BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Dalam
pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses yang
berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran
dakwah agar bersedia
masuk ke jalan
Allah, dan secara bertahap menuju
peri kehidupan yang
Islami. Suatu proses yang berkesinambungan adalah suatu proses
yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan
benar-benar direncanakan, dilaksanakan,
dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban
dakwah sesuai dengan tujuan -tujuan yang telah dirumuskan. Oleh karena itu,
sudah bukan waktunya lagi bahwa dakwah dilakukan asal
jalan, tanpa sebuah
perencanaan yang matang,
baik menyangkut materinya, tenaga
pelaksananya, ataupun metode
yang digunakan.
Berkaitan dengan keterangan tersebut, perlu dakwah Islam
dengan jalan menciptakan sebanyak
mungkin sarana yang ada,
disesuaikan dengan situasi dan
kondisi zaman serta perubahan sosial yang terjadi, baik dalam pola pikir maupun
pola kerja agar
Islam tetap berkesan utuh, lengkap,
dan harmonis. Oleh karena itu sarana yang ada haruslah dibentuk
sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan sebagai sarana dakwah (Ahmad, 1985:
194).
Dakwah seyogyanya melihat apa
yang menjadi kebutuhan umat Islam.
Dakwah di tengah masyarakat
intelektual dalam arti tingkat SDM nya cukup
tinggi maka dakwah harus bersifat rasional terlebih lagi bila mad'unya berdiri di atas paham
yang serba sekuler.
Demikian pula dakwah
di tengah perkotaan akan berbeda
dengan dakwah di kampung-kampung yang kebetulan mad'unya kakek-kakek dan nenek dengan SDM
yang lemah maka
dakwah sepantasnya tidak terlalu mengandalkan logika dan filosofis. Di
tengah-tengah masyarakat yang terbilang
awam tentunya akan
tepat jika dakwah
berupa kisah-kisah yang menarik
dan tidak banyak
membutuhkan rasio dalam mencerna isi dakwah.
Pada dasarnya
dakwah merupakan seruan
agama, seruan tersebut mempunyai maksud dan tujuan
yaitu untuk mengubah
masyarakat sasaran dakwah ke arah
lebih baik dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah baik secara individu
maupun kelompok. Agar
tujuan tersebut tercapai
secara efektif, maka para penggerak dakwah harus mengorganisir segala
komponen dakwah secara tepat dan salah satu komponen itu adalah dari unsur
medianya (Syukir, 1983: 163).
Dalam memahami esensi dari makna
dakwah, kegiatan dakwah sering dipahami
sebagai upaya memberikan
pemecahan masalah dan penyelesaiannya. Masalah
tersebut mencakup seluruh
aspek meliputi: ekonomi, politik,
sosial, budaya, hukum,
sains, dan teknologi.
Untuk itu dakwah harus dikemas
dengan cara atau
metode yang pas,
atau meminjam istilah dari Yunan
Yusuf bahwa dakwah harus dilakukan secara aktual, faktual dan kontekstual.
Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian yang hangat di
tengah masyarakat, faktual
dalam arti konkrit
yang nyata, serta kontekstual
dalam arti relevan dan menyangkut problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat.
(Suparta (Ed), 2003: xiii).
Sampai sekarang media dakwah terus
mengalami perkembangan, sejalan dengan
teknologi yang semakin
pesat, seperti munculnya
internet, televisi, vcd, mp3, selluler, radio, majalah, dan sebagainya,
yang memberikan kemudahan untuk menyampaikan sesuatu informasi dalam waktu yang
singkat dan jangkauannya yang luas, sehingga efektif dan efisien.
Hal inilah yang sekarang banyak
dimanfaatkan oleh para ulama untuk dijadikan sebagai media dakwah; dengan
bertumpu pada azas efektifitas dan efisiensi,
di mana di dalam suatu aktivitas dakwah
harus berusaha menseimbangkan
antara biaya waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya,
bahkan kalau bisa waktu biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang
semaksimal mungkin. (Sukir, 1983: 33).
Islam adalah
agama yang rahmatan li al-‘alamin yang berpedoman pada Al
Qur’an dan Hadits.
Untuk menyampaikannya ada
beberapa macam metode di
antaranya bil hal dan bil lisan.
Bil hal menitikberatkan pada keteladanan dan
tindakan, sedangakan bil lisan menitikberatkan pada pengajaran, pendidikan melalui ucapan,
baik lisan maupun tulisan; yang salah satu bentuknya adalah metode ceramah.
Secara historis, dakwah sudah ada
sejak zaman Nabi
Muhammad SAW, setelah diturunkannya
wahyu yang memerintahkan
untuk berdakwah secara terang-terangan. Di mana
pada mulanya dakwah
secara sembunyisembunyi hanya
ditujukan untuk keluarga terdekatnya saja, lalu turun perintah supaya
dakwah dilakukan secara
terang-terangan, hal ini
terjadi tepatnya setelah turun
wahyu pada tahun ketiga kerasulannya. Al-Qur’an surat al-Hijr (15) ayat 94
berbunyi: ﴿ 94 ﴾ Artinya: Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik (Depag RI, 1986).
Periode dakwah dalam masa
Rasulullah Saw. dibagi ke dalam Zaman Makkah
dan Zaman Madinah.
Zaman Makkah disebut juga
"periode pembinaan
Kerajaan Allah Swt. dalam hati manusia," sementara
Zaman Madinah disebut "periode pembinaan Kerajaan Allah Swt. dalam
masyarakat manusia” (Saputra, 2011: 13) Dakwah
Islamiyah pada Zaman Madinah disebut
juga periode pembinaan Kerajaan
Allah Swt. dalam masyarakat
manusia. Dakwah Islamiyah dalam zaman
Madinah telah membuat
sejarah yang tersendiri, sebagai lanjutan dari
zaman Makkah. Dalam
zaman Madinah ini, dakwah Islamiyah telah
membentuk dirinya menjadi
satu kekuatan nyata
yang hebat sekali, di
mana kaum Muslimin
di bawah pimpinan juru
dakwah agung Muhammad merupakan
Ansarullah, tentara Allah
Swt., yang melaksanakan dakwah Islamiyah dalam arti
seluas kata (Saputra, 2011: 18) Dewasa ini ada seorang pemuda
yang telah malang melintang
dalam kehidupan gemerlap, glamour
dan sempat ketergantungan dengan
barang terlarang (narkotika) yaitu
Jefri al-Bukhori merupakan
salah satu da’i/mubaligh yang menggunakan
aktivitas hidupnya untuk
berdakwah. Ia seorang da’i yang
mendapat penilaian publik sebagai da'i "gaul" yang mampu membaca situasi
dan kondisi mad'u. Dakwahnya dapat disimak di
beberapa tempat di Jakarta, Masjid Istiqlal, Masjid al-Ikhlas
(Rawamangun), Masjid atTaqwa (Grogol),
Masjid an-Nuur (Proyek Senen),
Masjid as-Syifa (Jalan Rumah
Sakit Fatmawati), dan sering
medapat undangan untuk
memberikan ceramah pada pengajian umum. Di samping itu, ia juga
memberikan ceramah yang ditayangkan oleh
berbagai statsiun televisi
seperti TV One,
RCTI, SCTV, Indosiar dan TPI.
Di antara
sekian banyak pesan
dakwahnya, maka pesan
dakwah tentang generasi rabbani menjadi obyek penelitian ini. Adapun
alasan peneliti memilih permasalahan ini adalah karena secara khusus, peneliti
belum mampu menjadi generasi rabbani, dan umumnya masih banyak kaum muslimin
yang belum masuk katagori generasi rabbani.
Dari latar
belakang di atas,
penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul "Pesan
Dakwah Ustadz Jefri alBukhari tentang Generasi Rabbani” 1.2. Perumusan Masalah Bertitik
tolak pada latar belakang dan formulsi-formulasi di atas, maka fokus permasalahan
dalam studi ini
adalah apakah isi pesan
dakwah Ustadz Jefri al-Bukhari
tentang generasi rabbani? 1.3. Tujuan
dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1.3.1. Untuk
mengetahui isi pesan dakwah Ustadz
Jefri al-Bukhari tentang generasi rabbani di TV One 1.3.2.
Sedangkan manfaat yang
dapat diambil dari
penelitian ini adalah secara
teoritis berguna menambah
khasanah keilmuan, utamanya dibidang penelitian
ilmu dakwah, secara
khusus dibidang kajian Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Secara
praktis diharapkan penulis mampu
memberikan gambaran mengenai tentang pesan dakwah Ustadz Jefri al-Bukhari tentang
generasi rabbani di TV One 1.4. Tinjauan Pustaka Dengan melihat
beberapa literatur yang
ada di Fakultas
dakwah, beberapa di antaranya terdapat kaitanya dengan skripsi yang
penulis angkat, yaitu: 1. Selamet Riyadi
(NIM 1199071) tahun 2001
dengan judul: Aktivitas Dakwah
Muhammad Yunan Nasution
Terhadap Perilaku Munkarât. Permasalahannya yaitu
bagaimana aktivitas dakwah Muhammad Yunan
Nasution terhadap perilaku munkarât. Metode penelitian ini
menggunakan semiotika. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Islam adalah
satu agama yang
mengandung ajaran-ajaran kemasyarakatan, yang
mengatur hubungan antara
manusia dengan manusia laksana
"satu tubuh, jika
sebagiannya menderita sakit,
maka seluruh tubuh akan merasakannya". Tidak cukup seorang Muslim
menjadi seorang yang
baik saja, yang
hanya hidup untuk
kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya.
Tapi, disamping itu ia harus
memberikan kebahagiaan dan manfaat
kepada manusia yang
lain, dengan jalan menyuruh orang berbuat baik seperti
kebaikan yang diperbuatnya sendiri untuk
dirinya. Tidak cukup
seorang Muslim sekedar
mencegah dirinya sendiri tidak
berbuat jahat, tapi dia harus pula melarang manusia yang lain supaya jangan
melakukan kejahatan. Inilah
yang dimaksudkan dengan keistimewaan doktrin
Islam. Justru karena
keistimewaan ajarannya yang demikian, maka
kaum Muslimin dikaruniakan
oleh Tuhan kedudukan yang paling baik di antara
ummat-ummat dalam sejarah dari abad ke abad 2. Kasmiyati, program strata 1
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 1996 yang berjudul “Pemikiran
Dakwah Susuhunan Paku Buwono IV (Studi Analisis Materi dan Metode Dakwah)” .
Permasalahannya yaitu bagaimana pemikiran
dakwah susuhunan Paku
Buwono IV ditinjau
dari analisis materi dan
metode dakwah. Metode
penelitian skripsi ini menggunakan analisis
isi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dakwah yang dilakukan
oleh Susuhunan Paku
Buwono IV terbagi
menjadi dua besar permasalahan
yaitu jalinan hubungan dengan Allah SWT dan jalinan antara sesama
manusia yang tercakup
dalam materi-materi dakwah tentang aspek keimanan, ibadah dan
akhlaqul karimah. Sedangkan dalam penerapan
dakwahnya Susuhunan Paku
Buwono IV menggunakan
tiga metode yaitu metode
nasehat, metode keteladanan,
metode persuasif (Kasmiati, 1996:
72) 3. Sururi, program
strata 1 Fakultas
dakwah IAIN Walisongo
Semarang tahun 1999 yang
berjudul “Studi Pemikiran Dakwah
Syafi’i Ma’arif”.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi