Selasa, 19 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI MUJAHADAH NIHADLUL MUSTAGHFIRIN TERHADAP KONTROL DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH SIDAYU BATANG

BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan  sosial  yang  serba  cepat  sebagai  konsekuensi  modernisasi,  industrialisasi,  kemajuan  ilmu  pengetahuan,  dan  teknologi,  mempunyai dampak kehidupan pada masyarakat. Perubahan sosial tersebut  telah  mempengaruhi  nilai  kehidupan  masyarakat  sehingga  tidak  semua  orang  mampu  menyesuaikan  diri  dengan  perubahan-perubahan  tersebut,  yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya  (Hawari, 1999: 2).
Dampak  lain  yang  tampak  jelas  yakni  adanya  perubahan  pola  hidup/gaya  hidup,  yang  menganggap  asing  nilai-nilai  moral, etika,  agama,  dan  meninggalkan  tradisi  lama  yang  telah  berkembang  kuat  dalam  masyarakat.  Akan  tetapi  dalam  kenyataannya  kemakmuran  materi  yang  diperoleh ternyata tidak selamanya membawa kesejahteraan (Hawari, 1999:  13).

Perubahan  secara  fundamental  tersebut  tampak  nyata  dalam  kehidupan  manusia  yaitu  dengan  adanya  bantuan-bantuan  alat  canggih,  orang  lebih  efisien  menguasai  tantangan  alam  dan  bisa  menguasai  lingkungan  sekitar  demi  peningkatan  kesejahteraan.  Namun  di  samping  adanya  manfaat  dan  keuntungan  tersebut  muncul  pula  dampak-dampak  sampingannya,  yaitu  berupa  akses  teknologi  dan  mekanisasi  berupa   tindakan  kekerasan  dan  penjarahan.  Kejadian  ini  dibarengi  dengan  proses  dehumanisasi terhadap umat manusia sehingga terjadi disintegrasi orde -orde  sosial  (Kartono  dan  Andari,  1989:  190-191).  Banyak  manusia  yang  mengalami kegoncangan dalam hidupnya, frustasi, kecewa, bahkan karena  putus asa, nekat melakukan tindak bunuh diri. Itu tidak lain karena ajaran  agama  yang  menjadi  pegangan  hidupnya  tidak  seimbang  dengan  kekuatan  akal pikiran yang ada pada dirinya.
Untuk menghadapi kondisi umat manusia seperti di atas maka perlu  peningkatan  peran  dakwah  Islam  yang  dimaksudkan  tersebut,  perlu  diarahkan  sebagai  fungsi  kontrol  diri  terhadap  meningkatnya  gejolak  keinginan  nafsu  manusia  untuk  mengeksploitasi  secara  besar-besaran  sumber daya alam yang ada. Selain itu dakwah Islam juga perlu diarahkan  untuk  membantu  penyembuhan  berbagai  penyakit  yang  ditimbulkan  oleh  modernisasi dan kemajuan ilmu teknologi yang ada.
Dalam  dakwahnya  Rasulullah  SAW,  sangat  memperhatikan  pembinaan  rohani  orang-orang  beriman  dengan  memperdalam  keimanan  dan  ketakwaan  dalam  diri  mereka.  Tidak  disangkal  lagi  bahwa  hal  itu  merupakan  fase  penting  dalam  mempersiapkan  mental  kaum  muslimin  sehingga mereka pun berada dalam kesiapan total untuk mengubah perilaku,  kebiasaan,  pikiran,  dan  hidup  mereka  secara  total.  Demikian  pula,  hal  itu  membuat mereka berada dalam kondisi siap untuk menerima ayat-ayat yang  diturunkan, selanjutnya untuk mencegah kebiasaan-kebiasaan buruk tersebar  dikalangan mereka (Najati, 2005: 303).
 Dalam konteks ini melakukan dakwah sebagaimana yang dilakukan  oleh  Rasul  pada  zaman  dahulu  masih  menjadi  titik  tolak  untuk  selalu  dilakukan bagi  da‟i  ataupun  da‟iyah, hingga saat ini agar manusia terhindar  dari  kesesatan,  melanggar  perintah  Allah,  dan  selalu  melakukan  kebaikan.
Hal  ini  sesuai  dengan  firman  Allah  dalam  Al-Qur’an  Surat  Al-Imran  ayat  104 yang berbunyi   Artinya:  “Dan  hendaklah  ada  diantara  kamu  segolongan  umat  yang  menyeru  kepada  kebajikan,  menyuruh  kepada  yang  ma‟ruf  dan  mencegah  dari  yang  mungkar,  merekalah  orang-orang  yang  beruntung”. (Q.S. ali-Imran: 104) Kontrol  diri  merupakan  suatu  kecakapan  individu  dalam  kepekaan  membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu juga kemampuan untuk  mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan  kondisi  untuk  menampilkan  diri  dalam  melakukan  sosialisasi  kemampuan  untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan  merubah perilaku, agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain,  selalu  konform  dengan  orang  lain,  dan  menutup  perasaannya  (Ghufron,  2010: 22).
Calhoun  dan  Acocella   dalam  Ghufron  (2010:  23)  mengemukakan  dua  alasan  yang  mengharuskan  individu  mengontrol  diri  secara  kontinu.
Pertama,  individu  hidup  bersama  perilakunya  agar  tidak  mengganggu  kenyamanan  orang  lain.  Kedua,  masyarakat  mendorong  individu  untuk   secara  konstan  menyusun  standar  yang  lebih  baik  bagi  dirinya.  Ketika  berusaha  memenuhi  tuntunan,  dibuatkan  pengontrolan  diri  agar  dalam  proses  pencapaian  standar  tersebut  individu  tidak  melakukan  hal-hal  yang  menyimpang.
Salah satu peran dakwah Islam yang dapat diimplementasikan dalam  rangka  untuk  membantu  proses  penanganan  kegoncangan  hidup  manusia  yang  merupakan  dampak  dari  kemajuan teknologi  dan  modernisasi  adalah  dengan  mengikuti  mujahadah.  Mujahadah  di  sini  dimaksudkan  sebagai  salah satu sarana untuk terapi agama terhadap berbagai kondisi kehidupan  masyarakat  yang  banyak  mengalami  kegoncangan  dalam  hidupnya  seperti  frustasi,  kecewa,  serta  tidak  bisa  mengontrol  dirinya.  Pelaksanaan  mujahadah  ini semakin terlihat semarak  di berbagai lembaga majelis dzikir  yang  ada,  salah  satunya  yaitu  Mujahadah  Nihadlul  Mustaghfirin  yang  dilaksanakan di pondok pesantren Nurul Hidayah Sidayu Batang. Fenomena  mujahadah  tentu saja memiliki dampak positif bagi kehidupan masyarakat  yang  terkuasai  oleh  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  modern.  Salah  satu  manfaat  yang  dapat  diperoleh  dari  mengikuti  Mujahadah  Nihadlul Mustaghfirin  tersebut adalah tercapainya rasa tenang dan tent ram bagi para  santrinya sehingga mereka dapat terhindar dari perilaku yang menyimpang,  stres, putus asa atau kondisi buruk lainnya.
Di  sisi  yang  lain  para  Santri  di  pondok  pesantren  Nurul  Hidayah  Sidayu Batang juga dihadapkan pada berbagai program kegiatan  yang harus  dilaksanakan  sebagai  santri.  Mereka  juga  dituntut  untuk  belajar  sikap   mandiri  yang  tidak  menggantungkan  orang  tua,  sehingga  dengan  kondisi  seperti ini sangat memungkinkan untuk melakukan tindakan -tindakan yang  tidak baik bagi santri seperti, ma las belajar, mencuri, dan berbagai perilaku  lain yang menyalahi pondok. Untuk mengatasi dampak yang muncul pada  santri  tersebut  maka  pihak  pondok  pesantren  berusaha  memprogramkan  kegiatan  untuk  mengikuti  Mujahadah  Nihadlul  Mustaghfirin  sebagai  alternatif agar santri dapat mengontrol diri.
Melihat  permasalahan  di  atas,  dengan  mengikuti  Mujahadah Nihadlul  Mustaghfirin  yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Hidayah  Sidayu  Batang,  mampu  memberikan  perubahan  yang  sangat  signifikan  terhadap diri seseorang untuk mengatur, membimbing, dan mengarahkan ke  bentuk-bentuk  perilaku  serta  dapat  membantu  berjuang  melawan  hawa  nafsu  dan  mengendalikannya  bahkan  suatu  ketika  ada  Santri  yang  terpengaruh  oleh  temannya  untuk  mengkonsumsi  obat  terlarang,  sampai  pada  akhirnya  santri  mendapat  takziran  (hukuman)  dari  ustadz,  untuk  mengantisipasi  hal  tersebut  para  santri  diwajibkan  untuk  mengikuti  Mujahadah  Nihadlul  Mustaghfirin  agar dapat mengarahkan bentuk perilaku  yang  dapat  membawa  individu  ke  arah  konsekuensi  positif  (Hasil  wawancara dengan Khoirul Amin  ustadz Pondok Pesantren Nurul Hidayah  Sidayu Batang pada tanggal 15 Juli 2010).
Mujahadah  yang dilaksanakan di pondok pesantren Nurul Hidayah  Sidayu Batang yang secara aktif telah terbukti memberikan pengarahan dan  bimbingan  kepada  manusia  secara  positif  terutama  bagi  santri  agar  dapat   kontrol diri.  Mujahadah  Nihadlul  Mustaghfirin  di pondok pesantren Nurul  Hidayah pada dasarnya diberikan kepada santri karena secara umum santri  mempunyai berbagai macam watak maupun perilaku yang mengarah kepada  hal yang negatif baik dalam aspek biologis maupun psikis.
Melihat  santri  yang  rawan  dengan  perilaku  yang  tidak  terpuji,  dan  bila  ditinjau  dari  segi  agama  santri  lebih  condong  kepada  tindakan  yang  dilarang  agama,  maka  keberadaan  mujahadah  Nihadlul  Mustaghfirin sebagai  sarana  bimbingan  santri  dipandang  sangat  perlu.  Ada  beberapa  faktor yang mempengaruhi kenakalan dan perilaku yang buruk, yaitu faktor  pendidikan,  lingkungan,  keluarga,  ekonomi,  yang  kurang  mendukung.
Kunci  surga  adalah  dengan  mencegah  hawa  nafsunya  dalam  upaya  menggapai tujuannya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: Artinya:  “Mujahadah  adalah  kunci  (pintu)  hidayah,  tidak  ada  kunci  hidayah selain mujahadah.
Berkaitan  dengan  pelaksanaan  mujahadah  di  pondok  pesantren  Nurul Hidayah Sidayu Batang yang secara umum mendidik, membimbing,  dan  mengajarkan  ilmu  agama  bagi  santri  agar  mengikuti  tata  aturan  dan  kedisiplinan yang diterapkan di pondok pesantren Nurul Hidayah.  Adapun  pelaksanaan Mujahadah  yang diterapkan di pondok tersebut dimulai setelah  shalat  isya’,  kemudian  melakukan  sholat  sunah  bersama,  shalat  hajat,  bermujahadah  bersama  dengan  bacaan  yang  ditentukan  seperti  shalawat  nabi, tahlil, do’a  mujahadah, do’a  kanzul „arsyi  dan sebagainya dilanjutkan   dengan  ceramah  atau  mau‟idloh  khasanah  oleh  pemimpin  mujahadah.

Keistimewaan dengan teknik yang ditampilkan  mujahadah  yang diterapkan  di pondok pesantren Nurul Hidayah memberikan dampak yang positif bagi  pengembangan  keberagaman  santri  dan  pengikutnya  serta  menanamkan  perilaku dan sikap yang berakhlakul karimah.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi