Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PENGAWASAN TERHADAP PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN DEMAK


BAB I PENDAHULUAN
 1.1.  Latar Belakang Pada  dasarnya,  zakat  merupakan  suatu  tanda  yang  jelas  dan  tegas  dari Tuhan untuk menjamin tidak seorang pun menderita kekurangan sarana  untuk memenuhi kebutuhan pokoknya akan barangdan jasa (Chapra, 1999:  290).  Oleh  karena  itu,  zakat  bisa  menjadi  sumber  dana  tetap  yang  cukup  potensial  yang  dapat  digunakan  untuk  mengangkat  kesejahteraan  umat  terutama golongan fakir miskin sehingga dapat hidup layak secara mandiri  tanpa harus menggantungkan nasibnya atas belas kasihan orang lain (Zuhdi,  1994:189).
Zakat adalahperintah agama yang berorientasikan pada  kepentingan umat, karena selain  menjalankan  apa  yang diperintahkan  Allah, zakat  juga  mempunyai  dampak  positif  terhadap  masyarakat  secara  langsung  terhadap  yang  berhak,  sehingga  tercipta  satu  aspek  sosial  yang  dapat  yang  dapat  menimbulkan  sikap  kebersamaan,  persaudaraan,  dan  tolong  menolong  (Rusyd,  t.th:10  ).  Di  samping  fungsi  di  atas,  zakat  juga  berguna  untuk  membersihkan  harta dari  kotoran,  menjauhkan  dari  mara  bahaya,  dan  sebagai bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhan. Zakat juga merupakan  penyucian  dari  sifat  buruk,  pelit,  dan  sarana  bagi  orang  kaya  untuk  mendekatkan diri kepada Allah SWT (Sa’di, 2006: 167).
Hal  ini  sebagaimana  Firman  Allah  SWT  dalam  surat  al-Taubah  ayat  103  sebagai berikut:   ”Ambillah  zakat  dari  sebagian  harta  mereka,  dengan  zakat  itu  kamu  membersihkan  dan  mensucikan  mereka  dan  mendoalah  untuk  mereka.  Sesungguhnya  doa  kamu  itu  (menjadi)  ketenteraman  jiwa  bagi  mereka.  dan  Allah  Maha  mendengar  lagi Maha Mengetahui”.
dalam  ayat  tersebut berarti  menumbuhkan  kebaikan  pada  mereka dengan harta yang dizakatkan (Khalid, 2004:113).
Maka dari  itu,  zakat  diibaratkan  seperti  benteng  yang  melindungi  harta  dari  penyakit  dengki  dan  iri  hati  dan  zakat  ibarat  pupuk  yang  dapat  menyuburkan harta untuk berkembang dan tumbuh (Hasan, 2003: 2 ).
Pada  dasarnya  zakat  dikenakan  pada  harta  yang  diperoleh  dan  dimiliki oleh seorang muslim. Jika muslim mempunyai harta dalam kondisi  cukup nisab, maka  ia wajib mengeluarkan zakatnya  (Mursyidi, 2003: 170).
Term zakat  berbeda  dengan  istilah  lain  walaupun  memiliki  kemiripan,  misalnya  dengan  kata  sedekah.  Kata  sedekah  berakar  dari  kata  shadaqah  yang  berarti  jujur  atau  benar.  Secara  terminologis,  kata  ini  mengandung  makna  pemberian  sejumlah  harta  tertentu  kepada  orang  lain  untuk  kemaslahatan  umat  Islam.  Zakat  dinamakan  sedekah  karena  tindakan  itu  menunjukkan kebenaran seseorang hamba dalam beribadah dan melakukan  ketaatan kepada Allah SWT.
Istilah lain  yang  memiliki  tujuan  yang  sama  dengan  zakat,  namun  implikasi  hukumnya berbeda  adalah  infaq.   Kata  infaq  berakar  dari  kata  nafaqa  yang  artinya  laku,  laris  dan  habis.  Pemaknaan  istilah  infaq  berarti   memberikan  sejumlah  harta  tertentu  bagi  orang  yang  membutuhkan.  Infaq  dapat  dikeluarakan  oleh  orang  yang  beriman  baik  yang  berpenghasilan  tinggi atau rendah, dalam keadaan lapang atau sempit (Hasan, 2011: 4-5).
Agarzakat, infaq dan shadaqah dapat lebih bermanfaat, maka  sudah  menjadi  tugas  Amil sebagai  pihak  yang  bertugas  mengelola  zakat  untuk  dapat  mengoptimalkan  fungsi  atau  daya  guna  zakat  dan  mendistribusikan  dana  zakat  secara  amanah  kepada  pihak-pihak  yang  benar-benar  berhak  menerimanya  secara  proporsional  dan  profesional  sesuai  dengan  tuntunan  Al-Qur’an  dan  As-sunnah,  sehingga  zakat  tersebut  menjadi  tepat  guna,  berhasil  guna, dan  berdaya  guna.  Sebagaimana  tercermin  dalam  firman  Allah SWT QS Annisa [4] : 58 yang berbunyi : ”Sesungguhnya  Allah  menyuruh  kamu  menyampaikan  amanat  kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila  menetapkan  hukum  di  antara  manusia  supaya  kamu  menetapkan  dengan  adil.  Sesungguhnya  Allah  memberi  pengajaran  yang  sebaik-baiknya  kepadamu.  Sesungguhnya  Allah  adalah  Maha  mendengar lagi Maha melihat”.
Yangdimaksud dengan amanat dalam surat an-Nisa:58, ialah tugastugas yang telah dipercayakan kepada manusia sebagai khalifah, dalam hal  ini juga berlaku bagi para Amil yang bertugas untuk mengelola zakat baik  dari  penghimpunan,  pendistribusian  maupun  pendayagunaan.  Secara  tidak  langsung  ketika  program -program  pendayagunaan  diluncurkan,  para  amil  berusaha untuk mengajak masyarakat (muzaki) untuk berzakat. Oleh karena  itu,  dapat  dikatakan  bahwa  lembaga  zakat  merupakan  lembaga  dakwah.
 Karena dengan aktivitas lembaga tersebut dapat mengajak masyarakat untuk  menunaikan zakat (amar ma’ruf  ) dan mencegah seseorang untuk menahan  hartanya (nahi munkar). Oleh karena itu, dalam prosesnya sangat diperlukan  pengawasan. Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen.
Adapunfungsi -fungsi manajemen tidak lain berkaitan dengan fungsi  perencanaan,  pengorganisasian,  pengarahan  dan   tentunya  ada  proses  pengawasan  yang  harus  diperhatikan,  agar  dana  zakat  tersebut  bisa  berfungsi  optimal  dan  tersalurkan  kepada  yang  lebih  berhak  secara  proporsional  dengan  efektif  dan  efisien (Sudewo,  2004:64).  Dalam suatu  organisasi  pengawasan  menduduki  posisi  penting  karena  pengawasan  bertujuan  untuk  mencegah  atau  memperbaiki  kesalahan,  penyimpangan,  penyelewengan, dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang  yang  telah  ditentukan.  Arti  dari  pengawasan  memiliki  banyak  pengertian,  salah satunya menurut Hasibuan (2005:242) pengawasan adalah pengukuran  dan  perbaikan  terhadap  pelaksanan  kerja  bawahan,  agar  rencana-rencana  yang  telah  dibuat  untuk  mencapai  tujuan-tujuan  perusahaan  dapat  terselenggara.
Pengawasan lembaga  amil  zakat  sesungguhnya  terkait  erat  dengan  program  yang  direncanakan,  karena  itu  hakekat  dari  tujuan  pengawasan  adalah  menjamin  tercapainya  tujuan  lembaga  amil  zakat  dengan  cara  mengembalikan atau meluruskan berbagai penyimpangan yang tidak sesuai  dengan yang diprogramkan (Sudewo: 2004, 140).
 Prosespengawasan merupakan kewajiban yang terus menerus harus  dilakukan  untuk  pengecekan  terhadap  jalannya  perencanaan  dalam  organisasi, dan untuk memperkecil tingkat kesalahan kerja. Kesalahan kerja  dengan  adanya  pengontrolan  dapat  ditemukan  penyebab  kesalahan  kerja  tersebutdan  dapat  diluruskan(Hasan, 2011: 25 ).  Nilai pengawasan sangat  strategis  karena  hasil  akhir  dari  semua  proses  akan  menjadi  taruhan  jika  fungsi kontrol atau pengawasan tidak berjalan dengan benar. Banyak sekali  manfaat  yang  dapat  diambil  ketika  control  berjalan,  misalnya  untuk  memonitor,  memberikan  penghargaan  serta  menegaskan  berbagai  perilaku  positif, menjadikan segala sumber daya tetap berjalan direlnya, memelihara  anggaran,  mengkoordinasikan  standar  hukum,  aturan  dasar  serta  normanorma  yang sudah ditetapkan dan  lain-lain (Cahyo Pramono. Pengawasan,  Sumber  www.  Waspada  Online.  Com.  Diambil  dari  internet  19  Oktober  2011).
Unsur  pengawas  dalam  struktur  organisasi  BAZ  adalah  Komisi  Pengawas.  Pengawasan  terhadap  organisasi  BAZ  dilakukan  secara  khusus  oleh Komisi Pengawas yang dibentuk oleh pemerintah atau pengurus BAZ  itu  sendiri.  Adapun  tugas  komisi  pengawas  dimuat  dalam  Keputusan  Menteri  Agama  Nomor  581  Tahun  1999  Pasal  9  ayat  (3),  dalam  pasal  tersebut  disebutkan  bahwa  tugas  komisi  pengawas  adalah  melaksanakan  pengawasan  terhadap  pelaksanaan  tugas  administratif  dan  teknis  pengumpulan,  pendistribusian,  pendayagunaan  zakat,  serta  penelitian  dan  pengembangan pengelolaan zakat (Hasan, 2011:50-51).


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi