Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi Kasus Di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Provinsi Jawa Tengah)


 BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Keharmonisan  dalam  hubungan  rumah  tangga  antara  suami  dan  isteri  adalah  harapan  yang  diinginkan  dalam  sebuah  rumah  tangga.  Maka  cinta  kasih,  mawaddah  dan rahmah  yang dianugerahkan  kepada suami isteri merupakan tugas  berat  yang  harus  dipelihara  oleh  keduanya,  karena  perkawinan  itu  merupakan  ikatan  lahir  batin  antara  keduanya  untuk  membentuk  kel uarga  (rumah  tangga)  yang kekal dan abadi. (Depag RI, 2000: 168) Al-quran dan hadits nabi mengajarkan tentang tuntutan pernikahan bahwa  hidup  berpasangan  (suami–istri)  adalah  fitrah.  Hal  ini  sebagaimana  di  sebutkan  dalam firman Allah SWT. (Qs, ar-ruum: 21) “Dan  di  antara  tanda-tanda  kekuasaan-Nya  ialah  Dia  menciptakan  untukmu  isteri-isteri  dari  jenismu  sendiri,  supaya  kamu  cenderung  dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa  kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar  terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Qs. Ar-ruum: 21).

Guna  mencapai  tujuan  tersebut,  maka  diperlukan  kesiapan  fisik,  mental,  dan ekonomi bagi yang ingin menikah. (al-Baddadi, 725H: 1197) Berkeluarga  di  samping  sebagai  sarana  pemenuhan  kebutuhan  biologisseksual  juga  untuk  memenuhi  berbagai  kebutuhan  rohaniah  seperti  kebutuhan   akan  rasa  aman,  kasih  sayang,  dan  secara  kodrati  diperlukan  untuk  menjaga  kelestarian umat manusia. Agar berkeluarga  yang dibentuk itu menjadi keluarga  yang  dalam  istilah  Al-Quran  disebut  sebagai  keluarga  yang  diliputi  rasa  cintamencintai  (mawaddah)  dan  kasih  sayang  (rahmah),  maka  keluarga  harus  diciptakan  untuk  memenuhi  lima  fondasi  seperti  yang  disebutkan  dalam  hadis  Nabi  yang  dikutipkan  di  bawah  ini.  Kelima  fondasi  yang  harus  dibina  atau  diciptakan di lingkungan keluarga itu adalah:  1).  Memiliki sikap ingin menguasai  dan  mengamalkan  ilmu-ilmu  agama,  2).  Yang  lebih  muda  menghormati  yang  lebih tua,  3). Berusaha memperoleh rezki yang memadai,  4). Hemat (efisiensi dan  efektif)  dalam  membelanjakan  harta  (nafkah).  5).  Mampu  melihat  segala  kekurangan dan kesalahan diri dan segera bertaubat. (Faqih , 2001: 75-79) Satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud “daripada Mu’awiyah bin Haidah al-Qusyairi, bahwa dia pernah  bertanya kepada beliau: “Ya Rasul  Allah SWT  ? Apakah hak isteri  seorang  kami  atas  suaminya?”  (Artinya  apakah  kewajiban  kami  sebagai  suami  terhadap  isteri  kami?  –  Penafsir).  Beliau  menjawab: “ Jika engkau makan diapun hendaklah diberi makan.
Jika  engkau  membuat  pakaian,  diapun  hendaklah  diapun  diberi  pakaian. Dan kalau memukul, jangan mukanya dipukul dan jangan  dikatakan dia buruk (jelek) (riwayat Abu Daud).
Ada  pula  cara  untuk  menghadapi  yang  lebih  kasar  terhadap  perempuan, maka dipakailah jalan yang ketiga: “Dan pukullah mereka.” Tentu saja cara yang  ketiga ini hanya dilakukan kepada perempuan yang sudah memang patut dipukul!.
(Hamka, 1999: 1197)   Problem-problem  pernikahan  dan  keluarga  dari  yang  kecil  sampai  yang  besar.  Dari  sekedar  pertengkaran  kecil  sampai  ke  perceraian  dan  keruntuhan  kehidupan  rumah  tangga  yang  menyebabkan  timbulnya  “broken  home”.
Kenyataan  akan  adanya  problem  yang  berkaitan  dengan  pernikahan  dan  kehidupan keluarga, yang kerap kali tidak bisa  di atasi sendiri oleh yang terlibat  dengan  masalah  tersebut,  menunjukkan  diperlukan  adanya  konseling  dari  orang  lain  untuk  turut  serta  mengatasinya.  Selain  itu,  kenyataan  bahwa  kehidupan  pernikahan  dan  keluarga  itu  selalu  saja  ada  problemnya,  menunjukkan  pula  perlunya  adanya  bimbingan  Islami  mengenai  pernikahan  dan  pembinaan  kehidupan berkeluarga. (Faqih , 2001: 81) Bimbingan  Islami  didefinisikan  sebagai  proses  pemberian  bantuan  terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk  Allah  SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat   (Fakih, 2001:  4).  Rohani  adalah  roh,  berupa  roh  yang  bertalian  atau  berkenaan  dengan  roh,  manusia  mempunyai  unsur  jasmani  dan  rohani,  yang  dimaksud  adalah  gejalagejala  roh  atau  jiwa  manusia  (Depdikbud,  1998:  752).  Berdasarkan  beberapa  pendapat  di  atas  bimbingan  Islami  merupakan  proses  bimbingan  sebagaimana  bimbingan  lainnya,  tetapi  dalam  seluruh  seginya  berlandaskan  ajaran  Islam,  artinya berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rasul. (Musnamar, 1992: 5) Kekerasan terhadap korban  yang terjadi dalam lingkup rumah tangga pada  umumnya sulit diketahui pihak luar. Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain  istri  yang  mengalami  kekerasan  dari  suaminya  lebih  banyak  menyimpan  rapatrapat  kasus  tersebut  karena  malu  terhadap  tetangga  atau  keluarga.  Sebab,  tidak   jarang  justru  istri  yang  dituduh  sebagai  penyebab  timbulnya  kekerasan.  Di  samping  itu,  korban  ada  yang  merasa  takut  akan  terjadi  kekerasan  yang  berkepanjangan  jika  ia  berani  melaporkan  atau  meminta   bantuan  kepada  pihak  lain.  Oleh  karenanya  sebagian  besar  korban  menerima  tindak  kekerasan  itu  dengan kepasrahan atas nasib yang menimpannya.
Pada umumnya,  istridan anak  yang menjadi korban baru akan melapor ke  pihak yang  berwewenang (aparat penegak hukum  musnamar  polisi) atau kepada  lembaga  swadaya  masyarakat  yang  memberi  bantuan  advokasi,  konseling,  pendampingan,  shelter  bagi perempuan korban kekerasan seperti  Women’s Crisis  Centre. Beberapa pengaduan yang masuk ke  Women’s Crisis Centre  yang berada  di  beberapa  kota  menunjukkan  telah  ada  keberanian  sebagian  korban  untuk  mengadukan kekerasan yang dialaminya. (Suhandjati , 2004: 9-10) Kondisi di Indonesia  Menurut Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan  tingkat kekerasan yang dialami perempuan di Indonesia sangat tinggi. Sekitar 24  juta  perempuan  atau  11,4%  dari  total  penduduk  Indonesia,  pernah  mengalami  tindak  kekerasan,  dominan  yang  dialami  oleh  perempuan  Indoneisa  adalah  kekerasan domestik atau kekerasan dalam rumah tangga, misalnya penganiayaan,  perkosaan, pelecehan atau perselingkuhan  yang dilakukan oleh suami. (Soeroso,  2010: 2) Tindak  kekerasan  yang  terkait  dengan  perbedaan  jenis  kelamin  dikenal  dengan istilah gender based violence, kekerasan merupakan suatu bentuk tindakan  yang dilakukan terhadap pihak lain, yang pelakunya perseorangan atau lebih, yang  dapat mengakibatkan penderitaan bagi pihak lain. Kekerasan tersebut dibedakan   dalam  dua  bentuk,  yakni  kekerasan  fisik  yang  dapat  mengakibatkan  luka  pada  fisik  hingga  mengakibatkan  kematian,  dan  kekerasan  psikologis  yang  berakibat  pada  timbulnya  trauma  berkepanjangan  pada  korban  terhadap  hal-hal  tertentu  yang telah dialaminya. (Saptiawan, 2007: 170) Kekerasan  dalam  rumah  tangga  yang  terjadi  adalah  kekerasan  terhadap  perempuan dan anak, dan pelaku dalam rumah tangga biasanya adalah pihak  yang  kuat  menindas yang  lemah.  Istri  ataupun anggota lain yang ada di dalam keluarga  sebagai  korban kekerasan memerlukan bantuan orang  yang  ahli untuk membantu  menyelesaikan permasalahan  yang  dihadapinya.  Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)  Provinsi Jawa Tengah merupakan lembaga yang memperhatikan terhadap hak-hak  perempuan dan anak.
B.  Rumusan Masalah Berdasarkan  latar  belakang  masalah  di  atas,  maka  yang  menjadi  permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.  Faktor-faktor  apa  saja  yang  menyebabkan  terjadinya  kekerasan  dalam  rumah  tangga  terhadap  korban  di  Pusat  Pelayanan  Terpadu  (PPT)  badan  pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Provinsi Jawa Tengah? 2.  Bagaimana  pelaksanaan  bimbingan  rohani  Islam  terhadap  korban  kekerasan dalam rumah tangga di Pusat Pelayanan  Terpadu (PPT)  badan pemberdayaan  perempuan dan perlindungan anak Provinsi Jawa Tengah?  C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.  Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian  yang  hendak dicapai adalah : a.  Untuk  mendiskripsikan  Faktor-faktor  yang  menyebabkan  terjadinya  kekerasan  terhadap  korban  di  Pusat  Pelayanan  Terpadu  (PPT)  badan  pemberdayaan  perempuan  dan  perlindungan  anak  Provinsi  Jawa  Tengah.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi