BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai agama
dakwah, Islam merupakan
tata nilai yang
senantiasa bergerak menyesuaikan
terhadap sebuah kondisi
yang senantiasa dinamis.
Karena itu
dakwah yang dilakukan
akan selalu mempertimbangkan aspek materi yang
menjadi substansi informasi
dalam proses tersebut.
Dakwah sendiri pada hakikatnya
merupakan aktualisasi imani
yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia untuk
melakukan usaha mempengaruhi cara merasa,
berfikir, bersikap, dan
bertindak manusia pada
dataran kenyataan individual
dan sosio-kultural dalam
rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam
dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara
tertentu. (Amrullah Ahmad,
1985: 3). Hal
tersebut sebagaimana Allah berfirman
dalam Al-Qur’an.
Artinya: “Serulah
(manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang
baik dan bantahlah
mereka dengan cara
yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl :125)
(Depag RI edisi 2002:383) Eksistensi dakwah
akan senantiasa bersentuhan
dengan gerak masyarakat yang mengitarinya, sehingga pada
tahap tertentu, proses dakwah dapat saja
melahirkan tuntunan baru berkenaan dengan proses yang dinamis, dan
pada gilirannya merupakan
pendorong terbentuknya sistem
sosial di mana dakwah itu dilaksanakan.
Dalam lingkup
yang lebih kecil,
pelaksanaan dakwah akan
terlihat sebagai sebuah
sistem yang terkait
antar komponen-komponen dakwah.
Menurut M. Syafaat Habib
(1992:160) dalam tulisannya yang
berjudul “Buku Pedoman Dakwah”, komponen
dakwah meliputi: 1. Materi da’wah, 2.
Pelaksana atau penyampai da’wah atau da’i, 3. Sasaran yang dituju da’wah, 4.
Tujuan da’wah, 5. Sarana dan peralatan dakwah, 6. Sistem dan metode da’wah, 7.
Organisasi dan management dakwah, 8.
Peranan dan pengaruh da’wah, 9. Hubungan da’wah dengan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang lain, 10. Peranan penelitian, pengembangan dan latihan
da’wah, 11. Evaluasi Pada
dasarnya proses dakwah
tidak ubahnya dengan
proses komunikasi di
mana unsur yang terlibat di dalamnya pun sama, kecuali
satu hal yaitu
esensi pesannya yang
berbeda. Kalau pesan
ini dalam proses komunikasi bersifat umum, maka pesan dakwah
adalah Al-Qur’an dan Hadist dengan muatan utamanya adalah amar
ma`ruf nahi mungkar. Oleh karena itu proses
dakwah mempunyai konsekuensi
atau tanggung jawab
moral yang harus dipikul oleh pelaksana (subyek dakwah).
Dalam aktifitas
dakwah sekarang ini
masih di dominasi
oleh model konvensional
semacam pengajian akbar,
terutama di daerah
perkampungan.
Kita tidak
bisa mengingkari bahwa
model ini masih
diperlukan mengingat masih banyak umat yang menggemarinya. Akan
tetapi bila di tinjau dari segi efisiensi mungkin
model semacam ini
sudah saatnya untuk
dikurangi frekuensinnya dan di
sub-stitusikan dengan “mediaeted communication” atau dakwah dengan menggunakan media. Dengan pers
sebagai media, diharapkan pesan
dakwah Islam bisa
lebih diterima umat,
hemat tenaga, menjangkau wilayah yang lebih luas dan yang tidak kalah
penting adalah untuk memberi kesan bahwa
umat Islam mampu
mengimbangi kemajuan teknologi
yang sedang berjalan (Sholihati,
2003:141).
Pers yang
dimaksud dalam studi
ini dibatasi pada
media cetak, merupakan
salah satu media
alternatif, yang dapat
digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah. Sebagai
saluran informasi, pers dianggap memiliki
kelebihan dalam efektifitas dan efisiensi dalam menyalurkan sebuah pesan.
Efektif, karena daya
persuasinya yang mampu
menembus daya rasa dan
daya pikir pembacanya. Sedangkan efisien, karena luas terpaannya yang dapat
menjangkau massa dari
berbagai tempat dan
suasana, serta dapat dinikmati
kapan saja. (Muhtadi, dkk, 2000: 66). Dengan keefektifannya, pembaca akan merasa mendapat pengetahuan setelah memahami isi pesan dari materi dakwah.
Pers juga merupakan media yang efisien
karena dalam waktu
yang singkat materi
dakwah dapat disampaikan kepada pembaca, dan pesan yang
ingin disampaikan dapat dikaji dalam
waktu dan tempat yang tidak terbatas.
Dalam dataran riil, sebuah media
massa juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan
masyarakat. Ini terbukti dengan adanya sebuah alternatif dakwah agar
materi tersebut dapat
dengan mudah disampaikan.
Dalam hal yang demikian, pers
memiliki kehendak dalam
menyiasati kecenderungan massa yang ada
di sekelilingnya. Ada
semacam keharusan bagi
media untuk melakukan
perubahan orientasi, dan
merekonstruksi ulang terhadap
materi yang disampaikan
terhadap kecenderungan masyarakat
yang berubah. Jadi, pada
saatnya masyarakat juga
akan mewarnai serta
ikut menentukan arah suatu
media cetak seperti majalah, surat kabar, buletin.
Buletin dalam
Ensiklopedi Umum (1993:224)
dijelaskan bahwa buletin
dalam ilmu pers
yaitu penerbitan berkala
berisi berita-berita pendek untuk umum.
Dalam pers Anglo Amerika buletin dipakai untuk menunjukkan bahwa berita berikutnya adalah perkembangan
terakhir tentang suatu kejadian yang telah
diberitakan sebelumnya. Buletin
berperan penting dalam menyebarkan agama
Islam yaitu sebagai
penunjang dalam memahami
dan mengamalkan ajaran
Islam di lingkungan
masyarakat dengan membaca buletin, diharapkan warga bisa lebih memahami
materi dakwah dalam bentuk tulisan yang
diberikan oleh muballigh.
isi dari buletin
merupakan rekaman dari materi keagamaan berbentuk tulisan yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist.
Salah satu Bulletin yang ada di
Semarang adalah Buletin Adz-Ddzikro, Bulletin
Adz-Ddzikro merupakan bagian
dari dakwah bil
qolam diartikan sebagai
dakwah melalui media
cetak atau tulis
menulis., Buletin yang menamai dirinya
sebagai Buletin Pelopor
Jurnalisme Qur’ani ini terbit setiap Jumat
diterbitkan oleh Lembaga
Tahfidz Qur’an Adz-Ddzikro
yang mampu menyampaikan pesan-pesan dakwah yang
dikemas dalam rubrik seperti gerai hidayah,
kiat-kiat, cahaya, inspirasi,
konsultasi keagamaan. Dengan
media tersebut, masyarakat
diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuannya dalam menterjemahkan pesan-pesan dakwah dalam bahasa
mereka sendiri yang lebih membumi dan
mengena dalam diri
masyarakat. Pesan-pesan yang
diterima diharapkan dapat
mempengaruhi pola berfikir
masyarakat dan selanjutnya mempengaruhi keagamaan mereka.
Oleh karena
itu dengan melihat
isi dari Buletin
tersebut, peneliti tertarik
untuk menelitinya dalam
skripsi yang berjudul
“Pengaruh Intensitas Membaca
Bulletin Adz-Ddzikro Terhadap
Perilaku Keagamaan Pembaca
Di Bulustalan Semarang Selatan”.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka,
penelitian ini akan
menjawab sejauh mana
pengaruh intensitas membaca
buletin Adz- Ddzikro
terhadap pengetahuan keagamaan
pembaca di Bulustalan
Semarang Selatan.
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil
Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk
mengetahui Pengaruh Intensitas
Membaca Bulein AdzDdzikro
Terhadap Perilaku Keagamaan Pembaca Di Bulustalan Semarang Selatan.
2. Manfaat Hasil Penelitian a.
Secara teori Dapat menambah khazanah
pengetahuan sesuai dengan
pesan risalah Al-Qur’an dan
Hadist.
b. Secara praktis Peneliti
diharapkan mampu memberikan
masukan agar lebih membuka sikap
apresiatif terhadap eksistensi
bagi para pengelola buletin Adz-Ddzikro dan pembaca.
1.4. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya
urgensi tinjauan pustaka
adalah sebagai bahan
atau kritik terhadap peneliti
yang ada, baik mengenai kelebihan atau kekurangan, sekaligus
sebagai bahan komparatif
terhadap kajian terdahulu,
dan untuk menghindari
terjadinya pengulangan hasil
temuan yang membahas permasalahan yang sama baik dalam bentuk
skripsi, buku dan dalam bentuk tulisan yang
lain, maka di
bawah ini penulis
akan memaparkan beberapa bentuk tulisan yang pernah ada.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi