Selasa, 19 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PENDAPAT M. YUNAN NASUTION TENTANG KEKUATAN DOA TERHADAP PERKEMBANGAN ROHANIAH DALAM BUKU PEGANGAN HIDUP (ANALISIS MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)

BAB I  PENDAHULUAN  
1.1. Latar Belakang  Manusia  bukan  semata-mata  fisik-material,  tetapi  di  balik  itu,  ia memiliki dimensi lain yang dipandang sebagai hakikat manusia, yakni dimensi  rohaniah (spiritual). Oleh sebab itu, manusia tidak mungkin mampu menjalani  hidup  tanpa  membekali  kedua  unsur  yang  ada  pada  dirinya  itu.  Rohaniah  manusia  yang  menopang  kehidupan  jasmaniahnya  tidak  boleh  diabaikan  dalam kehidupan. Kalau dimensi fisik dapat hidup dan merasa senang dengan  makanan yang bersifat material, maka rohani manusia akan dapat hidup dan  merasa tenteram dengan makanan yang bersifat spiritual. Iman dan keyakinan  adalah makanan rohani manusia (Ali, 2002: 151).
Do'a  mempunyai  makna  yang  penting  bagi  kehidupan  setiap  insan.
Makna itu sebenarnya bukan hanya menyangkut spiritual manusia, tetapi juga  menyangkut  fisik-biologis  dan  psikis  (jiwa)-nya.  Oleh  karena  itu  do'a  mempunyai  hubungan  yang  erat  dengan  kesehatan  mental  dan  ilmu  kedokteran. Menurut Hawari (2002: 12) dari semua cabang ilmu kedokteran,  maka  cabang  ilmu  kedokteran  jiwa  (psikiatri)  dan  kesehatan  mental  (mental  health)  adalah  yang  paling  dekat  dengan  agama.  Dalam  hal  ini  fokus  kajian  yang ada pada ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan mental berbicara keadaan  kesejahteraan dan kebahagiaan pada diri manusia. Begitu pula agama (ad-diin)  diajarkan kepada manusia agar jiwanya menjadi sehat (Hawari. 2002: 12).

 Untuk  membentuk  kesehatan  mental  dicari  bagian  ajaran  Islam  yang  relevan  dengan  kesehatan  mental.  Di  antara  sekian  banyak  cara,  maka  do'a  menjadi  pilihan  dalam  pembentukan  kesehatan  mental.  Dengan  do'a  akan  membuahkan  keberuntungan  dan  kebahagiaan,  (Yaqub,  1998:  263).  Dalam  Al-Qur’an surat Al-Mu’min ayat 60, Allah berfirman:  Artinya: Dan Tuhanmu Berfirman: “berdoalah kepadaku niscaya akan  kuperkenankan  bagimu,  sesungguhnya  orang-orang  yang  menyombongkan diri dari menyembahku akan masuk neraka  jahanam dalam keadaan hina dina (Depag RI, 1986: 767).
Berdo'a  merupakan  salah  satu  adab  yang  mendapat  perhatian  khusus  dalam  rangka  mendekatkan  diri  dan  mengingat  Allah  dalam  hati,  serta  menyebut  nama-Nya  pada  lisan  berdasarkan  perintah  Allah  dalam  al-Qur'an  dan  contoh-contoh  dari  Nabi  SAW  (Ya'qub,  1980:  263).  Doa  merupakan  bagian  dari  zikir,  dan  zikir  berarti  mengingat,  menyebut,  mengucapkan,  mengagungkan  dan  menyucikan.  Maksudnya  mengingat,  menyebut,  mengucapkan,  mengagungkan  dan  menyucikan  Allah  dengan  mengulangulang  salah  satu  nama-Nya  atau  kalimat  keagungan-Nya  (Tebba,  2004:  77).
Oleh  karena  itu  secara  etimologi,  perkataan  zikir  yang  berakar  pada  kata  zakaraartinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,  mengenal,  mengerti  dan  ingatan.  Dalam  kehidupan  manusia,  unsur  ingat  ini  sangat  dominan  adanya,  karena  merupakan  salah  satu  fungsi  intelektual.
Menurut  pengertian  psikologis,  zikir  (ingatan)  sebagai  "suatu  daya  jiwa   seseorang  yang  dapat  menerima,  menyimpan  dan  memproduksikan  kembali  pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan manusia (Anshori, 2003: 16).
Menurut  Mujib  dan  Mudzakir  (2001:  237)  do'a  dan  zikir  dapat  mengembalikan  kesadaran  seseorang  yang  hilang,  sebab  aktivitas  do'a  dan  zikir  mendorong  seseorang  untuk  mengingat,  menyebut  dan  mereduksi  kembali  hal-hal  yang  tersembunyi  dalam  hatinya.  Dengan  demikian,  inti  pendapat  Mujib  dan  Mudzakir  menunjukkan  bahwa  esensi  do'a  adalah  agar  manusia  selalu  mengingat  ajaran  agama,  dan  esensi  ini  sesuai  pula  dengan  esensi  dakwah  yaitu  agar  manusia  menerima  ajaran  agama  dengan  penuh  kesadaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arifin (2006: 6) bahwa esensi  dakwah  adalah  terletak  pada  ajakan,  dorongan  (motivasi),  rangsangan  serta bimbingan  terhadap  orang  lain  untuk  menerima  ajaran  agama  dengan  penuh  kesadaran  demi  untuk  keuntungan  pribadinya  sendiri,  bukan  untuk  kepentingan juru dakwah/juru penerang.
Berdasarkan  pandangan  kedua  ahli  tersebut  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  dakwah  dalam  rangka  menyadarkan  manusia  untuk  selalu  mengingat  Allah  SWT  dapat  menggunakan  pendekatan  psikologis.  Demikian  pula,  do'a  sebagai  bagian  dari  materi  dakwah,  dalam  penyampaiannya  kepada  mad'u  dapat menggunakan pendekatan psikologis.
Semua  agama  meyakini  bahwa  do’a  mempunyai  peranan  sangat  penting  dan  dibutuhkan  manusia.  Sebagai  seorang  muslim  meyakini  bahwa  sumber  segala  kekuatan  dan  kekuasaan  itu  ada  pada  Allah  SWT.  Dia  menyuruh  manusia  supaya  bermohon  kepada-Nya,  dan  Dia  berjanji  akan   mengabulkan  permohonan  (do’a)  hamba-Nya  (Daradjat,  1992:  15).  Do’a  adalah  suatu  tugas  agama  yang  sangat  penting  kedudukannya  dan  sangat  mahal nilainya. Dia adalah suatu pintu yang besar di antara pintu-pintu ibadat  yang  lain,  dalam  memperhambakan  diri  kepada  Allah  dan  memperlihatkan  ketundukkan jiwa kepada-Nya (Ash Shiddieqy, 1986: 97).
Do’a mempunyai hubungan yang erat dengan rohani manusia, karena  itu  Nasution  sebagai  mantan  ketua  DDII  (Dewan  Dakwah  Islamiyah  Indonesia) meyakini persoalan do'a tidak lepas dari pendekatan psikologis.
Nasution (1984: 56) mengemukakan:  Dilihat dari sudut kejiwaan (psikologi), do'a itu mempunyai pengaruh  terhadap perkembangan rohaniah, membuat rohaniah semakin tenang  dan kuat, mampu dan mempunyai daya tahan membendung desakandesakan keinginan jasmaniah. Do'a itu membentangkan tali pegangan  bagi  manusia,  memperkuat  semangat  berjuang  (fighting-spirit),  mendatangkan  pengharapan  (optimisme).  Sebagai  diketahui,  keadaan  lahiriah  atau  jasmaniah  manusia  ditentukan  oleh  keadaan  jiwanya,  rohaniahnya.  Percobaan-percobaan  dan  penyelidikan-pcnyelidikan  secara  ilmiah  terhadap  pengaruh  dan  kekuatan  do'a  itu  dalam  membentuk rohaniah manusia telah diakui oleh beberapa pakar.
“Arti pentingnya” pendapat Nasution di atas yaitu bahwa pendapatnya  mengandung  ajakan  agar  manusia  bersedia  masuk  ke  jalan  Allah  karena  dengan  begitu,  maka  kegelisahan  manusia  modern  dapat  diatasi.  Dengan  demikian ajakan Nasution untuk kembali ke jalan Allah sangat relevan dengan  dakwah  karena  sebagaimana  pendapat  Hafidhuddin  (2000:  77)  bahwa dalam  pengertian  yang  integralistik,  dakwah  merupakan  suatu  proses  yang  berkesinambungan  yang  ditangani  oleh  para  pengemban  dakwah  untuk  mengubah  sasaran  dakwah  agar  bersedia  masuk  ke  jalan  Allah,  dan  secara  bertahap menuju perikehidupan yang islami.
 Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat ditegaskan, hikmah berdo'a  adalah agar manusia memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat,  demikian  pula  memiliki  maksud  yang  sama  serta  tidak  berbeda  dengan  bimbingan dan konseling Islam, hal ini sebagaimana dikemukakan Musnamar  (1992: 5) konseling islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar  menyadari  kembali  akan  eksistensinya  sebagai  makhluk  Allah  yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat  mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Melihat  pengertian  tersebut,  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  “arti pentingnya” pendapat M. Yunan Nasution yaitu pendapatnya dapat dijadikan  masukan  dalam  mengembangkan  bimbingan  dan  konseling  Islam  oleh  para  konselor  sehingga  dapat  menjadi  solusi  terhadap  problematika  yang  sedang  dihadapi dan dialami para konseli atau klien. Sehubungan dengan itu, menurut  Adz-Dzaky  (2002:  189)  konseling  dalam  Islam  adalah  suatu  aktifitas  memberikan  bimbingan,  pelajaran  dan  pedoman  kepada  individu  yang  meminta  bimbingan  (klien)  dalam  hal  bagaimana  seharusnya  seorang  klien dapat  mengembangkan  potensi  akal  fikirannya,  kejiwaannya,  keimanan  dan  keyakinan  serta  dapat  menanggulangi  problematika  hidup  dan  kehidupannya  dengan  baik  dan  benar  secara  mandiri  yang  berparadigma  kepada  al-Qur'an  dan as-Sunnah Rasulullah SAW.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi