan  yang  dapat  menjadi problem dakwah harus dapat dihindari mungkin.  Problematika dalam  dakwah  dapat  muncul  dari  elemen-elemen  dasar  dari  dakwah  itu  sendiri,  misalkan  faktor  da’i,  mad’u,  materi,  media,  maupun  metode  dakwah.  Jika  problematika-problematika  ini  dapat  dihindari,  diharapkan  dakwah  dapat  berjalan  dengan  maksimal  dan  masyarakat  dapat  tertarik  untuk  mengikuti  aktivitas dakwah.
Munculnya  motivasi  dalam  diri  individu  dipengaruhi  berbagai  macam faktor.  Bermacam  alasan  berbeda  dapat  muncul  dari  setiap  individu  ketika  melakukan  suatu  kegiatan  tertentu.  Begitu  pula  ketika  individu  termotivasi menonton  tayangan  Bengkel  Hati,  tentu  ada  beberapa  hal  yang  mendasari  sehingga  mereka  tertarik  untuk  menonton  secara  rutin.  Faktor-faktor  apakah  dari  tayangan  Bengkel  Hati  yang  membuat  mereka  tertarik,  apakah  karena  da'inya atau karena materi dan lain sebagainya.
Ada satu hal  yang menarik  dalam setiap  tayangan  Bengkel Hati,  yaitu  para  pengunjung  yang  menyaksikan  secara  langsung  tayangan  Bengkel  Hati  maupun  yang  berinteraksi  melalui  pesawat  telefon.  Hampir  keseluruhan  pertanyaan-pertanyaan  yang  diajukan  oleh  mad’u  berkaitan  dengan  suatu  penyakit tertentu yang sedang diidap oleh mad’u atau keluarga mad’u. Memang   tidak bisa dipungkiri bahwa ketika  individu  sedang dalam keadaan sakit akan  berusaha  sekuatnya  untuk  mencari  obat  agar  kesehatannya  pulih  kembali.
Penyakit  yang  diderita  individu  dan  tidak  kunjung  sembuh  membuat individu  tersebut  akan  semakin  memaksimalkan  ikhtiar  dan  usahanya  dalam  mencari  kesembuhan  penyakitnya.  Kondisi  inilah  yang  dapat  melatar  belakangi  timbulnya perilaku keagamaan pada diri individu tersebut.    Munculnya  perilaku  keagamaan  pada  diri  manusia  juga  dipengaruhi  oleh motivasi-motivasi  tertentu. Dalam kaitannya dengan perilaku keagamaan,  Freud  melihat  bahwa  agama  itu  adalah  reaksi  manusia  atas  ketakutannya sendiri. Dalam buku Totem and Taboo (1913), Freud mengatakan bahwa Tuhan  adalah  refleksi  dari  Oedipus  Complex  kebencian  kepada  ayah  yang  dimanifestasikan sebagai ketakutan pada Tuhan (Ancok, 1995:71).
Berbeda  dengan  pandangan  Skinner  yang  menyatakan  bahwa  kegiatan  keagamaan  diulangi  karena  menjadi  faktor  penguat  sebagai  perilaku  yang  meredakan  ketegangan,  pendekatan  Humanistik  mengakui  eksistensi  agama.
Maslow sendiri dalam teorinya mengemukakah konsep metamotivation yang di  luar  hierarchhy  of  needs  yang  pernah  dia  kemukakan.  Mystical  atau  peak  experience  adalah  bagian  dari  metamotivation  yang  menggambarkan  pengalaman  keagamaan.  Pada  kondisi  ini  manusia  merasakan  pengalaman  keagamaan.  Pada  kondisi  ini  manusia  merasakan  adanya  pengalaman  keagamaan  yang  sangat  dalam.  Pribadi  (self)  lepas  dari  realitas  fisik  dan   menyatu  dengan  kekuatan  transendental  (self  is  lost  transended).  Di  mata  Maslow level ini adalah bagian dari kesempuranaan manusia (Ancok, 1995:75).


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi