Selasa, 19 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:SENI DRAMA SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Studi Kasus pada Teater Wadas Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang)

BAB I  PENDAHULUAN  
1.1.  Latar Belakang Islam  adalah  agama  yang  berisi  dengan  petunjuk-petunjuk  agar  manusia  secara  individual  menjadi  manusia  yang  baik,  beradab,  dan  berkualitas,  selalu  berbuat  baik  sehingga  mampu  membangun  sebuah  peradaban  yang  maju,  sebuah  tatanan  kehidupan  yang  manusiawi  dalam  arti  kehidupan  yang  adil,  maju  bebas  dari  berbagai  ancaman,  penindasan,  dan  berbagai  kekhawatiran.  Agar  mencapai  yang  diinginkan  tersebut  diperlukan  apa yang dinamakan sebagai dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam  sejarah umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang  kebenarannya dan menyeru manusia agar menjadi penganutnya (Aziz, 2004:  1).
Di  samping  itu,  Islam  juga  merupakan  agama  dakwah,  yaitu  agama  yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada  seluruh  umat  manusia  sebagai  rahmat  bagi  seluruh  alam.  Islam  dapat  menjamin  terwujudnya  kebahagiaan  dan  kesejahteraan  umat  manusia,  bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan  sebagai  pedoman  hidup  dan  dilaksanakan  dengan  sungguh-sungguh.  Usaha  menyebarluaskan  Islam  dan  realisasi  terhadap  ajarannya  yaitu  dengan  berdakwah  (Shaleh,  1977:  1).  Sebagaimana  dalam  firman  Allah  SWT.  yang  berbunyi sebagai berikut :   .

Artinya  :  “Serulah  (manusia)  kepada  jalan  Tuhanmu  dengan  hikmah  dan  pelajaran  yang  baik  dan  bantahlah  mereka  dengan  cara  yang  baik.  Sesungguhnya  Tuhanmu  Dialah  yang  lebih  mengetahui  tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih  mengetahui  orang-orang  yang  mendapat  petunjuk”  (Q.S.  AnNahl: 125). (Depag RI, 2001: 748).
Dakwah  adalah  aktivitas  untuk  mengajak  manusia  menuju  suatu  tujuan. Ia memerlukan kiat-kiat khusus agar dapat diterima secara efektif dan  efisien  (Syabibi,  2008:  135).  Dakwah  dalam  konteks  perkembangan  dan  penyebaran  ajaran  Islam  menjadi  aspek  kegiatan  yang  cukup  fundamental.
Islam  tidak  mungkin  dikenal  dan  dipahami  serta  dianut  tanpa  adanya  proses  dakwah  Rasul.  Kegiatan  dakwah  dalam  perkembangannya  ditradisikan  oleh  para  ulama’  dari  satu  generasi  ke  generasi  hingga  sekarang  (Syabibi,  2008:  20).  Untuk  menyampaikan  pesan  dakwah,  seorang  juru  dakwah  (da'i)  dapat  menggunakan berbagai macam media dakwah, baik itu media modern (media  elektronika) maupun media tradisional (Baroroh, dkk., 2009: 4).
Perwujudan  dakwah  bukan  sekedar  usaha  peningkatan  pemahaman  dalam  tingkah  laku  dan  pandangan  hidup  saja,  tetapi  juga  menuju  sasaran  yang  lebih  luas.  Apabila  pada  masa  sekarang  ini,  ia  harus  lebih  berperan  menuju  kepada  pelaksanaan  ajaran  Islam  secara  lebih  menyeluruh  dan  berbagai aspek kehidupan.
 Dalam  melaksanakan  dakwah  Islam  untuk  menyesuaikan  suatu  keadaan  dalam  masyarakat  yang  akan  dihadapi,  seorang  da'i  harus  memakai  sebuah media, agar dalam melaksanakan dakwahnya akan sampai ke sasaran  yang diharapkan (Arifin, 2005: 3).
Dakwah  dengan  media  tradisional  dapat  menggunakan  berbagai  macam  seni  pertunjukan  yang  dipentaskan  di  depan  umum  terutama  sebagai  sarana  hiburan  yang  memiliki  sifat  komunikatif,  seperti  seni  ketoprak,  karawitan,  wayang,  seni  teater  dan  sebagainya.  Dengan  demikian  mempermudah bagi juru dakwah untuk menyampaikan dakwah dan juga agar  mudah  dipahami  oleh  sasaran  dakwah  (mad'u),  maka  sebaiknya  dakwah  dilakukan  dengan  menggunakan  salah  satu  media  yang  ada.  Hal  ini  untuk  menyesuaikan keadaan masyarakat yang tidak sama, disatu sisi sudah modern  disisi  lain  masih  tradisional.  Oleh  karena  itu  dalam  berdakwah  walaupun  sudah  menggunakan  media  modern  namun  tidak  menghilangkan  media  tradisional  yang  masih  digunakan  dengan  baik,  sehingga  dalam  berdakwah  penggunaan  media  tersebut  dapat  disesuaikan  dengan  keadaan  masyarakat  setempat.  Oleh  karena  keadaan  lingkungan  masing-masing  masyarakat  tidak  selalu  sama,  maka  materinya  juga  harus  bervariasi  menyesuaikan  keadaan  dimana  juru  dakwah  harus  mencari  masalah-masalah  yang  dihadapi  dan  sekaligus  memikirkan  pemecahannya  yang  nantinya  menjadi  bahan  pembicaraan dalam berdakwah (Baroroh, dkk., 2009: 4).
Seni  merupakan  media  yang  mempunyai  peran  yang  sangat  penting  dalam pelaksanaan dakwah Islam, karena media tersebut memiliki daya tarik   yang  dapat  mengesankan  hati  pendengar  maupun  penontonnya.  Melihat  kenyataan  yang  demikian  maka  kesenian  memiliki  peranan  yang  tepat  guna  sehingga dapat mengajak kepada khalayak untuk menikmati dan menjalankan  isi yang terkandung didalamnya. Seni dapat digunakan sebagai media dakwah  karena  syair  yang  terpancar  bernilai  dakwah  sehingga  dikatakan  bahwa  seni  sebagai media untuk berdakwah.  Kuntowijoyo mengemukan bahwa kesenian  yang  merupakan  ekspresi  dari  keislaman  itu  setidaknya  mempunyai  karakteristik Islam yang mencerminkan karakteristik dakwah Islam seperti: a).
berfungsi  sebagai  ibadah,  tazkiyah,  dan  tasbih,  b).  menjadi  identitas  kelompok, c). berfungsi sebagai syair (Baroroh, dkk., 2009: 4).
Beberapa  group  kesenian  maupun  kebudayaan  diakhir-akhir  ini  nampak  sekali  peranannya  dalam  usaha  penyebaran  Islam.  Seperti  group  qosidah, dangdut, musik band, drama, wayang kulit dan sebagainya.
Sebenarnya  pada  mulanya  group-group  kesenian  tersebut  bergerak  hanya  pada  lingkup  hiburan.  Yang  mana  para  artis  hanya  komersil  lagunya  atau sandiwaranya demi memenuhi kebutuhan hidupnya.  Akan tetapi di saat  sekarang  ini  mereka  sudah  sadar  bahwasanya  group  yang  dipimpinnya  atau  profesinya  itu  dapat  pula  dimanfaatkan  sebagai  media  dakwah.  Seperti  Ki  Anom Suroto dengan  wayang kulitnya, Emha Ainun Najib dengan kelompok  teaternya,  H.  Fatholah  Akbar  dengan  Seni  Ludruk  Sari  Warninya  mampu  membawa  missi  dakwahnya  menuju  kelestarian  dan  pengembangan  Islam  (Syukir, 1983: 179).
 Drama  merupakan  tiruan  kehidupan  manusia  yang  diproyeksikan  di  atas  pentas.  Melihat  drama,  penonton  seolah  melihat  kejadian  dalam  masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama sama dengan  konflik  batin  mereka  sendiri.  Lakon  drama  sebenarnya  mengandung  pesan  atau ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya. Penonton menemukan  ajaran itu secara tersirat dalam lakon drama (Waluyo, 2002: 1).
Drama  dengan  seperangkat  ide-ide  dan  gagasan  yang  meliputi,  baik  dalam diskursus budaya maupun estetis, secara kreatif dapat dibangun sebagai  jalan  untuk  menyebarkan  dogma-dogma,  tujuan,  harapan  dan  mimpi  para  pendukungnya  melalui  prosedur-prosedur  individual,  sosial,  maupun  teologikal sekaligus memiliki kemungkinan yang ikhlas untuk direproduksi ke  dalam idiom-idiom komunikasi visual yang bersifat verbal maupun non verbal  (Arifin, 2005: 8).
Drama  tidak  lepas  dari  naskah,  maka  baik  naskah  maupun  pentas  berhubungan  dengan  bahasa  sastra.  Telaah  drama  harus  dikaitkan  dengan  sastra.  Sebagai  karya  sastra,  bahasa  drama  adalah  bahasa  sastra,  karena  itu  sifat  konotatif  juga  dimiliki.  Pemakaian  lambang,  kiasan,  irama,  pemilihan  kata yang khas dan sebagainya berprinsip sama dengan karya sastra yang lain  (Waluyo, 2000: 2).

Waktu menonton suatu drama sering terjadi penonton atau mad'u dapat  memahami  jalan  cerita  sungguhpun  ada  kata-kata  atau  kalimat  yang  kurang  dipahami.  Ini  dimungkinkan  karena  pembicaraan  dalam  dialog  suatu  drama  diikuti oleh mimik dan gerak-gerik serta intonasi yang jelas oleh pelaku yang   memainkan  perannya  dengan  baik.  Melalui  drama,  selain  dapat  mempelajari  dan menikmati isinya, orang juga dapat memahami masalah yang disodorkan  di dalamnya tentang masyakat melalui dialog-dialog pelaku sekaligus belajar  tentang isi drama tersebut dan juga mempertinggi pengertian mereka tentang  bahasa  lisan.  Sehingga  nilai-nilai  dakwah  yang  terkandung  di  dalamnya  mudah diserap oleh penonton atau mad'u (Waluyo, 2002: 158).

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi