BAB PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah
makhluk yang tidak
bisa hidup tanpa manusia lain
dan senantiasa berusaha
untuk menjalin hubungan dengan
orang lain. Hubungan
antar manusia merupakan
fenomena yang menjadi
perwujudan dari pemenuhan
kebutuhan individu terhadap
manusia lain untuk
mengemban gkan dan mempertahankan hidup
(Sumardjono, 1992: 43).
Pandangan dan pengalaman
hidup menunjukkan bahwa
keberhasilan hidup manusia
banyak ditentukan oleh
kemampuannya mengelola diri
dan kemampuan mengelola
hubungan dengan orang
lain. Manusia sebagai
makhluk individu sekaligus
makhluk sosial dalam
bersikap dan berperilaku tidak
akan lepas dari
konsep diri yang
dimilikinya. Individu akan berkembang dan
mengalami
perubahan-perubahan baik secara
fisik maupun psikis sesuai dengan
konsep dirinya (Sarwono, 2006: 20).
Sejak kecil
individu telah dipengaruhi
dan dibentuk oleh berbagai pengalaman
yang dijumpai dalam
hubungannya dengan individu lain, terutama orang terdekat, maupun
yang dijumpai dalam peristiwa kehidupan.
Sejarah hidup individu dari masa lalu membuat dirinya
lebih baik atau
lebih buruk dari
kenyataan yang sebenarnya.
Cara
pandang individu terhadap
dirinya akan membentuk
suatu konsep dirinya
sendiri. Konsep tentang
diri merupakan hal
yang penting bagi
kehidupan individu karena
konsep diri menentukan bagaimana
individu bertindak dalam
berbagai situasi (Sobur,
2003: 510) Namun perjalanan hidup
seseorang tidak selamanya berjalan dengan
mulus. Beberapa anak
dihadapkan pada pilihan
yang sulit bahwa
individu harus berpisah
dari keluarga karena
suatu alasan, menjadi yatim, piatu atau yatim piatu bahkan mungkin menjadi anak terlantar.
Kondisi ini menyebabkan
kegelisahan didalam suatu keluarga. Pada
kenyataanya hilangnya salah
satu anggota keluarga secara
fisik tidak mungkin
lagi dapat digantikan ,
tetapi secara psikologis dapat dilakukan dengan
diciptakannya situasi kekeluargaan (Jeanette, 2005: 165).
Usia remaja
memiliki keinginan yang
kuat untuk mulai mandiri, tidak
terikat pada orang
tua, tetapi dia
juga masih merasa bingung
dalam menghadapi dunia
barunya. Erikson berpendapat bahwa
isu yang paling
penting dan kritis
pada masa remaja
a dalah pencarian konsep diri
(Jeanette, 2005: 168).
Konsep Diri merupakan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri
(Farozin, 2004: 17).
Konsep diri
mempunyai peranan penting
dalam menentukan tingkah laku
seseorang memandang dirinya
yang tercermin dari
keseluruhan perilakunya, artinya
perilaku individu akan
selaras dengan cara individu
memandang dirinya sendiri (Muntholiah, 2002: 42).
Menurut Hurlock masa remaja
dikatakan sebagai bagian dari generasi
penerus yang menjadi
tonggak sebagai individu
yang bermakna pada hari kemudian
diharapkan juga memiliki pemahaman tentang diri
yang benar, hal
tersebut sangat diperlukan
bagi setiap orang
dalam menjalani kehidupannya,
sehingga diperoleh suatu gambaran yang
jelas tentang dirinya
dan supaya remaja
bi sa menjalankan apa yang
sudah didapatkannya (Hurlock,
1980: 213).
Remaja menurut
Zakiah Darajat adalah
usia transisi antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa
dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun (Darajat,
1976: 11).
Remaja merupakan pribadi yang
sedang berkembang menuju kematangan diri
dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali dirinya dengan pandangan yang benar tentang
konsep dirinya. Remaja perlu menjaga
diri secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk
memiliki konsep diri
yang postif. Remaja
perlu menjadi diri yang
mampu menciptakan interaksi sosial yang saling terbuka, saling memperhatikan
kebutuhan teman dan
saling mendukung. Setiap individu
mungkin sering menilai
diri sendiri apa,
siapa, dan bagaimana diri saya ini sering terbesit di
dalam hati pertanyaan seperti itu
merupakan suatu bentuk konsep diri (Wanei, 2006: 32). Setiap orang
pasti mempunyai konsep
diri tertentu terhadap dirinya
sendiri. Ada yang
mempunyai konsep diri
yang negatif dan ada
pula yang mempunyai konsep diri positif. Konsep diri yang positif ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa
hal. Konsep diri positif dapat terbentuk
melalui penanaman nilai-nilai
agama yang kuat, kepercyaan diri,
menerima diri sendiri.
Untuk konsep diri
negatif dapat terbentuk
oleh kurangnya perhatian
kasih sayang, kurangnya penanaman
nilai-nilai agama, kurangnya
kepercayaan diri dan
tidak mampu menerima diri apa adanya.
Namun satu hal yang menentukan adalah
cara pandang diri kita sendiri. Semakin seseorang berpendapat negatif
maka semakin sering
muncul konsep-konsep negatif
tentang dirinya sendiri. Sebaliknya semakin seseorang mempunyai pandangan yang positif terhadap
dirinya sendiri maka
semakin positif pula konsep
yang ia miliki (Murdoko, 2004: 84).
Berdasarkan pengamatan
peneliti, remaja di
Panti tersebut sebagian
besar memiliki konsep
diri negatif misalnya
saja bersikap pesimis,
meragukan kemampuannya sendiri,
menganggap orang tuanya tidak mencintai dirinya, dan tidak
percaya diri. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengetahui dan memperbaiki
konsep diri remaja di Panti
Asuhan Darul Hadlonah
Semarang adalah dengan melakukan penelitian
di Panti tersebut
dan melakukan proses
konseling kelompok. Konseling
kelompok pada dasarnya
merupakan metode dakwah
dengan layanan konseling
perorangan dilaksanakan dalam suasana kelompok, terdapat konselor (da‟i) yang jumlahnya lebih dari seorang
dan ada klien
(mad‟u), klien yaitu
para anggota kelompok yang jumlahnya biasaya lebih dari dua orang
(Prayitno, 1999: 315).
Melalui layanan konseling
kelompok diharapkan para remaja di Panti
Asuhan Darul Hadlonah
Semarang mampu mengarahkan konsep
dirinya dengan positif.
Tujuan yang ingin
dicapai dalam konseling
kelompok yaitu pengembangan
pribadi, pembahasan dan pemecahan
masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok,
dan masalah terselesaikan
dengan cepat melalui
bantuan anggota lain,
khusunya untuk mengarahkan
remaja di Panti
agar memiliki konsep
diri yang positif.
Untuk manfaat dari
konseling kelompok adalah
dapat melatih remaja
untuk dapat hidup
secara berkelompok dan
menumbuhkan kerjasama antar
anggota dalam mengatasi
masalah, melatih setiap
anggota untuk mengemukakan pendapat
dan menghargai pendapat
orang lain serta dapat meningkatkan
kemampuan remaja untuk dapat menilai
dirinya sendiri (blogspot.com/2012/05/03/kegunaanmanfaatkonselingkelompok.html
pukul 14.00 WIB).
Dalam penelitian
ini, peneliti memfokuskan
penelitiannnya pada remaja
baik laki-laki maupun
perempuan yang berusia
13-21 tahun yang
berada di Panti
Asuhan Darul Hadlonah
Semarang.
Pelaksanaan konseling
kelompok di Panti
Asuhan tersebut belum efektif. Padahal
dalam kenyataannya remaja
yang tinggal di
Panti senantiasa menghadapi
problem kehidupan yang
perlu dipecahkan.
Memperhatikan permasalahan
sebagaimana diungkapkan, maka judul skripsi “Pengaruh
Konseling Kelompok Terhadap
Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang” sangat menarik untuk ditindak lanjuti.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang masalah sebagaimana
telah dikemukakan di atas, maka
yang menjadi rumusan masalahnya adalah 1. Adakah
perbedaan Konsep Diri
sebelum dan sesudah
diberikan konseling kelompok pada
Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang? 2.
Adakah perbedaan Konsep
Diri antara kelompok
eksperimen dan kelompok
kontrol pada remaja
di Panti Asuhan
Darul Hadlonah Semarang? 1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Untuk mendiskripsikan, menganalisa, dan
menguji secara empiris tentang
perbedaan Konsep Diri
sebelum dan sesudah diberikan
konseling kelompok pada
Remaja di Panti
Asuhan Darul Hadlonah
Semarang dan untuk
mengetahui Konsep Diri
antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada
remaja di Panti Asuhan
Darul Hadlonah Semarang Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari
2 aspek : 1. Secara Teoritis yaitu : Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat
dalam mengembangkan khazanah
ilmu pengetahuan dalam
dunia Bimbingan dan Penyuluhan
Islam khususnya Konseling Kelompok dan Konsep Diri.
2. Secara praktis yaitu : a. Bagi
Remaja Panti Asuhan
Darul Hadlonah diharapkan
bisa mempunyai konsep
diri yang positif
bahkan semakin meningkat konsep diri positif yang dimiliki melalui
konseling kelompok.
b. Bagi
Pengasuh Panti Asuhan
Darul Hadlonah dapat
dijadikan rujukan dalam
mengembangkan konsep diri
remaja melalui konseling kelompok.
1.4. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelitian
di perpustakaan ditemukan
adanya beberapa skripsi dan buku
yang judulnya hampir sama. Skripsi yang dimaksud adalah: Skripsi dengan
judul “Pengaruh Konsep
Diri Terhadap Perilaku
Keagamaan Anak di
Panti Asuhan Pamardi
Putra Mandiri (PPM)
Semarang” oleh Halimi
(2005). Penelitian tersebut menjelaskan tentang
bagaimana konsep diri
berpengaruh terhadap perilaku
keagamaan anak di
PPM Semarang. Perbedaan
pada penelitian yang
peneliti lakukan adalah
terletak pada objek
dan pembahasannya. Penelitian
di atas menjelaskan
tentang bagaimana konsep
diri mempengaruhi perilaku
keagamaan pada anak
di Panti PPM
semarang. Berbeda dengan
penelitian ini lebih
menjelaskan tentang perbedaan
Konsep Diri sebelum
dan sesudah diberikan konseling
kelompok pada Remaja
di Panti Asuhan
Darul Hadlonah Semarang
dan untuk mengetahui
Konsep Diri antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi