Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PERAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BERAGAMA BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI YAYASAN SAHABAT MATA MIJEN SEMARANG


 BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Motivasi  merupakan  dorongan  kebutuhan  jasmani  dan  seruan  paling  dalam  pada  diri  manusia  guna  memenuhi  kebutuhannya  (Rafiudin,  2007:56).
Setiap  perbuatan  yang  dilakukan  oleh  manusia  baik  yang  disadari  atau  yang  tidak  disadari   pada  dasarnya  adalah  wujud  untuk  menjaga  keseimbangan  hidup.  Jika  keseimbangan  ini  terganggu  maka  akan  timbul  suatu  dorongan  untuk mengembalikan suatu keseimbangan tersebut (Shaleh, 2004:129).
Dalam  kehidupan  sehari-hari,  manusia  sebagai  makhluk  sosial  tentu  saja  ingin  memenuhi  segala  kebutuhannya  baik  kebutuhan  primer,  sekunder,  ataupun kebutuhan tersier. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap perbuatan  yang  dilakukan  oleh  manusia  adalah  dengan  adanya  sebuah  dorongan  akan  pemenuhan suatu hal tertentu, yaitu motivasi.
Sebagaimana  motivasi  yang  merupakan  perbuatan  manusia  yang  dilakukan  untuk  menjaga  keseimbangan  hidup  mereka,  kesadaran  akan  kebutuhan  agama  tidak  bisa  terlepas  dalam  kehidupan  manusia.  Hal  ini dikarenakan  fitrah manusia  adalah mengakui  kekuatan maha besar di  luar diri  mereka yang disebut Tuhan.
Tujuan  belajar  agama  adalah  membentuk  seseorang  agar  menjadi  manusia  yang  “beragama”.  Manusia  “beragama”  ini  tentu  saja  tidak  sekedar   mengetahui  berbagai  konsep  dan  ajaran  agama,  melainkan  juga  meyakini,  menghayati,  mengamalkan  dan  mengekspresikan  agama  dalam  kehidupan  kesehariannya  (  Arwani/  articles/  algaer.wordpress.com/  2010/05/10/  dimensidimensi - keberagamaan ).
Dalam  mengekspresikan  sikap  keberagamaannya,  seorang  individu dalam  sehari-hari  tidaklah  hanya  sebatas  hal-hal  yang  kecil  atupun  sebagian  dari  ajaran  agama  itu  sendiri,  melainkan  keberagamaan  harus  bersifat  menyeluruh, seperti  yang telah disebutkan  dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah  ayat 208 “Hai  orang-orang  yang  beriman,  masuklah  kamu  ke  dalam  Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Di  dalam  ajaran  agama  Islam,  terdapat  beberapa  statement  yang  menunjukkan  beberapa  bentukan  dorongan  yang  mempengaruhi  manusia.
Dorongan-dorongan  tersebut  dapat  berbentuk  dorongan  naluriah,  ataupun  dorongan terhadap hal-hal yang dapat memberikan kenikmatan. Hal ini terdapat  pada beberapa ayat Al-Qur’an sebagai berikut  “  Dijadikan  indah  pada  (pandangan)  manusia  kecintaan  kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta  yang  banyak  dari  jenis  emas,  perak,  kuda  pilihan,  binatang-binatang  ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi  Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Q.S. Ali Imron :14).
Ayat  tersebut  menunjukkan  bahwa  manusia  pada  dasarnya  memiliki  kecintaan  yang  kuat  terhadap  dunia  dan  syahwat  (sesuatu  yang  bersifat  kenikmatan pada badan), yang terwujud dalam kesukaan terhadap perempuan,  anak dan harta kekayaan. Selain ayat tersebut,  ada ayat lain yang menerangkan  tentang  dorongan  manusia  yang  sudah  ada  sejak  lahir.  Ayat  tersebut  adalah  Q.S. Ar-Rūm : 30, yaitu “  Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama  Allah;  (tetaplah  atas)  fitrah  Allah  yang  telah  menciptakan  manusia  menurut  fitrah  itu.  tidak  ada  peubahan  pada  fitrah  Allah.  (Itulah)  agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Ayat tersebut menekankan sebuah motif bawaan dalam wujud  fitrah,  sebuah  potensi  dasar.  Potensi  dasar  yang  memiliki  makna  sifat  bawaan,  mengandung arti bahwa manusia sejak diciptakan memiliki sifat bawaan yang   menjadi pendorong untuk melakukan berbagai macam bentuk perbuatan, tanpa  di  sertai  peran  akal  sehingga  terkadang  manusia   tanpa  disadari  bersikap  dan  bertingkah  laku  untuk  menuju  pemenuhan  fitrahnya  (Shaleh,  2004  :  142).
Adapun fitrah itu sendiri merupakan potensi dasar manusia yang memiliki sifat  kebaikan  dan  kesucian  untuk  menerima  pengaruh  dari  luar  menuju  pada kesempurnaan dan kebenaran (Sururin, 2004 : 37).
Manusia  sejak  lahir  memiliki  potensi  kejiwaan  dan  dasar-dasar  kehidupan ber-Tuhan  (Ahyadi, 2005 : 40). Isi, warna, dan corak perkembangan  ber-Tuhan seseorang dipengaruhi oleh perjalanan hidupnya masing-masing. Hal  inilah yang nantinya akan dikenal dengan kehidupan beragama. Bagi seseorang  yang  sehat  secara  fisik,  tentu  tidak  akan  menjadi  kendala  yang  cukup  besar  ketika  ingin  mengapresiasikan  dirinya  dalam  beragama  di  dalam  masyarakat.
Berbeda  dengan  bagi  mereka  yang  mengalami  kecacatan  fisik  pada  segi  penglihatan  atau  sering  juga  disebut  dengan  tunanetra.  Keterbatasan  pada  penglihatan mengakibatkan akses yang mereka dapat dalam mendalami agama  menjadi sangat terbatas, tentu hal ini menjadi permasalahan mengetahui dalam  kehidupan  beragama  sangatlah  luas  cakupannya.  Hal  ini  berakibat  negatif  terhadap  kepercayaan  diri  penyandang  tunanetra  pada  umumnya  yang  tentu  juga berdampak terhadap motivasi beragama bagi penyandang tunanetra.
Dalam  keadaan  apapun  manusia  tidak  bisa  lepas  dari  agama,  baik  dalam  kondisi  senang  ataupun  susah.  Agama  merupakan  fitrah  munazzalah (diturunkan) yang diberikan Allah untuk menguatkan fitrah yang ada pada diri   manusia  secara  alami.  Fitrah  beragama  dalam  diri  manusia  merupakan  naluri  yang  menggerakkan  hatinya  untuk  melakukan  perbuatan  yang  diilhami  oleh  Allah  SWT.  Fitrah  manusia  bersifat  suci,  yang  dengan  nalurinya  tersebut,  ia  secara terbuka menerima kehadiran Allah SWT (Sururin, 2004 : 29). Hal inilah  yang  membuat  agama  menjadi  obat  mujarab  atas  segala  kegelisahan  dan  persoalan yang dihadapi oleh manusia.
Setiap  individu  memiliki  fitrah  beragama  tanpa  terkecuali,  baik  lakilaki maupun perempuan, tua maupun muda, miskin ataupun kaya. Tak ubahnya  pula  dengan  seseorang  yang  memiliki  kecacatan  fisik  seperti  tunanetra,  kelumpuhan, tunarungu, dan lain sebagainya  yang tentunya menemui kendala  tertentu  ketika  mereka  ingin  mencukupi  kebutuhannya  dalam  hal  beragama.
Kalangan  tunanetra  misalnya,  mereka  kesulitan  untuk  mendapat  akses  yang  sesuai  dengan  keterbatasan  yang  mereka  alami.  Al-Qur’an  dan  Hadits  yang  menjadi pedoman pokok bagi kaum muslim, tidak bisa dicermati dengan mudah  karena  keterbatasan  penglihatan  mereka.  Hal  ini  berpengaruh  pada  kualitas  keimanan  mereka  yang  notabene  adalah  seorang  muslim.  Berdasarkan  data  yang ada di  Dinas Sosial, populasi tunanetra di Indonesia adalah  sebesar  1,5%  dari  total  penduduk  Indonesia,  maka  diperkirakan  sejumlah  3.000.000  (tiga  juta)  orang,  delapan  puluh  persen  dari  mereka  adalah  adalah  muslim,  atau  sekitar  2,4  juta  orang  adalah  kaum  muslim  (http:  //  sosbud.kompasiana.com/  2010/0208/  fundraising-untuk-muslim-tunanetra).  Hal  ini  harus  menjadi  perhatian pemerintah Indonesia dalam menangani kaum tunanetra di Indonesia.
 Yayasan Sahabat Mata adalah salah satu lembaga yang berperan aktif  dalam  memperhatikan  kehidupan  beragama  dan  sekaligus  aspek  kehidupan  sosial  bagi  penyandang  tunanetra  di  wilayah  Semarang  dan  sekitarnya.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi