BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya
untuk senantiasa aktif
melakukan kegiatan dakwah.
Maju mundurnya umat
Islam sangat bergantung
dan berkaitan erat
dengan kegiatan dakwah
yang dilakukannya. Sebagai
contoh adalah masuknya berbagai
ajaran atau pemahaman
yang tidak relevan
dengan nilai-nilai agama, ada kecenderungan membuat agama menjadi
tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai
bidang. Hal ini
juga menerpa umat
Islam bila agama
tidak lagi berfungsi
secara efektif dalam
kehidupan kolektif. Tentu
saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila
pemeluk agama gagal untuk memberi suatu
peradaban alternatif yang
benar dan dituntut
oleh set iap perubahan sosial yang terjadi (Suparta dan Hefni, 2006:
4).
Karena itu
Al-Qur'an dalam menyebut
kegiatan dakwah dengan perkataan
yang baik (Ahsanu Qaula).
Dengan kata lain
bisa disimpulkan bahwa
dakwah menempati posisi
yang tinggi dan
mulia dalam kemajuan agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila
kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang
disebabkan oleh berbagai
faktor terlebih pada
era globalisasi sekarang ini,
di mana berbagai informasi masuk begitu
cepat dan instant yang
tidak dapat dibendung
lagi. Umat Islam
harus dapat memilih 1 dan
menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan nilainilai
Islam.
Merupakan suatu
kebenaran, maka Islam
harus tersebar luas
dan penyampaian kebenaran
tersebut merupakan tanggung
jawab umat Islam secara
keseluruhan. Sesuai dengan misinya sebagai
"Rahmatan Lil ‘Alamin” Islam harus
ditampilkan dengan wajah
yang menarik supaya
umat lain beranggapan
dan mempunyai pandangan
bahwa kahadiran Islam
bukan sebagai ancaman
bagi eksistensi mereka
melainkan pembawa kedamaian dan
ketenteraman dalam kehidupan
mereka sekaligus sebagai
pengantar menuju kebahagiaan
kehidupan dunia dan akhirat.
Implikasi dari
pernyataan Islam sebagai
agama dakwah menuntut umatnya
agar selalu menyampaikan
dakwah. Karena kegiatan
ini merupakan aktivitas yang
tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung
dan akan terus
melekat dalam situasi
dan kondisi apa
pun bentuk dan coraknya.
Dakwah Islam
adalah tugas suci
yang dibebankan kepada
setiap muslim dimana saja ia berada, sebagaimana termaktub dalam al-Qur'an
dan as-Sunnah Rasulullah
SAW, kewajiban dakwah
menyerukan dan menyampaikan agama Islam kepada masyarakat.
Dakwah Islam
adalah dakwah yang
bertujuan memancing dan mengharapkan potensi
fitri manusia agar
eksistensi mereka punya
makna dihadapan Tuhan dan
sejarah. Perlu ditegaskan bahwa tugas dakwah adalah tugas umat secara keseluruhan bukan
hanya tugas kelompok tertentu
umat Islam.
Agar dakwah
dapat mencapai sasaran-sasaran strategis
jangka panjang, maka tentunya
diperlukan suatu sistem manajerial komunikasi baik dalam penataan perkataan maupun perbuatan yang
dalam banyak hal sangat relevan dan
terkait dengan nilai-nilai
keislaman. Dengan adanya
kondisi seperti itu
maka para da'i
harus mempunyai pemahaman
yang mendalam bukan
saja menganggap bahwa
dakwah dalam frame
"amar ma'ruf nahi munkar" hanya
sekedar menyampaikan saja
melainkan harus memenuhi beberapa
syarat, diantaranya mencari
materi yang cocok,
mengetahui psikologi objek dakwah
secara tepat, memilih metode yang
representative, menggunakan
bahasa yang bijaksana dan sebagainya. Semua aspek di atas akan menjadi
stressing point pembahasan
dalam metode dakwah
(Suparta dan Hefni, 2006: 6).
Sebagai upaya
dalam memberikan solusi
Islam terhadap berbagai masalah
kehidupan, dakwah dijelaskan
dengan berbagai macam
definisi.
Syekh A1-Babiy
al-Khuli mendefinisikan dakwah
dengan "upaya memindahkan situasi manusia kepada situasi
yang lebih baik" (A1-Babiy alKhuli,
1952: 27). Pemindahan
situasi ini mengandung
makna yang sangat luas,
mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia sebagai
disebut di atas.
Pemindahan dari
situasi kebodohan kepada
situasi keilmuan, dari
situasi kemiskinan kepada
situasi kehidupan yang
layak, dari situasi keterbelakangan kepada
situasi kemajuan. Dakwah
merambah upaya bagaimana
menciptakan kehidupan sejahtera
aman dan damai
dengan mengembangkan kreativitas
individu dan masyarakat.
Dengan kata lain dakwah
pada hakekatnya adalah proses pemberdayaan.
Syekh Ali Mahfudz memberikan
definisi tentang dakwah: “Mengajak manusia
kepada kebaikan dan
petunjuk dan menyuruh berbuat
baik dan mencegah
berbuat munkar untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan
kebahagiaan akhirat (1979: 17).
Dari ungkapan
di atas dapat
dipahami bahwa dakwah
pada hakekatnya adalah segala aktivitas dan kegiatan yang
mengajak orang untuk berbuat dari
satu situasi yang
mengandung nilai kehidupan
yang bukan Islami kepada nilai kehidupan yang Islami.
Aktivitas dan kegiatan tersebut dilakukan
dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan, provokasi dan bukan pula dengan bujukan dan
rayuan pemberian sembako.
Sejalan dengan
pengertian dakwah di
atas maka metode
atau cara yang
dilakukan dengan mengajak
tersebut haruslah sesuai
pula dengan materi
dan tujuan ke
mana ajakan tersebut
ditujukan. Pemakaian metode atau
cara yang benar
merupakan sebagian dari
keberhasilan dakwah itu sendiri. Sebaliknya,
bila metode dan
cara yang dipergunakan
dalam menyampaikan sesuatu tidak
sesuai dan tidak pas, akan mengakibatkan
hal yang tidak diharapkan.
“Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari
jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
(an-Nahl: 125).
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa
metode dakwah itu meliputi tiga
cakupan, yaitu: a. AI-Hikmah Hikmah merupakan peringatan kepada
juru dakwah untuk tidak menggunakan satu
bentuk metode saja.
Sebaliknya, mereka harus menggunakan berbagai
macam metode sesuai
dengan realitas yang dihadapi dan
sikap masyarakat terhadap
agama Islam. Sudah
jelas bahwa dakwah
tidak akan berhasil
menjadi suatu wujud
yang riil jika metode dakwah
yang dipakai untuk
menghadapi orang bodoh
sama dengan yang
dipakai untuk menghadapi
orang terpelajar. Kemampuan kedua
kelompok tersebut dalam berfikir
dan menangkap dakwah
yang disampaikan tidak dapat
disamakan, daya pengungkapan dan
pemikiran yang dimiliki manusia
berbeda-beda.
Hikmah merupakan
pokok awal yang
harus dimiliki oleh seorang da'i
dalam berda’wah. Karena
dengan hikmah ini
akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam
menerapkan langkah-langkah dakwah.
baik secara metodologis
maupun praktis. Oleh
karena itu, hikmah yang
memiliki multi definisi mengandung arti dan makna yang berbeda tergantung dari sisi mana melihatnya.
b. AI- Mau 'idza Al-Hasanah Mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu,
penuh kasih sayang
ke dalam perasaan
dengan penuh kelembutan,
tidak membongkar atau
membeberkan kesalahan orang
lain sebab kelemahlembutan dalam
menasehati sering kali
dapat meluluhkan hati yang
keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia
lebih mudah melahirkan kebaikan
dari pada larangan dan ancaman.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi