Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH (Analisa Buku “Manajemen Keluarga Sakinah” karya Muhammad Thalib)


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan semua makhlukNya yang ada di seluruh jagat  raya ini berpasang-pasangan, tak terkecuali manusia, yang diciptakan dengan  segala  kesempurnaan  dibandingkan  dengan  semua  makhluk  ciptaanNya.
Manusia  jugalah  satu-satunya  makhluk  Allah  SWT  yang  mampu  membungkus fitrah hidupnya dalam suatu ikatan pernikahan,  di  mana  ikatan  tersebut  mempunyai  tujuan  utama  yaitu  untuk  meneruskan  keturunannya  di  dunia.
Pernikahan adalah babak baru untuk mengarungi kehidupan yang baru  pula.  Ibarat  membangun  sebuah  bangunan,  diperlukan  persiapan  dan  perencanaan  yang  matang  (Mahalli,  2006:  31).  Pernikahan  merupakan  satusatunya  sarana  yang  sah  untuk  membangun  sebuah  rumah  tangga  dan  melahirkan  keturunan,  sejalan  dengan  fitrah  manusia.  Kehidupan  dan  peradaban  manusia  tidak  akan  berlanjut  tanpa  adanya  kesinambungan pernikahan dari setiap generasi umat manusia (Indra dkk, 2004: 61). Terkait  dengan hal tersebut di atas sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Q.S.
adz-Dzariyat ayat 49 “Dan  segala  sesuatu  Kami  ciptakan  berpasang-pasangan  supaya kamu  mengingat  kebesaran  Allah”.  (Q.S.  adz-Zariyat:  49).
(Departemen Agama RI, 1986: 862).

 Islam  menilai  bahwa  pernikahan  adalah  bagian  dari  cara  menyempurnakan  pelaksanaan  ajaran  agama.  Pernikahan  adalah  fitrah  yang  dianugerahkan Allah kepada umat manusia (Mahalli, 2006: 6). Islam di dalam  memberikan  anjuran  menikah  serta  rangsangan-rangsangan  didalamnya,  terdapat beberapa motivasi dan tujuan yang jelas, yaitu memberikan dampak  positif yang lebih besar dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Sebab  menikah  merupakan  bagian  dari  nikmat  serta  tanda  keagungan  Allah  yang  diberikan  kepada  umat  manusia.  Dengan  menikah  berarti  mereka  telah  mempertahankan  kelangsungan  hidup  secara  turun-temurun  serta  melestarikan  agama  Allah  di  persada  bumi  ini  (Mahalli,  2006:  34).  Karena  tujuan  menikah dalam  islam adalah  mencapai ketenangan dan ketenteraman  serta kehidupan yang sejuk (Ghozali, 2008: 31).
Di  dalam  al-Quran  surat  Ar-Ruum  ayat  21  Allah  SWT  telah  menegaskan “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan  untukmu  isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung  dan  merasa  tenteram  kepadanya,  dan  dijadikan-Nya  diantaramu  rasa  kasih  dan  sayang.  Sesungguhnya  pada  yang  demikian  itu  benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.  ( Q.S.
ar-Ruum: 21 ). (Departemen Agama RI, 1986: 644).
Ayat  tersebut  mengandung  makna  bahwa  keluarga  Islam  terbentuk dalam  keterpaduan  antara  ketenteraman  (sakinah),  penuh  rasa  cinta  (mawaddah) dan kasih  sayang  (rahmah). Ia terdiri dari  istri  yang patuh dan  setia, suami yang jujur dan tulus, ayah yang penuh kasih sayang dan ramah,   ibu yang lemah lembut dan berperasaan halus, putra-putri yang patuh dan taat  serta kerabat yang saling membina silaturrahmi dan  tolong-menolong. Hal ini  dapat tercapai bila masing-masing anggota keluarga tersebut mengetahui hak  dan kewajibannya.
Dalam  Islam,  segala  sesuatunya  diatur  dengan  hukum  dan  syariat,  termasuk  juga  pernikahan  dengan  segala  tata  caranya.  Hal  ini  menunjukkan bahwa  tema  pokok  pernikahan  mempunyai  makna  yang  sangat  penting  menurut  islam.  Bahkan,  pernikahan  ditetapkan  sebagai  salah  satu  hukum  pokok  di  antara  sunah-sunah  Rasul  yang  lain  (Indra  dkk,  2004:  63).  Yang  telah dijelaskan dalam hadits Nabi Saw “Dari  Anas  bin  Malik  R.A.  Bahwasanya  Nabi  SAW  memuji  Allah  dan menyanjung-Nya kemudian beliau bersabda : “Akan tetapi aku  sembahyang  dan  tidur  dan  berbuka  dan  mengawini  perempuan,  maka  barang  siapa  yang  tidak  suka  akan  sunnahku,  maka  ia  bukanlah  termasuk  dalam  golonganku”.  (Muttafaqun  „alaih)  (al  Asqalani, 1984: 356).
Terkait dengan hadits di atas, maka Indra dkk (2004: 63) menjelaskan  bahwa  apabila  nikah  merupakan sunah  Rasul,   maka  jelas  bahwa pernikahan  adalah  ibadah,  yang  tentunya  akan  mendatangkan  semua  kebaikan  yang  bersifat duniawi  maupun ukhrawi.  Dan  juga  membina sebuah rumah tangga   atau  hidup  berkeluarga  merupakan  perintah  agama  bagi  setiap  muslim  dan  muslimah.  Sehingga  melalui  rumah  tangga  yang  islami,  diharapkan  akan  terbentuk  komunitas  kecil  masyarakat  islam  yang  harus  dibina  dan  dididik  dengan  baik sesuai dengan ajaran  islam,  yang pada akhirnya akan terbentuk  keluarga yang ideal dan masyarakat yang islami pula.
Merealisasikan  sebuah  konsep  ideal  dalam  membangun  keluarga  sakinah memang bukanlah hal yang mudah, perlu ada upaya yang mengarah  pada proses tersebut, antara lain yaitu kesadaran anggota keluarga, sosialisasi,  bimbingan  dan  dorongan  kepada  mereka  untuk  menanamkan  nilai-nilai  pembentukan  keluarga  sakinah.  Permasalahan  dan  goncangan  yang  kadang  timbul  dalam  kehidupan  berkeluarga,  sering  kali  harus  dibutuhkan  suatu  bimbingan  dan  dorongan  agar  mereka  dapat  menemukan  kembali  ruh  kebahagiaan dalam berumah tangga. Di antara masalah-masalah tersebut yang  sering  timbul  dalam  keluarga  adalah;  masalah  seks,  masalah  kesehatan,  masalah  masalah  ekonomi,  masalah  pendidikan,  dan  masalah  pekerjaan  (Pujosuwarno, 1994: 72-78).
Menurut  Sanwar  (1984:  3),  Dalam  koridor  ilmu  dakwah  pernikahan  merupakan bagian penting dari materi dakwah. Isi atau materi dakwah bertitik  pangkal  kepada  “al-khâir  wal  hudâ”  serta  “amar  ma’rûf  nâhi  munkar”.
Sedangkan  pemikiran  Muhammad  Thalib  disini  dapat  dijadikan  salah  satu  referensi  materi  dakwah  dalam  bidang  keluarga  untuk  mewujudkan  suatu  keluarga  yang  sakinah  mawaddah  wa  rahmah,  karena  salah  satu  fungsi  dakwah adalah menyampaikan ajaran Islam yang telah diturunkan oleh Allah   SWT kepada Rasulullah SAW bagi umat manusia seluruh alam, memelihara  ajaran  tersebut  dan  mempertahankannya  guna  memperoleh  kebahagiaan  di  dunia dan di akhirat. (Fahrudin, 2007: 93)  Ada  banyak  tokoh  di  Indonesia  yang  secara  serius  membahas  tentang  mewujudkan  keluarga  yang  ideal,  dalam  agama  Islam  yaitu  keluarga  yang  sakinah,  mawaddah  dan  rahmah,  salah  satu  tokoh  tersebut  adalah  Muhammad  Thalib,  ia  adalah  seorang  pengajar,  muballigh  serta  penulis,  yang  sudah  banyak  menghasilkan  karya  dan  pemikiran  dalam  membentuk  keluarga  sakinah.  Di  antara  karya-karyanya  adalah  “Manajemen  Keluarga  Sakinah.  Yang  membahas  tantang  cara  mewujudkan  keluarga  yang  sakinah  dari  awal  memilih  dan  menentukan  pasangan,  membangun  sebuah  dalam  rumah  tangga,  mengat asi  masalah  dalam  keluarga,  baik  yang  menyangkut  hubungan suami istri, hubungan anak dengan orang tua maupun manajemen  hubungan  dengan  saudara  dan  kerabat.  Dan  juga  bagaimana  cara  mendidik  anak  agar  menjadi  anak-anak  yang  shalih  dan  shalihah,  serta  berbakti  pada  orangtua.
Pemikiran  Muhammad  Thalib  tersebut  menarik  untuk  dikaji  secara  lebih  mendalam.  Maka  konsep  pemikiran  tersebut  dihubungkan  dengan  Bimbingan  Konseling  Keluarga  Islam,  sehingga  konsep  tersebut  lebih  aplikatif  sebagai  sebuah  pendekatan  panduan  dalam  rangka  mewujudkan  keluarga  sakinah  mawaddah  dan  rahmah  yang  menjadi  idaman  bagi  semua  orang.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi