Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PEMIKIRAN NORMAN VINCENT PEALE DALAM BUKUTHE POWER OF POSITIVE THINKING DAN RELEVANSINYA TERHADAP NILAI-NILAI BIMBINGAN PENGEMBANGAN DIRI DALAM PERSPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Manusia  merupakan  objek  kajian  yang  selalu  menarik  untuk  dikaji.
Pengkajian  dan  penelitian  tentang  manusia,  sejak  zaman  klasik  hingga  sekarang belum  selesai.  Ketertarikan para ahli untuk meneliti manusia, karena  manusia  adalah  makhluk  Allah  Swt  yang  memiliki  keunggulan  ketimbang  makhluk lain (Solihin, 2005: 99). Manusia juga sebagai makhluk yang berakal,  yang dapat berfikir dan dapat menyadari dirinya (Patty, dkk, 1882: 146).
Konsep manusia  dalam dimensi tertentu  merupakan hal yang penting.
Konsep tersebut dirasakan penting karena ia termasuk pandangan manusiawi  yang  senantiasa  dicari,  yakni  suatu  pandangan  makhluk  unik  yang  sejak  kehadirannya di muka bumi hakikatnya tidak pernah tuntas (Soebahar, 2000:  1). Manusia diberi akal yang menurut Syukur (2004: 152) "… Akal merupakan  instrumen  pokok  bagi  seseorang,  yang  menjadi  dasar  pijakan  perkembangannya…"  Berdasarkan  keterangan  tersebut,  manusia  dengan  akal  dan  segenap  potensinya dapat mengembangkan diri.  Sungguh benarlah firman Allah yang  berbunyi: (...
Artinya:  "Sesungguhnya  Allah  tidak  merubah  keadaan  suatu  kaum  sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka  sendiri” (Ar-ra’du: 11).

2  Dengan  demikian  manusia  mampu  mengembangkan  dirinya  untuk  lebih  baik,  dari  pikiran  negatif  menuju  pikiran  yang  positif  serta  dari  sikap  yang buruk ke sikap yang baik. Jadi manusia dapat memberikan bentuk pada  kapasitas  dan  potensinya.  Berbeda  halnya  dengan  paham  jabariyah  bahwa  manusia  tidak  mempunyai  kemerdekaan  dalam  menentukan  kehendak  dan  perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
Oleh  karena  itu  paham  ini  menganggap  bahwa  manusia  mengerjakan  perbuatannya dalam keadaan terpaksa (Nasution, 1986: 31).
Penyesuaian  diri  merupakan  suatu  proses  yang  mencakup  responrespon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil  mengatasi  kebutuhan,  ketegangan,  konflik  dan  frustasi  yang  dialami  dalam  dirinya  (Agustiani, 2006:146).  Menyesuaikan diri berarti mampu mengadakan  kompromi  atau  persesuaian  antara  yang  diinginkannya  dengan  kenyataan  (Finkelor, 2004:29).
Manusia  mencoba  untuk  mengatasi  kekurangannya  dengan  bekerja  keras dan upaya mengembangkan  kekurangan yang ada padanya atau dengan  menjelaskan  pada  orang  lain  kekurangan-kekurangan  pada  dirinya  dengan  maksud  dapat  membantu  mencegah  dan  memecahkan  masalah  yang  ada.
Sebagaimana  metode  yang  ditawarkan  Peale  (2010:  22)  “Carilah  seorang  konselor  yang  bisa  membantu  dan  memahami  mengapa  seseorang  berbuat  seperti yang yang dilakukan”.
Pada perubahan diri ini juga  selalu mengandung unsur pengembangan  diri.  Perubahan  diri  dan  pengembangan  diri  ini  menjadi  unsur-unsur  utama  3  bagi eksistensi hidup (Kartono, 2005: 142). Pada proses ini memang ada usaha  pengarahan pada diri. Dalam usaha untuk mengembangkan dirinya manusia itu  menyadari kekurangan-kekurangan dan keterbatasan  kemampuanya. Ia belajar  mengenali diri sendiri sebagai makhluk yang serba kurang, banyak melakukan  kesalahan  dan  dosa.  Orang  yang  sehat  dan  berkembang  dengan  baik  dapat  menerima  adanya  kelemahan-kelemahan  manusiawi.  Manusia  tidak  dapat  lepas dari kesalahan, itulah sebabnya mereka mempunyai pensil yang ujungya  juga  dipasang  karet  penghapus  (Brady,  1991:94).  Karena  kesadaran  dan  ketulusan  itulah  maka  timbul  rasa  penyerahan  diri  pada  Tuhan  Yang  Maha  Esa.  Cinta  kasih  dan  pasrah  diri  pada  Ilahi  itu  merupakan  usaha  pokok  dari  manusia  menuju  pada  kesempurnaan.  Nilai-nilai  spritual  dan  renunganrenungan  tentang  hakekat  abadi  atau  Ilahi  itu  memberikan  kekuatan  dan  stabilitas  pada  manusia,  memberikan  energi  dan  daya  tahan  untuk  berkembang. (Kartono, 2005:143).
Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase  perkembangan.  Dalam  setiap  tahap  perkembangan  ditandai  dengan  bentuk  kehidupan  tertentu  yang  berbeda  dengan  tahap  sebelum  dan  sesudahnya.
(Azhari,  2004:172).  Manusia  yang  memiliki  dua  unsur  pokok  yaitu  jasmani  dan rohani, dapat diketahui antara lain firman Allah sebagi berikut: Artinya:  “Ingatlah  ketika  Tuhanmu  berfirman  kepada  malaikat,”Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari  tanah.  Maka  apabila  telah  Kusempurnakan  kejadiannya  dan  Kutiupkan  kepada  roh  (ciptaan)  Ku;  maka  hendaklah  kamu  4  bersujud  kepadanya”  (Q.S.  Shadd,  38:71-72)  (Depag  RI,  1996: 741).
Manusia dianugrahkan Allah kemampuan rohaniah yang kadarnya jauh  lebih tinggi dibandingkan makhluk-makhluk lainya. Kemampuan-kemampuan  rohaniah  yang  dimiliki  manusia  banyak  disebut  dalam  Al -Qur’an  dan  Hadis  diantaranya: akal, hati nurani, penglihatan dan pendengaran. (Faqih, 2001: 7).
Secara  kodrati  manusia  merupakan  wujud  yang  khas,  yang  memiliki  pribadi (individu) sendiri, atau memiliki eksitensinya sendiri.  (Faqih, 2001:  9).
Di dalam Al-Qur’an dijelaskan: Artinya:  Sesungguhnya  kami  menciptakan  segala  sesuatu  menurut  ukuranya”. (Q.S.Al Qamar, 54: 49) (Depag RI, 1996: 883).
Segala  sesuatu  yang  diciptakan  Allah  itu  mempunyai  kadar  a tau  ukuran, dalam arti kadar atau ukuran masing-masing.
Bagi  kebanyakan  orang  pengembangan  diri  masih  merupakan  kata  yang  abstrak.  Apa  itu  cuma  sekedar  pemberian  motivasi  ketika  seseorang sedang  down  atau  perubahan  untuk  menjadi  lebih  baik  dari  sebelumya .  Dari  sekian banyak pengertian yang sering  terdengar mengenai pengembangan diri,  rupanya  pengembangan  diri  dimulai  dari  pengetahuan  tentang,  siapa?  Apa  yang  dimau  dan  tujuan?  Apa  yang  dimiliki  untuk  mencapai  tujuan itu?  Tiga  hal ini menjadi peta dasar untuk pengembangan diri.  Apabila seseorang  sudah  mengenal  diri  sendiri,  maka  tidak  mengabaikan  faktor-faktor  dalam  hidup  yang  menurut  pendapatnya  sangat  penting,  melainkan  berupaya  sungguhsungguh untuk menyesuaikan diri dengan faktor-faktor itu (Finkelor, 2004:29).
5  Menurut  Peale  (2010:246)  bahwa  salah  satu  fakta  paling  penting  dan  kuat  mengenai  diri  sendiri  dinyatakan  oleh  William  James  seorang  filosof  berkebangsaan  Amerika,  bahwa  manusia  mampu  mengubah  hidup  dengan  mengubah  pikiran  mereka.  Apa  yang  dipikirkan  begitulah  jadinya.  Jadi  singkirkan  semua  pikiran  usang,  isi  benak  dengan  pikiran  kreatif  yang  baru  dan segar yang bersumber pada keyakinan, kasih dan kebaikan. Dengan proses  ini seseorang dapat membentuk kembali hidupnya.
Untuk  mencapai apa  yang  dikehendaki  seseorang  maka  ia  harus  tahu  siapa  dirinya  dan  apa  yang  dimiliki  untuk  mencapai  tujuan  itu.  Dari  sana  seseorang  bisa menyiapkan diri dengan belajar, berusaha, bekerja dan  berdoa untuk  menciptakan  kebahagian  diri.  Berkelilinglah  dan  katakan  segalanya  tidak berjalan lancar dan memuaskan, maka seseorang tidak akan bahagia, dan  katakanlah  segala  sesuatunya  berjalan  dengan  lancar  maka  orang  itu  a kan  bahagia (Peale, 2010: 88).


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi