BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan sosial
yang serba cepat
sebagai konsekuensi modernisasi,
industrialisasi, kemajuan ilmu
pengetahuan, dan teknologi, mempunyai dampak kehidupan pada masyarakat.
Perubahan sosial tersebut telah mempengaruhi
nilai kehidupan masyarakat
sehingga tidak semua orang mampu
menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menimbulkan
ketegangan atau stres pada dirinya (Hawari,
1999: 2).
Dampak lain
yang tampak jelas
yakni adanya perubahan
pola hidup/gaya hidup,
yang menganggap asing
nilai-nilai moral, etika, agama, dan
meninggalkan tradisi lama
yang telah berkembang
kuat dalam masyarakat.
Akan tetapi dalam
kenyataannya kemakmuran materi
yang diperoleh ternyata tidak
selamanya membawa kesejahteraan (Hawari, 1999: 13).
Perubahan secara
fundamental tersebut tampak
nyata dalam kehidupan
manusia yaitu dengan
adanya bantuan-bantuan alat
canggih, orang lebih
efisien menguasai tantangan
alam dan bisa
menguasai lingkungan sekitar
demi peningkatan kesejahteraan. Namun
di samping adanya
manfaat dan keuntungan
tersebut muncul pula
dampak-dampak sampingannya, yaitu
berupa akses teknologi
dan mekanisasi berupa tindakan
kekerasan dan penjarahan.
Kejadian ini dibarengi
dengan proses dehumanisasi terhadap umat manusia sehingga
terjadi disintegrasi orde -orde sosial (Kartono
dan Andari, 1989:
190-191). Banyak manusia
yang mengalami kegoncangan dalam
hidupnya, frustasi, kecewa, bahkan karena putus asa, nekat melakukan tindak bunuh diri.
Itu tidak lain karena ajaran agama yang
menjadi pegangan hidupnya
tidak seimbang dengan
kekuatan akal pikiran yang ada
pada dirinya.
Untuk menghadapi kondisi umat
manusia seperti di atas maka perlu peningkatan peran
dakwah Islam yang
dimaksudkan tersebut, perlu diarahkan sebagai
fungsi kontrol diri
terhadap meningkatnya gejolak keinginan
nafsu manusia untuk
mengeksploitasi secara besar-besaran sumber daya alam yang ada. Selain itu dakwah
Islam juga perlu diarahkan untuk membantu
penyembuhan berbagai penyakit
yang ditimbulkan oleh modernisasi
dan kemajuan ilmu teknologi yang ada.
Dalam dakwahnya
Rasulullah SAW, sangat
memperhatikan pembinaan rohani
orang-orang beriman dengan
memperdalam keimanan dan
ketakwaan dalam diri
mereka. Tidak disangkal
lagi bahwa hal
itu merupakan fase
penting dalam mempersiapkan
mental kaum muslimin sehingga mereka pun berada dalam kesiapan
total untuk mengubah perilaku, kebiasaan, pikiran,
dan hidup mereka
secara total. Demikian
pula, hal itu membuat
mereka berada dalam kondisi siap untuk menerima ayat-ayat yang diturunkan, selanjutnya untuk mencegah
kebiasaan-kebiasaan buruk tersebar dikalangan
mereka (Najati, 2005: 303).
Dalam konteks ini melakukan dakwah sebagaimana
yang dilakukan oleh Rasul
pada zaman dahulu
masih menjadi titik
tolak untuk selalu dilakukan bagi
da‟i ataupun da‟iyah, hingga saat ini agar manusia
terhindar dari kesesatan,
melanggar perintah Allah,
dan selalu melakukan
kebaikan.
Hal ini
sesuai dengan firman
Allah dalam Al-Qur’an
Surat Al-Imran ayat 104
yang berbunyi Artinya:
“Dan hendaklah ada
diantara kamu segolongan
umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma‟ruf
dan mencegah dari
yang mungkar, merekalah
orang-orang yang beruntung”. (Q.S. ali-Imran: 104) Kontrol diri
merupakan suatu kecakapan
individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain
itu juga kemampuan untuk mengontrol dan
mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi
untuk menampilkan diri
dalam melakukan sosialisasi
kemampuan untuk mengendalikan
perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan merubah perilaku, agar sesuai untuk orang
lain, menyenangkan orang lain, selalu konform
dengan orang lain,
dan menutup perasaannya
(Ghufron, 2010: 22).
Calhoun dan
Acocella dalam Ghufron
(2010: 23) mengemukakan dua
alasan yang mengharuskan
individu mengontrol diri
secara kontinu.
Pertama, individu
hidup bersama perilakunya
agar tidak mengganggu kenyamanan
orang lain. Kedua,
masyarakat mendorong individu
untuk secara konstan
menyusun standar yang
lebih baik bagi
dirinya. Ketika berusaha
memenuhi tuntunan, dibuatkan
pengontrolan diri agar
dalam proses pencapaian
standar tersebut individu
tidak melakukan hal-hal
yang menyimpang.
Salah satu peran dakwah Islam
yang dapat diimplementasikan dalam rangka untuk
membantu proses penanganan
kegoncangan hidup manusia yang
merupakan dampak dari
kemajuan teknologi dan modernisasi
adalah dengan mengikuti
mujahadah. Mujahadah di
sini dimaksudkan sebagai salah satu sarana untuk terapi agama terhadap
berbagai kondisi kehidupan masyarakat yang
banyak mengalami kegoncangan
dalam hidupnya seperti frustasi,
kecewa, serta tidak
bisa mengontrol dirinya.
Pelaksanaan mujahadah ini semakin terlihat semarak di berbagai lembaga majelis dzikir yang
ada, salah satunya
yaitu Mujahadah Nihadlul
Mustaghfirin yang dilaksanakan di pondok pesantren Nurul Hidayah
Sidayu Batang. Fenomena mujahadah tentu saja memiliki dampak positif bagi
kehidupan masyarakat yang terkuasai
oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi modern.
Salah satu manfaat
yang dapat diperoleh
dari mengikuti Mujahadah
Nihadlul Mustaghfirin tersebut
adalah tercapainya rasa tenang dan tent ram bagi para santrinya sehingga mereka dapat terhindar dari
perilaku yang menyimpang, stres, putus
asa atau kondisi buruk lainnya.
Di sisi
yang lain para
Santri di pondok
pesantren Nurul Hidayah Sidayu Batang juga dihadapkan pada berbagai
program kegiatan yang harus dilaksanakan
sebagai santri. Mereka
juga dituntut untuk
belajar sikap mandiri
yang tidak menggantungkan orang
tua, sehingga dengan
kondisi seperti ini sangat
memungkinkan untuk melakukan tindakan -tindakan yang tidak baik bagi santri seperti, ma las
belajar, mencuri, dan berbagai perilaku lain
yang menyalahi pondok. Untuk mengatasi dampak yang muncul pada santri
tersebut maka pihak
pondok pesantren berusaha
memprogramkan kegiatan untuk
mengikuti Mujahadah Nihadlul
Mustaghfirin sebagai alternatif agar santri dapat mengontrol diri.
Melihat permasalahan
di atas, dengan
mengikuti Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin
yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sidayu
Batang, mampu memberikan
perubahan yang sangat
signifikan terhadap diri
seseorang untuk mengatur, membimbing, dan mengarahkan ke bentuk-bentuk
perilaku serta dapat
membantu berjuang melawan
hawa nafsu dan
mengendalikannya bahkan suatu
ketika ada Santri
yang terpengaruh oleh
temannya untuk mengkonsumsi
obat terlarang, sampai pada
akhirnya santri mendapat
takziran (hukuman) dari
ustadz, untuk mengantisipasi
hal tersebut para
santri diwajibkan untuk
mengikuti Mujahadah Nihadlul
Mustaghfirin agar dapat
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
membawa individu ke
arah konsekuensi positif
(Hasil wawancara dengan Khoirul
Amin ustadz Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Sidayu Batang pada tanggal 15
Juli 2010).
Mujahadah yang dilaksanakan di pondok pesantren Nurul
Hidayah Sidayu Batang yang secara aktif
telah terbukti memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada manusia secara
positif terutama bagi
santri agar dapat kontrol diri.
Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin
di pondok pesantren Nurul Hidayah
pada dasarnya diberikan kepada santri karena secara umum santri mempunyai berbagai macam watak maupun perilaku
yang mengarah kepada hal yang negatif
baik dalam aspek biologis maupun psikis.
Melihat santri
yang rawan dengan
perilaku yang tidak
terpuji, dan bila
ditinjau dari segi
agama santri lebih
condong kepada tindakan
yang dilarang agama,
maka keberadaan mujahadah
Nihadlul Mustaghfirin sebagai sarana
bimbingan santri dipandang
sangat perlu. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
kenakalan dan perilaku yang buruk, yaitu faktor pendidikan,
lingkungan, keluarga, ekonomi,
yang kurang mendukung.
Kunci surga
adalah dengan mencegah
hawa nafsunya dalam
upaya menggapai tujuannya,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: Artinya:
“Mujahadah adalah kunci
(pintu) hidayah, tidak
ada kunci hidayah selain mujahadah.
Berkaitan dengan
pelaksanaan mujahadah di
pondok pesantren Nurul Hidayah Sidayu Batang yang secara umum
mendidik, membimbing, dan mengajarkan
ilmu agama bagi
santri agar mengikuti
tata aturan dan kedisiplinan
yang diterapkan di pondok pesantren Nurul Hidayah. Adapun pelaksanaan Mujahadah yang diterapkan di pondok tersebut dimulai
setelah shalat isya’,
kemudian melakukan sholat
sunah bersama, shalat
hajat, bermujahadah bersama
dengan bacaan yang
ditentukan seperti shalawat nabi, tahlil, do’a mujahadah, do’a kanzul „arsyi
dan sebagainya dilanjutkan dengan ceramah
atau mau‟idloh khasanah
oleh pemimpin mujahadah.
Keistimewaan dengan teknik yang
ditampilkan mujahadah yang diterapkan di pondok pesantren Nurul Hidayah memberikan
dampak yang positif bagi pengembangan keberagaman
santri dan pengikutnya
serta menanamkan perilaku dan sikap yang berakhlakul karimah.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi