BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perilaku manusia
pada masa sekarang
sering terlihat kurang
sesuai dengan tatanan
nilai yang berlaku, sehingga
sedikit banyaknya nilai -nilai yang
ada dalam masyarakat
tidak pernah dicerminkan
oleh manusia zaman sekarang.
Awal mula perilaku tersebut terjadi karena banyaknya media yang tercipta
dan fasilitas yang
semakin bertambah, membuat
generasi sekarang menjadi
manja dan malas-malasan. Faktor-faktor
penyebab perilaku khususnya
anak remaja sekarang
salah satunya adalah
faktor pribadi, yang meliputi faktor
bakat yang mempengaruhi
temperamen menjadi pemarah, agresif,
cacat tubuh, serta
ketidakmampuan untuk menyesuaikan
diri (Sarwono, 2004: 207).
Pendapat yang hampir sama juga
dikemukakan oleh Wibowo bahwa faktor
pribadi dalam diri seseorang juga dipengaruhi oleh keadaan psikologis masing-masing
individu. Individu yang
berbeda-beda dalam kehidupan, memberikan
tekanan bagi individu
tersebut menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Dalam
menyesuaikan diri para
individu tersebut pasti memiliki masalah
yang berbeda-beda pula. Sehingga
dapat diambil masalah tersebut
untuk memberikan bantuan.
Ilmu yan g sering
dipakai dalam penyelesaian
masalah individu mengenai
pribadi seseorang serta
kejiwaan adalahpsikologi (Wibowo,
1994: 12).
Keilmuan
Psikologi secara cepat
mengalami perkembangan mengikuti trend kebutuhan manusia yang makin
kompleks. Munculnya aliran Transpersonal
dalam Psikologi juga memberi warna baru
terhadap kekakuan Psikologi empiris.
Perkembangan kebutuhan yang selalu dituntut agar setiap manusia
dengan praktis melakukan
serta dalam beraktifitas,
membuat manusia tersebut
melakukan hal-hal yang sering
membuat tekanan bagi dirinya
sendiri. Tekanan yang dirasakan
tiap individu akan berdampak pada perilaku agresivitas (Kurniawati, 2002: 13).
Studi mengenai agresivitas pada
dasarnya cukup menarik perhatian, apalagi akhir-akhir
ini, aksi-aksi kekerasan
baik individual maupun
massal sudah merupakan berita
harian. Beberapa televisi bahkan membuat program program berita
tentang aksi kekerasan.
Aksi-aksi kekerasan dapat
terjadi di mana saja, seperti
di jalan, di sekolah,di institusi
ataupun perguruan tin ggi, bahkan di
kompleks perumahan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci
maki) maupun kekerasan
fisik (memukul dan
lain-lain) (www.e.Psikologi.com, di unduh taggal 6 mei2011).
Sikap serta perilaku yang
ditunjukkan masyarakat sekarang,
jauh dari ajaran agama. Aksi-aksi kekerasan yang dilakukan tidak
mencerminkan seseorang tersebut
beriman terhadap agamanya.
Ketika menghadapi permasalahan,
seringkali manusia bersikap
di luar nilai
serta norma yang berlaku dalam
masyarakat bahkan agama
yang di anutnya. Terutama
Islam yaitu agama
yang diajarkan Rasulullah
untuk kesejahteraan masyarakat Muslim.
Islam selaku agama yang membawa rahmat bagi
seluruh alam tidak mendasarkan ajarannya
pada kekerasan maupun kekasaran. Islam juga tidak menghendaki
adanya kekerasan dalam
mencapai satu tujuan,
sebaliknya agama Islam mendorong umatnya
untuk berlaku lemah
lembut dan penuh kasih
sayang. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali - Imran (3): “Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah Lembut terhadap
mereka. sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan
itu[246].
Kemudian apabila
kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya”.
[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan
lain-lainnya(Q.S. Al -Imron: 159)
(Depag, 1992: 103).
Al-Qur’an juga melarang manusia
saling menyakiti satu sama lain.
Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Ahzab (33): “Dan orang-orang yang
menyakiti orang-orang yang
mukmin dan mukminat
tanpa kesalahan yang
mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka
telah memikul kebohongan
dan dosa yang nyata”(QS.
Al -Ahzab:58) (Depag, 1992: 678).
Ayat di
atas menerangkan bahwa agama
Islam tidak pernah menghendaki kekerasan atau kekasaran. Apabila
seseorang memiliki masalah dengan orang
lain, diharapkan agar
saling memaafkan serta
apabila menyelesaikan masalah
tersebut diharapkan
bermusyawarah antara kedua belah
pihak. Kekerasan serta kekasaran termasuk perilaku agresivitas.
Mantead dan
Hewstone (dalam Faturochman,
2006: 82) mendefinisikan
agresi sebagai bentuk
perilaku yang disengaja
terhadap makhluk lain
dengan tujuan untuk melukainya
dan pihak yang
dilukai tersebut berusaha untuk
menghindarinya. Hal tersebut dapat dilihat dari kasus agresivitas yang
terjadi pada kelompok,
organisasi, atau komunitas
yang berada di kampus yang
terjadi pada tanggal
28 Oktober 2009,
seperti: kekerasan non
verbal yang menjadikan
salah faham antara
organisasi yang satu dengan yang lain sehingga menyebabkan
kekerasan dan kekasaran yang melibatkan banyak organisasi lain
ikut-ikutan. Setelah diteliti kasus tersebut hanya
dipicu oleh sebuah
pamflet yang bertuliskan
nama sebuah organisasi yang
dibaca dan ditafsirkan
tulisan tersebut adalah
mengejek (Wawancara dengan Yusufpada tanggal 25 Mei 2011).
Banyak sekali
kasus-kasus agresivitas yang
terjadi dalam teater, seperti
contohnya konser yang
diadakan salah satu
komunitas teater yang terdapat di
IAIN Walisongo Semarang yang
dilaksanakan pada tanggal
28 Oktober 2010.
Kegiatan ini bukan
saja melibatkan mahasiswa
IAIN Walisongo Semarang tapi juga
masyarakat sekitar yang tidak mengetahui tata tertib
di IAIN Walisongo
Semarang, sehingga terjadilah
perkelahian yang menyebabkan
kerusakan di dalam
kampus IAIN Walisongo
Semarang (Wawancara dengan
Bruji pada tanggal
10 Juli 2011).
Contoh lain juga dikemukakan
oleh anggota teater
yang bernama Adib adalah
adanya keinginan yang terlalu
tinggi dari para
anggota, sehingga kegiatan
tidak maksimalpada 23 Desember
2009. Kurangnya dana sampai tidak optimalnya kinerja
panitia membuat para
anggota kecewa karena
gagalnya kegiatan tersebut. Kebahagiaan tidak bisa diukur dari
segi materi saja, tetapi juga dari segi psikologis
dan rohani. Perasaan
selalu merasa tidak
cukup termasuk dalam sifat buruk yang menggoda ke arah
penderitaan.
Kasus lain
juga terjadi di
teater, banyaknya mahasiswa
yang meninggal dunia
tiba-tiba. Banyak mahasiswa lain
yang mengira-ngira, ada yang menyebutkan
bahwa ketidaksadaran atau
tidak tenang mahasiswa tersebut dalam hidupnya, membuat obsesi
-obsesi yang ingin dicapainya. Serta ada pembicaraan
agar teater tersebut
eksis selalu, mereka
memakai hal -hal yang ghaib. Sikap yang tidak baik dalam
kehidupan ,mendoktrin fikiran yang penuh pertanyaan,
membuat resah mahasiswa
lain (Wawancara dengan Wiwik pada tanggal 15 Desember 2010).
Kasus lain
pada agresivitas anggota
teater yang setiap
kecewa dengan sikap
anggota laen langsung
menghasut untuk teman
dekatnya menjauhi anggota
yang dibenci. Kasus
tersebut disebabkan karena
adanya persaingan antar anggota
sering membuat para anggotanya frustasi sehingga lari
dalam kekerasan fisik
terhadap dirinya sendiri.
Kemudian banyaknya jadwal kegiatan dalam teater, kuliah para
mahasiswa terbengkalai yang pada akhirnya lulus
dalam semester akhir
(Wawancara dengan Ira tanggal
12 september 2011).
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi