Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PEMBINAAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB REMBANG


 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah  Ahmadi  (1994:  4)  menyebutkan  bahwa agama  Islam  adalah  agama  Allah  yang  disampaikan  kepada  Nabi  Muhammad  untuk  diteruskan  kepada  seluruh  umat  manusia  yang  mengandung  ketentuan-ketentuan  ibadah  muamalah (syariah),  yang  menentukan proses  berfikir,  merasa,  berbuat, dan  proses  terbentuknya  kata  hati.  Agama  secara  sosiologis  psikologis  adalah  perilaku  manusia  yang  dijiwai  oleh  nilai-nilai  keagamaan,  yang  merupakan  getaran batin yang dapat mengatur dan mengendalikan perilaku manusia, baik  dalam hubungannya dalam Tuhan (ibadah) maupun dengan sesama manusia,  diri  sendiri  dan  terhadap  realitas  lainnya  (Mubarok,  2000:  4).  Maksud  pembinaan  disini  untuk  membentuk  pribadi  muslim  yang  ideal,  yang  sesuai  dengan  tuntunan  Al-Quran  perlu  diadakan  suatu  usaha  pembinaan  yang  maksimal agar tujuannya tercapai, yaitu bahagia dunia dan akhirat.
Pengertian  pembinaan  menurut  bahasa  atau  asal  katanya,  pembinaan  berasal  yang  berarti  membangun,  membina,  mendirikan.
Dalam  hal  ini  yang  dimaksud  peneliti adalah  pembinaan  agama  Islam.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits : Dibina Islam atas lima sendi yang terpokok yaitu meyakini ke-Esaan  Allah,  mendirikan  sholat,  membayar  zakat  fitrah  dan  berpuasa  di bulan Romadhon. (H.R.. Buchori) (Al -Bukhori: 1981: 117).”

Sudah  menjadi  pengetahuan  umum  bahwa  orang  yang  telah  melakukan tindak pidana dan dijatuhi vonis oleh pengadilan akan menjalani  hari-harinya  di  dalam  Rumah  Tahanan  atau  Lembaga  Pemasyarakatan  sebagai  perwujudan  dalam  menjalankan  hukuman  yang  diterimanya.  Di  dalam  Lembaga  Pemasyarakatan,  orang  tersebut  akan  menyandang  status  sebagai  Narapidana  dan  menjalani  pembinaan  yang  telah  diprogramkan.
Pemasyarakatan sebagai tujuan pidana diartikan sebagai pemulihan kesatuan  hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan yang hakiki, yang terjadi antara  individu pelanggar hukum dengan masyarakat serta lingkungannya (Hidayat,  2005:  27).  Dengan  demikian,  Lembaga  Pemasyarakatan  sebagai  ujung  tombak  pelaksanaan  asas  pengayoman  yang  merupakan  tempat  untuk  mencapai tujuan sistem pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi dan  reintegrasi  (Priyatno,  2006:  103).  Dengan  demikian  tujuan  diadakannya  penjara sebagai tempat  menampung para pelaku tindak pidana dimaksudkan  untuk membuat jera (regred) dan tidak lagi melakukan tindak pidana. Untuk  i tu  peraturan-peraturan  dibuat  keras,  bahkan  sering  tidak  manusiawi  (Harsono, 1995: 9-10).
Berbagai  macam  pengertian  “tujuan”  dari  pidana  penjara  tersebut  terdapat  banyak  perbedaan.  Namun  demikian  di  Indonesia  melalui  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Pidana  (selanjutnya  disebut  KUHP)  ke  dalam  Reglement Penjara Tahun 1917 memang masih ada yang beranggapan bahwa  2  xvi “tujuan”  dari  pidana  penjara  tersebut  adalah  “pembalasan  yang  setimpal  dengan  mempertahankan  sifat  dari  pidana  penjaranya”  yang  harus  diutamakan.  Tetapi  pada  akhir  tahun  1963  yang  dinyatakan  bahwa  pidana  penjara  adalah  “pemasyarakatan”  dan  hal  tersebut  lebih  mengarah  atau  mengutamakan “pembinaan” (re-educatie and re-socialisatie)(Sudarto, 1974:  32).
Dalam  membina  narapidana  tidak  dapat  disamakan  dengan  kebanyakan  orang  dan  harus  menggunakan  prinsip-prinsip  pembinaan  narapidana. Ada empat komponen penting dalam membina narapidana yaitu:  (1)  Diri  sendiri,  yaitu  narapidana  itu  sendiri. (2)  Keluarga,  adalah  anggota  keluarga  inti, atau keluarga dekat.  (3)  Masyarakat, adalah orang-orang  yang  berada  di  sekeliling  narapidana  pada  saat  masih  diluar  Lembaga  Pemasyarakatan/Rutan,  dapat  masyarakat  biasa,  pemuka  masyarakat,  atau  pejabat  setempat. (4)  Petugas,  dapat  berupa  petugas  kepolisian,  pengacara,  petugas keagamaan,petugas sosial, petugas Lembaga Pemasyarakatan, Rutan,  BAPAS,  hakim dan  lain  sebagainya (Harsono, 1995: 51).  Berbicara tentang  masalah  tujuan  dari  pembinaan  Narapidana,  maka  secara  tidak  langsung  berkaitan  erat  dengan  tujuan  dari  pemidanaan.  Oleh  karena,  tujuan  pemidanaan  dari  sistem  pemasyarakatan  adalah  Pembinaan  dan  Bimbingan,  dengan tahap-tahap admisi/orientasi dimaksudkan, agar narapidana mengenal  cara  hidup,  peraturan  dan  tujuan  dari  pembinaan  atas  dirinya.  Pada  tahap  pembinaan, Narapidana dibina, dibimbing agar supaya tidak  melakukan  lagi  3  xvii tindak pidana di kemudian hari apabila keluar dari Lembaga Pemasyarakatan  (Harsono, 1995: 10).
Sistem  Pemasyarakatan  di  samping  bertujuan  untuk  mengembalikan  Warga  Binaan  Pemasyarakatan  sebagai  warga  yang  baik,  juga  bertujuan  untuk  melindungi  masyarakat  terhadap  kemungkinan  diulanginya  tindak  pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan  bagian  yang  tidak  terpisahkan  dari  nilai-nilai  yang  terkandung  dalam  Pancasila (Sujatno, 2004: 21).
Dengan banyaknya latar belakang tindak kejahatan para narapidana di  Rumah  Tahanan  Rembang,  maka  perlulah  strategi  dalam  pembinaan  agama  Islam. Sebagai upaya pengurangan tindak pidana, Pembinaan agama Islam di  Rumah  Tahanan  Rembang  memang  mempunyai  agenda  yang  terjadwal  dan  tersusun rapi. Sehingga peneliti secara pribadi tertarik untuk mengkaji sejauh  mana  faktor yang  mendukung,  dan  strategi  yang  digunakan  sehingga  pengurangan tindak pidana di Rumah Tahanan Rembang dapat berkurang.
1.2. Rumusan Masalah Dari  latar  belakang  yang  telah  diuraikan  di  atas  maka  muncul  permasalahan sebagai berikut: 1.  Bagaimanakah  pembinaan  agama  Islam  bagi  narapidana  di  Rumah  Tahanan Negara Kelas IIB Rembang? 2.  Apakah  yang  menjadi  faktor  pendukung  dan  faktor  penghambat  dalam  pembinaan agama Islam di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Rembang? 4  xviii 3.  Strategi  apakah  yang  digunakan  dalam  pembinaan  agama  Islam  untuk  mengurangi  terjadinya  pengulangan  tindak  pidana  bagi  narapidana  di  Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Rembang? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diutarakan di atas, maka dapat  dirumuskan  beberapa  tujuan  dan  manfaat  dari  penelitian  ini  adalah  sebagai  berikut: 1. 3. 1.   Tujuan: a.  Untuk  mendeskripsikan  dan  menganalisa  bagaimana  pembinaan  agama  Islam  bagi  narapidana  di  Rumah  Tahanan  Negara  Kelas  IIB  Rembang.
b.   Untuk  mendeskripsikan  dan  menganalisa  apa  yang  menjadi  faktor  pendukung dan faktor penghambat dalam pembinaan agama Islam di  Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Rembang.
c.  Untuk mendeskripsikan dan menganalisa strategi apa yang digunakan  dalam  pembinaan  agama  Islam  untuk  mengurangi  terjadinya  pengulangan  tindak  pidana  bagi  narapidana  di  Rumah  Tahanan  Negara Kelas IIB Rembang.
1. 3. 2.   Manfaat: a.  Secara  teoritis  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  bagi  ilmu  pembinaan  agama  Islam  khususnya  yang  berhubungan  dengan Pembinaan Narapidana.
5  xix b.   Secara  praktis  diharapkan  bermanfaat  dan  membantu  bagi  semua  pihak, baik itu para Narapidana yang dilakukan pembinaan di Rumah  Tahanan  Negara  Rembang  dan  masyarakat  pada  umumnya  supaya  dapat  menerima  para Narapidana  yang  telah  menjalani  pembinaan  di  Rumah Tahanan.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi