Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PENGELOLAAN WISATA RELIGI DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ZIARAH PADA JAMA’AH (Studi Kasus Fungsi Pengorganisasian pada Majlis Ta’lim Al-Islami KH. Abdul Kholiq Di Pegandon Kendal tahun 2008 - 2010)


BAB I PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang Indonesia  adalah  negara  yang  mayoritas  masyarakatnya  muslim.
Jika  dilihat dari sejarahnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh  para  pedagang  dari  berbagai  bangsa,  salah  satunya  adalah  negara  India  tepatnya  Gujarat.  Selain  agama  para  pedagang  ini  juga  secara  otomatis  membawa budaya dari negara mereka.
Indonesia  adalah  negara  yang  kaya  akan  budaya,  hal  ini  menarik  bagi  dunia  luar  untuk  masuk  ke  Indonesia.  Dengan  masuknya  pola  pikir  barat  sepertihalnya  manusia  menemukan  dirinya  sebagai  kekuatan  yang  dapat  menyelesaikan  persoalan-persoalan  hidup.  Manusia  dipandang  sebagai  makhluk  yang  hebat,  yang  independen  dari  Tuhan  dan  alam.
Manusia  modern  Barat  sengaja  melepaskan  diri  dari  keterikatannya  dengan  Tuhan  (theomosphisme),  untuk  selanjutnya  membangun  tatanan  manusia  yang  semata-mata  berpusat  pada  manusia  (antropomorphisme).
Manusia  menjadi  tuan  atas  nasibnya  sendiri,  yang  mengakibatkan  terputusnya  dari  nilai-nilai  spiritual.  Akibatnya,  manusia  modern  Barat  pada akhirnya tidak mampu menjawab persoalan-persoalan hidup sendiri (Khatib, 2005:1 ).

Pada  era  global  masuknya  budaya  luar  di  atas  membuat  identitas  diri mulai  pudar.  Spiritual masyarakat Indonesia semakin menurun karena  pola  pikir  masyarakat Indonesia,  yang tidak lagi mementingkan nilai-nilai   moral  yang  terkandung  dalam  ajaran  Islam,  sebagai  akibat  dari  kebudayaan  asing  yang  dengan  mudahnya  masuk  ke  Indonesia  tanpa  adanya dasar keimanan yang kuat untuk  membentengi agama dari masingmasing individu dan masyarakat dan juga  sikap  ikut-ikutan kepada dunia  barat.  Kehausan  spiritual  terjadi  ketika  masyarakat  lebih  cenderung  rasional  dan  menemukan  batas  rasio  itu  sendiri  sehingga  mereka  butuh akan  dorongan  jiwa  yang  pasti.  Disini  pendorong  jiwa  adalah  agama  (Islam) karena peranan agama memberikan harapan dan ketenangan, maka  fungsi agama  berlaku pada semua  masyarakat dan adat istiadatnya  karena  agama Islam menghormati perbedaan.
Kemajuan  teknologi  informasi  melahirkan  arus  besar  yang  lazim  disebut  globalisasi  dampak  yang  begitu  besar  itu  telah  nampak  mempengaruhi  tata  pergaulan  dan  nilai-nilai  kehidupan  manusia,  kenyataan  ini  menyadarkan  kita  untuk  segera  berbenah,  memperbaiki,  mengelola dan meningkatkan wisata religi, baik segi sosial, ekonomi dan  budaya  wisata  religi  bahkan  sering  kita  lakukan,  tetapi  belum  tentu  tahu  apa  makna  wisata  religi  itu  sendiri,  wisata  religi  di  Indonesia  itu  sangat  banyak dan yang paling menonjol adalah  tempat ziarah atau wisata religi  walisongo,  masyarakat  Indonesia  untuk  berziarah  kemakam  para  wali  di  jawa  maupun  diluar  jawa  sangat  antusias  sehingga  banyak  lembaga  dan  organisasi yang memberangkatkan para jama’ahnya.
Wisata,  sebuah  kata  yang  sering  kita  dengar  atau  bahkan  kita  lakukan.  Kegiatan  yang  sering  kita  lakukan  tersebut,  sering  kali  tidak   pernah  kita  pikirkan  secara  mendalam.  Berbicara  mengenai  wisata  tidak  terlepas dari pembicaraan tentang perjalanaan merupakan cikal bakal dari  wisata. Perjalanan pada hakekatnya adalah perpindahan atau gerakan dari  satu  tempat  ketempat  lain  untuk  suatu  tujuan   secara  umum  dan  tujuan  secara agama.
Menurut  pandangan  Al-Quran  wisata  diambil  dari  kata  siyahah yang secara populer diartikan  perjalanan wisata. Kata ini mengandung arti  menurut ulama syi’ah kontemporer, juga memahami kata  saihun  pada QS  Al-Tawbah  perjalanan  wisata.  Wisata  di  Jelaskan  dalam  QS  Al-Tawbah 112.
Artinya:  Mereka  itu  adalah  orang-orang  yang  bertobat,  yang  beribadah, yang memuji (Allah), yang melawati, yang rukuk, yang sujud,  yang menyuruh berbuat  makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang  memelihara  hukum-hukum  Allah.  Dan  gembirakanlah  orang-orang  mukmin itu.
Ayat diatas menjelaskan tentang perjalanan wisata yang bertujuan  untuk  memperoleh  pembelajaran  dan  pengajaran  (Ibrah)  (Depatemen  Agama  RI  2007,  365  :  367).  Wisata  adalah  sebuah  perjalanan  untuk  memperoleh pengalaman, pelajaran atau pengajaran (Ibrah) (Shihab,  : 549).
Dalam  menghadapi  berbagai  masalah  yang  semakin  berat  dan  kompleks,  sebagai  akibat  tuntutan  perkembangan  ilmu  pengetahuan ,  teknologi,  globalisasi  dan  tuntutan  kebutuhan,  maka  kiranya  kegiatan   dakwah  yang  dilakukan  perorangan  kurang  memadai.  Oleh  karena  itu  hendaknya  dilakukan  melalui  sebuah  kelembagaan  yang  ditata  dengan  baik dan menghimpun berbagai keahlian yang diperlukan.
Apabila  dilihat  dari  kuantitas,  lembaga  dakwah  yang  ada  di  Indonesia  jumlahnya  cukup  banyak,  yang  seharusnya  membawa  peningkatan  kualitas  dan  kuantitas  umat.  Namun  kenyataannya  jumlah  yang  banyak  belum  mencerminkan  peningkatan  lembaga-lembaga  atau  organisasi-organisasi  dakwah  Islam  pada  umumnya  seperti  apa  yang  diharapkan.  Hal ini karena tidak ada kesatuan antara teori strategis,  teknik  perencanaan,  pengorganisasian  dan  pelaksanaan  dakwah.  (Ahmad,  1983:  4).
Setiap  organisasi  pasti  mempunyai  tujuan  yang  ingin  dicapai,  demikian juga majlis ta’lim Al-Islami yang berazaskan Islam sudah barang  tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai.  Untuk mewujudkan tujuan  tersebut, maka majlis ta’lim Al-Islami membuat rencana kerja yang berupa  program  kerja  untuk  satu  periode  kepengurusan  yaitu  program  kerja  jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Majlis  Ta’lim  Al-Islami  ini  ditinjau  dari  aspek  pengorganisasian telah  berkembang  cukup  baik,  hal  itu  ditandai  dengan  berkembangnya  cabang-cabang  panitia  kecil  penyelenggara  wisata  religi  yang  tersebar  di  daerah-daerah,  seperti  pekalongan,  pemalang,  batang  dan  semarang  .
Namun,  dalam  aspek  dakwah  yang  diimplementasikan  dalam  bentuk  wisata  religi  misalnya  belum  berjalan  sebagaimana  diharapkan.  Hal  ini   ditandai  dengan  kurang  meningkatnya  jumlah  jama'ah  wisata  religi  di  masing-masing daerah.
Berdasarkan  uraian  tersebut,  maka  jelaslah  bahwa  pada  dasarnya  pengorganisasian  yang  terdapat  pada  majlis  ta’lim  ini  sudah  berjalan  dengan  baik.  Atas  dasar  itu  mendorong  peneliti  mengangkat  tema  ini.
Sedangkan  alasan  peneliti  memfokuskan  pembahasan  pada  aspek  pengorganisasian  adalah  karena  pengorganisasian  merupakan  titik  tolak  dari suatu organisasi atau lembaga apakah organisasi atau lembaga itu bisa  mencapai hasil yang diharapkan atau tidak, maka hal itu tergantung pada  aspek  pengorganisasian.  Jika  aspek  pengorganisasiannya  sudah  dibentuk  sedemikian rupa sesuai dengan prinsip atau fungsi manajemen maka bisa  diharapkan  bahwa  organisasi  atau  lembaga  tersebut  mencapai  hasil  yang  diharapkan.
Dengan  latar  belakang  di  atas  penulis  tertarik  untuk  meneliti  permasalahan  dalam  sebuah  skripsi  yang  berjudul  “Pengelolaan  Wisata  Religi  dalam  Memberikan  Pelayanan  Ziarah  pada  Masyarakat  Muslim (Studi Kasus fungsi Pengorganisasian Majli Ta’lim Al-Islami KH. Abdul  Kholiq Di Pegandon – Kendal 2008-2010).


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi