BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dakwah merupakan aktivitas
yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah Islam
dapat tersebar dan
diterima oleh manusia.
Sebaliknya tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat
dan selanjutnya akan lenyap dari
permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat,
dakwah berfungsi menata kehidupan yang
agamis menuju terwujudnya
masyarakat yang harmonis
dan bahagia. Ajaran Islam
disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia pada
umumnya dari hal-hal
yang dapat membawa
pada kehancuran (Aziz, 2004:37).
Dakwah adalah
salah satu tugas
yang harus (wajib)
dilaksanakan umat Islam
kapan saja dalam
keadaan apapun sesuai
dengan perkembangan zaman.
Hal ini
sesuai dengan tujuan
dakwah untuk menumbuhkan
pengertian, kesadaran, penghayatan
dan pengamalan ajaran
agama yang dibawakan
oleh para da’i
(Saleh, 1977:1). Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 104 : ْ “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang
ma‟ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung”.
(Departemen Agama RI, 1995 :93).
1 Dakwah
antara da’i dengan
mad’u tidak hanya
pertemuan-pertemuan langsung antara
da’i dengan mad’u
akan tetapi dibutuhkan
inovasi dengan menggunakan
media lain yang
lebih modern, seperti
: media cetak
dan elektronik. Media-media
tersebut harus diupayakan
penggunaannya untuk kepentingan dakwah Islam secara luas.
Dalam hal
ini Allah SWT
berfirman Surat An-Nahl
ayat 125 yang berbunyi:
ُ “Serulah (manusia)
kepada jalan TuhanMu dengan hikmah
pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka
dengan cara yang
baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang
mendapat petunjuk”. (Departemen Agama, 1995:421) Dari ayat
di atas, maka
dakwah Islam dengan
metode bil hikmah, mauidhah hasanah dan metode
mujadalah tidak harus disampaikan
dengan cara tatap muka antara da’i
dengan mad’u tapi dengan kecanggihan teknologi, maka dakwah
Islam pun dapat
disampaikan melalui media
yang modern misalnya televisi.
Para pengemban
dakwah yang melaksanakan
dakwahnya melalui pemanfaatan
teknologi komunikasi yang
berbentuk koran, disusul
munculnya radio dan
televisi hingga marakya
internet. Media-media komunikasi
ini bisa dijadikan
sebagai media dakwah.
Media dakwah merupakan
salah satu unsur dalam
proses strategi yang
tepat dalam dakwah.
Semua itu penting
dipahami guna menyukseskan
serta mengupayakan solusi
terbaik dalam mengatasi berbagai masalah yang dapat menggagalkan
proses dakwah.
Zaman modern
sekarang ini, televisi
merupakan salah satu
media elektronik yang digunakan
umat Islam sebagai media dakwah. Melalui televisi, pesan
dakwah dapat disampaikan
dalam bentuk bermacam-macam sesuai program acara yang disajikan oleh
masing-masing stasiun televisi, dan tentunya disesuaikan pula dengan selera penontonnya.
Namun munculnya televisi ini akan membawa pengaruh
pada perkembangan masyarakat
Indonesia. Salah satu diantaranya
menurut Budiman (2002) menyatakan bahwa menonton televisi bisa menjadi sebuah dalih untuk memutuskan kontak
dengan orang lain, melepaskan diri dari
pembicaraan tentang topik-topik tertentu (Budiman, 2002:72).
Melalui televisi,
masyarakat dapat memilih
berbagai acara yang diperlukan oleh
mereka. Acara-acara dapat
berbentuk berita, hiburan
hingga informasi pendidikan.
Ketika media didominasi tayangan yang bersifat hura-hura atau
penuh kemewahan, atau
menayangkan gaya hidup
anak muda perkotaan yang penuh glamour, TVRI sebagai salah satu
stasiun televisi yang dikelola oleh pemerintah sekaligus
stasiun televisi tertua
justru menawarkan alternatif
yang berbeda, yaitu
dengan menyuguhkan acara
“Teletilawah” yang dipandu
Anisa Rosali dan Rachmaji Asmuri
dan dua dewan hakim ustad H. Abdul Sattar Gani MA,
dan H. Syahdi
SAS dan musafir
Prof. H. Said
Agil Husain Munawar.
Teletilawah acara maqro membaca
Al-Qur‟an by Phone yang ditayangkan
setiap hari Senin–Jumat
pukul 04.00–04.30 WIB.
Acara “teletilawah” bersifat
interaktif antara penyiar
dengan penonton yang membacakan ayat
Al-Qur‟an. Format itu
sendiri secara live
(langsung) dan bukan recording (rekaman).
(http://arumsekartaji.wordpress.com/20011/01/03/interaktif-penyiar-danpenonton
televisi).
Acara ini
hadir untuk menyampaikan
ajaran Islam terutama
Al-Qur‟an (sebagai sumber
ajaran Islam) walau
hanya satu ayat
termasuk dakwah dalam pengertian kedua
yaitu segala usaha
dan upaya untuk
merealisir ajaran Islam yang
terdapat dalam Al-Qur'an pada semua aspek kehidupan manusia.
Al-Qur'an adalah
kitab suci Islam
yang merupakan kumpulan
firmanfirman Allah yang
diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW. Diantara
tujuan utama diturunkannya
Al-Qur'an adalah untuk
menjadi pedoman dalam
menata kehidupan manusia
agar memperoleh kebahagiaan
di dunia dan
akhirat. Agar tujuan
itu dapat direalisasikan oleh
manusia, maka Al -Qur'an
datang dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan, aturan-aturan, prinsip-prinsip dan konsep-konsep, baik
yang bersifat global
maupun yang terinci,
yang eksplisit maupun yang implisit dalam berbagai persoalan
dan bidang kehidupan.
Al-Qur‟an memberikan
petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syari‟ah dan
akhlak,dengan jalan meletakkan
dasar-dasar prinsip mengenai persoalan-persoalan tersebut,
dan Allah SWT
menugaskan Rasul SAW
untuk memberikan keterangan
yang lengkap mengenai
dasar-dasar itu :
“Kami telah turunkan
kepadamu Al-Dzkir (Al-Qur‟an) untuk
kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada
mereka agar mereka berpikir. (Q.S. 16 :
44). Al-Qur‟an adalah kitab
petunjuk, demikian kecil
yang kita peroleh
dari mempelajari sejarah
turunnya.
Untuk memahami
ajaran Islam secara
sempurna (kaffah) maka
langkah pertama yang
harus dilakukan adalah
memahami kandungan isi
Al-Qur'an dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari
secara sungguh-sungguh dan konsisten. Hal
ini dapat terlaksana
bila telah melakukan
proses membaca dan mengamalkan
Al-Qur'an (Shihab, 2006:33).
Kegiatan dakwah dapat dimulai
dari membaca seperti yang tersirat dalam hadits
Nabi SAW yang
berbunyi Rasulullah bersabda:
“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” Hadits di
atas menandakan bahwa
umat Islam siapapun
dia tidak memandang latar belakang dan asal-usul,
nasab/keturunan, pendidikan dan lainlain, bisa “mampu” membaca sekaligus
memahami yang terkandung dalam AlQur'an walaupun hanya satu ayat. Hal ini
bertujuan tidak lain agar umat Islam mengamalkan hukum
dari Al-Qur'an dalam
kehidupan sehari-hari walaupun hanya dari satu ayat.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi