Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PENGARUH KEGIATAN OLAH RASA TERHADAP AGRESIVITAS MAHASISWA ANGGOTA TEATER DIIAIN WALISONGO SEMARANG (Tinjauan BimbingandanKonseling Islam)


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perilaku  manusia  pada  masa  sekarang  sering  terlihat  kurang  sesuai  dengan  tatanan  nilai yang  berlaku,  sehingga  sedikit  banyaknya  nilai -nilai  yang  ada  dalam  masyarakat  tidak  pernah  dicerminkan  oleh  manusia  zaman  sekarang. Awal mula perilaku tersebut terjadi karena banyaknya media yang  tercipta  dan  fasilitas  yang  semakin  bertambah,  membuat  generasi  sekarang  menjadi  manja  dan  malas-malasan.  Faktor-faktor  penyebab  perilaku  khususnya  anak  remaja  sekarang  salah  satunya  adalah  faktor  pribadi,  yang  meliputi  faktor  bakat  yang  mempengaruhi  temperamen  menjadi  pemarah,  agresif,  cacat  tubuh,  serta  ketidakmampuan  untuk  menyesuaikan  diri  (Sarwono, 2004: 207).
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Wibowo bahwa  faktor pribadi dalam diri seseorang  juga  dipengaruhi oleh keadaan psikologis  masing-masing  individu.  Individu  yang  berbeda-beda  dalam  kehidupan,  memberikan  tekanan  bagi  individu  tersebut  menyesuaikan  diri  terhadap  lingkungannya.  Dalam  menyesuaikan  diri  para  individu  tersebut  pasti  memiliki  masalah  yang  berbeda-beda pula. Sehingga dapat diambil  masalah  tersebut  untuk  memberikan  bantuan.  Ilmu  yan g  sering  dipakai  dalam  penyelesaian  masalah  individu  mengenai  pribadi  seseorang  serta  kejiwaan  adalahpsikologi (Wibowo, 1994: 12).

 Keilmuan  Psikologi  secara  cepat  mengalami  perkembangan  mengikuti trend kebutuhan manusia yang makin kompleks. Munculnya aliran  Transpersonal dalam  Psikologi juga memberi warna baru terhadap kekakuan  Psikologi empiris. Perkembangan kebutuhan yang selalu dituntut agar setiap  manusia  dengan  praktis  melakukan  serta  dalam  beraktifitas,  membuat  manusia  tersebut  melakukan  hal-hal  yang sering  membuat  tekanan  bagi  dirinya sendiri. Tekanan  yang dirasakan tiap  individu akan  berdampak pada  perilaku agresivitas (Kurniawati, 2002: 13).
Studi mengenai agresivitas pada dasarnya cukup menarik perhatian,  apalagi  akhir-akhir  ini,  aksi-aksi  kekerasan  baik  individual  maupun  massal  sudah merupakan berita harian. Beberapa televisi bahkan membuat program program  berita  tentang  aksi  kekerasan.  Aksi-aksi  kekerasan  dapat  terjadi  di mana saja, seperti di  jalan, di sekolah,di institusi ataupun perguruan tin ggi,  bahkan di kompleks perumahan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal  (mencaci  maki)  maupun  kekerasan  fisik  (memukul  dan  lain-lain) (www.e.Psikologi.com, di unduh taggal 6 mei2011).
Sikap  serta perilaku  yang  ditunjukkan  masyarakat  sekarang,  jauh dari ajaran agama. Aksi-aksi kekerasan yang dilakukan tidak mencerminkan  seseorang  tersebut  beriman  terhadap  agamanya.  Ketika  menghadapi  permasalahan,  seringkali  manusia  bersikap  di  luar  nilai  serta  norma  yang  berlaku  dalam  masyarakat  bahkan  agama  yang  di anutnya.  Terutama  Islam  yaitu  agama  yang  diajarkan  Rasulullah  untuk  kesejahteraan  masyarakat  Muslim.
 Islam selaku agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam tidak  mendasarkan ajarannya pada kekerasan  maupun  kekasaran. Islam  juga tidak  menghendaki  adanya  kekerasan  dalam  mencapai  satu  tujuan,  sebaliknya  agama  Islam  mendorong  umatnya  untuk  berlaku  lemah  lembut  dan  penuh  kasih sayang. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali - Imran (3): “Maka  disebabkan  rahmat  dari  Allah-lah  kamu  berlaku  lemah  Lembut  terhadap  mereka.  sekiranya  kamu  bersikap  keras  lagi  berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,  dan  bermusyawarahlah  dengan  mereka  dalam  urusan  itu[246].
Kemudian  apabila  kamu  telah  membulatkan  tekad,  Maka  bertawakkallah  kepada  Allah.  Sesungguhnya  Allah  menyukai  orang-orang  yang  bertawakkal  kepada-Nya”.  [246]   Maksudnya:  urusan peperangan dan  hal-hal duniawiyah  lainnya, seperti urusan  politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya(Q.S.  Al -Imron: 159) (Depag, 1992: 103).
Al-Qur’an juga melarang manusia saling menyakiti satu sama lain.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab (33): “Dan  orang-orang  yang  menyakiti  orang-orang  yang  mukmin  dan  mukminat  tanpa  kesalahan  yang  mereka  perbuat,  Maka  Sesungguhnya  mereka  telah  memikul  kebohongan  dan  dosa  yang  nyata”(QS. Al -Ahzab:58) (Depag, 1992: 678).
Ayat  di  atas  menerangkan bahwa  agama  Islam  tidak  pernah  menghendaki kekerasan atau kekasaran. Apabila seseorang memiliki masalah   dengan  orang  lain,  diharapkan  agar  saling  memaafkan  serta  apabila  menyelesaikan  masalah  tersebut diharapkan  bermusyawarah  antara  kedua  belah pihak. Kekerasan serta kekasaran termasuk perilaku agresivitas.
Mantead  dan  Hewstone  (dalam  Faturochman,  2006:  82)  mendefinisikan  agresi  sebagai  bentuk  perilaku  yang  disengaja  terhadap  makhluk  lain  dengan  tujuan untuk  melukainya  dan  pihak  yang  dilukai  tersebut berusaha untuk menghindarinya. Hal tersebut dapat dilihat dari kasus agresivitas  yang  terjadi  pada  kelompok,  organisasi,  atau  komunitas  yang  berada  di  kampus yang  terjadi  pada  tanggal  28  Oktober  2009,  seperti:  kekerasan  non  verbal  yang  menjadikan  salah  faham  antara  organisasi  yang  satu dengan yang lain sehingga menyebabkan kekerasan dan kekasaran yang  melibatkan  banyak organisasi  lain  ikut-ikutan. Setelah diteliti kasus tersebut  hanya  dipicu  oleh  sebuah  pamflet  yang  bertuliskan  nama  sebuah  organisasi  yang  dibaca  dan  ditafsirkan  tulisan  tersebut  adalah  mengejek  (Wawancara  dengan Yusufpada tanggal 25 Mei 2011).
Banyak  sekali  kasus-kasus  agresivitas  yang  terjadi  dalam  teater,  seperti  contohnya  konser  yang  diadakan  salah  satu  komunitas  teater  yang  terdapat  di  IAIN  Walisongo  Semarang yang  dilaksanakan  pada  tanggal  28  Oktober  2010.  Kegiatan  ini  bukan  saja  melibatkan  mahasiswa  IAIN  Walisongo Semarang tapi juga masyarakat sekitar yang tidak mengetahui tata  tertib  di  IAIN  Walisongo  Semarang,  sehingga  terjadilah  perkelahian  yang  menyebabkan  kerusakan  di  dalam  kampus  IAIN  Walisongo  Semarang  (Wawancara  dengan  Bruji  pada  tanggal  10  Juli  2011).  Contoh  lain juga   dikemukakan  oleh  anggota  teater  yang  bernama  Adib adalah  adanya keinginan  yang  terlalu  tinggi  dari  para  anggota,  sehingga  kegiatan  tidak  maksimalpada 23 Desember 2009. Kurangnya dana sampai tidak optimalnya  kinerja  panitia  membuat  para  anggota  kecewa  karena  gagalnya  kegiatan  tersebut. Kebahagiaan tidak bisa diukur dari segi materi saja, tetapi juga dari  segi  psikologis  dan  rohani.  Perasaan  selalu  merasa  tidak  cukup  termasuk  dalam sifat buruk yang menggoda ke arah penderitaan.
Kasus  lain  juga  terjadi  di  teater,  banyaknya  mahasiswa  yang  meninggal  dunia  tiba-tiba.  Banyak mahasiswa  lain  yang  mengira-ngira,  ada  yang  menyebutkan  bahwa  ketidaksadaran  atau  tidak  tenang  mahasiswa  tersebut dalam hidupnya, membuat obsesi -obsesi yang ingin dicapainya. Serta  ada  pembicaraan  agar  teater  tersebut  eksis  selalu,  mereka  memakai  hal -hal  yang ghaib. Sikap yang tidak baik dalam kehidupan ,mendoktrin fikiran yang  penuh  pertanyaan,  membuat  resah  mahasiswa  lain  (Wawancara  dengan  Wiwik pada tanggal 15 Desember 2010).
Kasus  lain  pada  agresivitas  anggota  teater  yang  setiap  kecewa  dengan  sikap  anggota  laen  langsung  menghasut  untuk  teman  dekatnya  menjauhi  anggota  yang  dibenci.  Kasus  tersebut  disebabkan  karena  adanya  persaingan antar anggota sering  membuat para anggotanya  frustasi sehingga  lari  dalam  kekerasan  fisik  terhadap  dirinya  sendiri.  Kemudian  banyaknya  jadwal kegiatan dalam teater, kuliah para mahasiswa terbengkalai yang pada  akhirnya  lulus  dalam  semester  akhir  (Wawancara  dengan  Ira tanggal  12  september 2011).


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi