BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan
objek kajian yang
selalu menarik untuk
dikaji.
Pengkajian dan
penelitian tentang manusia,
sejak zaman klasik
hingga sekarang belum selesai.
Ketertarikan para ahli untuk meneliti manusia, karena manusia
adalah makhluk Allah
Swt yang memiliki
keunggulan ketimbang makhluk lain (Solihin, 2005: 99). Manusia juga
sebagai makhluk yang berakal, yang dapat
berfikir dan dapat menyadari dirinya (Patty, dkk, 1882: 146).
Konsep manusia dalam dimensi tertentu merupakan hal yang penting.
Konsep tersebut dirasakan penting
karena ia termasuk pandangan manusiawi yang senantiasa
dicari, yakni suatu
pandangan makhluk unik
yang sejak kehadirannya di muka bumi hakikatnya tidak
pernah tuntas (Soebahar, 2000: 1).
Manusia diberi akal yang menurut Syukur (2004: 152) "… Akal merupakan instrumen
pokok bagi seseorang,
yang menjadi dasar
pijakan perkembangannya…" Berdasarkan
keterangan tersebut, manusia
dengan akal dan
segenap potensinya dapat
mengembangkan diri. Sungguh benarlah
firman Allah yang berbunyi: (...
Artinya: "Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri” (Ar-ra’du: 11).
2 Dengan
demikian manusia mampu
mengembangkan dirinya untuk lebih baik,
dari pikiran negatif
menuju pikiran yang
positif serta dari
sikap yang buruk ke sikap yang
baik. Jadi manusia dapat memberikan bentuk pada kapasitas
dan potensinya. Berbeda
halnya dengan paham
jabariyah bahwa manusia
tidak mempunyai kemerdekaan
dalam menentukan kehendak
dan perbuatannya. Manusia dalam
paham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
Oleh karena
itu paham ini
menganggap bahwa manusia
mengerjakan perbuatannya dalam
keadaan terpaksa (Nasution, 1986: 31).
Penyesuaian diri
merupakan suatu proses
yang mencakup responrespon mental dan tingkah laku, yang
merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan,
ketegangan, konflik dan
frustasi yang dialami
dalam dirinya (Agustiani, 2006:146). Menyesuaikan diri berarti mampu mengadakan kompromi
atau persesuaian antara
yang diinginkannya dengan
kenyataan (Finkelor, 2004:29).
Manusia mencoba
untuk mengatasi kekurangannya
dengan bekerja keras dan upaya mengembangkan kekurangan yang ada padanya atau dengan menjelaskan
pada orang lain
kekurangan-kekurangan pada dirinya
dengan maksud dapat
membantu mencegah dan
memecahkan masalah yang
ada.
Sebagaimana metode
yang ditawarkan Peale
(2010: 22) “Carilah
seorang konselor yang
bisa membantu dan
memahami mengapa seseorang
berbuat seperti yang yang
dilakukan”.
Pada perubahan diri ini juga selalu mengandung unsur pengembangan diri.
Perubahan diri dan
pengembangan diri ini
menjadi unsur-unsur utama 3
bagi eksistensi hidup (Kartono, 2005:
142). Pada proses ini memang ada usaha pengarahan
pada diri. Dalam usaha untuk mengembangkan dirinya manusia itu menyadari kekurangan-kekurangan dan
keterbatasan kemampuanya. Ia belajar mengenali diri sendiri sebagai makhluk yang
serba kurang, banyak melakukan kesalahan dan
dosa. Orang yang
sehat dan berkembang
dengan baik dapat menerima adanya
kelemahan-kelemahan
manusiawi. Manusia tidak
dapat lepas dari kesalahan,
itulah sebabnya mereka mempunyai pensil yang ujungya juga
dipasang karet penghapus
(Brady, 1991:94). Karena
kesadaran dan ketulusan
itulah maka timbul
rasa penyerahan diri
pada Tuhan Yang
Maha Esa. Cinta
kasih dan pasrah
diri pada Ilahi
itu merupakan usaha
pokok dari manusia
menuju pada kesempurnaan.
Nilai-nilai spritual dan
renunganrenungan tentang hakekat
abadi atau Ilahi
itu memberikan kekuatan
dan stabilitas pada
manusia, memberikan energi
dan daya tahan
untuk berkembang. (Kartono,
2005:143).
Perkembangan manusia berjalan
secara bertahap melalui berbagai fase perkembangan. Dalam
setiap tahap perkembangan
ditandai dengan bentuk kehidupan
tertentu yang berbeda
dengan tahap sebelum
dan sesudahnya.
(Azhari, 2004:172).
Manusia yang memiliki
dua unsur pokok
yaitu jasmani dan rohani, dapat diketahui antara lain firman
Allah sebagi berikut: Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada malaikat,”Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka
apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan
kepada roh (ciptaan)
Ku; maka hendaklah
kamu 4 bersujud
kepadanya” (Q.S. Shadd,
38:71-72) (Depag RI, 1996:
741).
Manusia dianugrahkan Allah
kemampuan rohaniah yang kadarnya jauh lebih
tinggi dibandingkan makhluk-makhluk lainya. Kemampuan-kemampuan rohaniah
yang dimiliki manusia
banyak disebut dalam
Al -Qur’an dan Hadis diantaranya:
akal, hati nurani, penglihatan dan pendengaran. (Faqih, 2001: 7).
Secara kodrati
manusia merupakan wujud
yang khas, yang
memiliki pribadi (individu) sendiri,
atau memiliki eksitensinya sendiri.
(Faqih, 2001: 9).
Di dalam Al-Qur’an dijelaskan: Artinya: Sesungguhnya
kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuranya”. (Q.S.Al Qamar, 54: 49) (Depag RI,
1996: 883).
Segala sesuatu
yang diciptakan Allah
itu mempunyai kadar
a tau ukuran, dalam arti kadar
atau ukuran masing-masing.
Bagi kebanyakan
orang pengembangan diri
masih merupakan kata yang abstrak.
Apa itu cuma
sekedar pemberian motivasi
ketika seseorang sedang down
atau perubahan untuk
menjadi lebih baik
dari sebelumya . Dari sekian
banyak pengertian yang sering terdengar
mengenai pengembangan diri, rupanya pengembangan
diri dimulai dari
pengetahuan tentang, siapa?
Apa yang dimau
dan tujuan? Apa yang
dimiliki untuk mencapai
tujuan itu? Tiga hal ini menjadi peta dasar untuk pengembangan
diri. Apabila seseorang sudah mengenal diri
sendiri, maka tidak
mengabaikan faktor-faktor dalam
hidup yang menurut
pendapatnya sangat penting,
melainkan berupaya sungguhsungguh untuk menyesuaikan diri dengan
faktor-faktor itu (Finkelor, 2004:29).
5 Menurut
Peale (2010:246) bahwa
salah satu fakta
paling penting dan kuat mengenai
diri sendiri dinyatakan
oleh William James
seorang filosof berkebangsaan
Amerika, bahwa manusia
mampu mengubah hidup
dengan mengubah pikiran
mereka. Apa yang
dipikirkan begitulah jadinya.
Jadi singkirkan semua
pikiran usang, isi
benak dengan pikiran
kreatif yang baru dan
segar yang bersumber pada keyakinan, kasih dan kebaikan. Dengan proses ini seseorang dapat membentuk kembali hidupnya.
Untuk mencapai apa
yang dikehendaki seseorang
maka ia harus
tahu siapa dirinya
dan apa yang
dimiliki untuk mencapai
tujuan itu. Dari
sana seseorang bisa menyiapkan diri dengan belajar,
berusaha, bekerja dan berdoa untuk menciptakan
kebahagian diri. Berkelilinglah dan
katakan segalanya tidak berjalan lancar dan memuaskan, maka
seseorang tidak akan bahagia, dan katakanlah segala
sesuatunya berjalan dengan
lancar maka orang
itu a kan bahagia (Peale, 2010: 88).
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi