Selasa, 19 Agustus 2014

Skripsi Syariah:PELAKSANAAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SEKS BEBAS PADA REMAJA DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Remaja  adalah  masa  yang  penuh  kegoncangan  jiwa,  masa  dalam  peralihan  atau  di  atas  jembatan  goyang,  yang  menghubungkan  masa  kanak kanak  yang  penuh  kebergantungan  dengan  masa  dewasa  yang  matang  dan  berdiri  sendiri  (Daradjat,  2005:  85).  Masa  remaja  merupakan  masa  transisi  dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa  yang ditandai dengan berbagai  perubahan  baik  fisik,  psikis,  maupun  sosial.  Berbagai  perubahan  tersebut  dapat  menimbulkan  persoalan-persoalan  yang  kemungkinan  dapat  mengganggu  perkembangan  remaja  selanjutnya.  Diantara  persoalan  tersebut  yang dihadapi remaja adalah masalah kesehatan reproduksi.
Menurut  beberapa  penelitian  yang  dihimpun  Badan  Koordinasi  Keluarga  Berencana  Nasional  (BKKBN),  dari  waktu  ke  waktu  ternyata  permasalahan kesehatan reproduksi yang di hadapi remaja semakin meningkat  baik  secara  kuantitatif  maupun  kualitatif.  Berbagai  jenis  Penyakit  Menular  Seksual (PMS) makin banyak terjadi pada remaja. Bahkan perilaku hubungan  seksual  sebelum  menikahpun  makin  sering  dilakukan  oleh  para  remaja,  dan  sangat disayangkan tidak sedikit remaja yang melakukan tindakan aborsi atau  pengguguran kandungan yang mencapai angka 28,4% dari kasus aborsi yang  ada (BKKBN, 2008: 1)   Keadaan  tersebut  menunjukkan  bahwa  betapa  remaja  membutuhkan  bantuan  guna  menyelesaikan  permasalahan-permasalahan  kesehatan  reproduksi  yang  dihadapinya  melalui   pengambilan  keputusan  yang  tepat  sehingga tidak merugikan dirinya maupun masa depannya. Salah satu upaya  yang  dapat  dilakukan  untuk  membantu  remaja  menyelesaikan  masalahmasalah  kesehatan  reproduksi  yang  dihadapinya  adalah  melalui  konseling.

Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan  masalah  kehidupannya  dengan  wawancara  dan  dengan  cara  yang  sesuai  dengan  keadaan  yang  dihadapi  individu  untuk  mencapai  kesejahteraan  hidupnya  (Walgito,  2005:  7).  Melalui  proses  konseling  diharapkan  dapat  membantu  remaja  agar  memiliki  informasi  yang  memadai  tentang  masalah  kesehatan  reproduksi,  sehingga  mereka  mampu  mengambil  keputusan  yang  tepat tanpa tekanan dan paksaan.
Dalam  upaya  membantu  remaja  memiliki  pengetahuan,  sikap  dan  perilaku  yang  bertanggung  jawab  terhadap  kesehatan  reproduksinya,  maka  kegiatan  konseling  sebagai  bagian  dari  operasional  program  kesehatan  reproduksi remaja merupakan kegiatan yang sangat strategis.
Seperti  diketahui  bahwa  remaja  merupakan  masa  labil  yang  akan  mengalami  perubahan  psikologis,  dari  menghadapi  masalah-masalah  ringan  saat masih kanak-kanak beralih ke masalah-masalah  yang lebih rumit ketika  menginjak masa remaja. Oleh karena itu remaja harus mendapatkan pelayanan  konseling  kesehatan  reproduksi  remaja,  khususnya  dalam  menghadapi  keadaan psikologisnya yang labil.
 Konseling  kesehatan  reproduksi  remaja  merupakan  suatu  bentuk  komunikasi  dua  arah  antara  konselor  dan  klien  dalam memecahkan  masalah  kegiatan  kesehatan  reproduksi  remaja  yang  dihadapi.  Konseling  kesehatan  reproduksi remaja bertujuan untuk membantu remaja dengan menggali kondisi  dan  permasalahan  yang  dihadapinya,  sehingga  remaja  mampu  mengambil  keputusan yang tepat dalam memecahkan permasalahannya.
Di  wilayah  Kecamatan  Ulujami  Kabupaten  Pemalang  remaja  mengikuti kegiatan konseling kesehatan reproduksi remaja yang dilaksanakan  di  sekolah  maupun  remaja  masjid.  Sebagai  langkah  preventif,  pelaksanaan  disekolah  dilakukan  satu  kali  setiap  satu  semester,  sedangkan  pada  remaja  masjid  dilaksanakan  satu  bulan  sekali.  Konselor  pada  konseling  kesehatan  reproduksi  remaja  ini  adalah  para  guru,  tokoh  agama  dan  tokoh  masyarakat  yang diorganisir oleh Pemerintahan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
Sebelum  menjadi  konselor,  terlebih  dahulu  mereka  mengikuti  pelatihan  mengenai konseling dan kesehatan reproduksi remaja  yang dilakukan Badan  Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pemalang. Adapun klien  konseling kesehatan reproduksi remaja adalah remaja dengan batasan usia 10-19 tahun dan belum menikah sesuai dengan batasan usia remaja oleh Depkes  RI.
Pelaksanaan  konseling  kesehatan  reproduksi  remaja  di  wilayah  Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang dilakukan dengan model konseling  kelompok. Konseling kelompok adalah layanan konseling yang mengikutkan  sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin   kegiatan  kelompok.  Konseling  kelompok  mengaktifkan  dinamika  kelompok  untuk  membahas  berbagai  hal  yang  berguna  bagi  pengembangan  diri  dan  pemecahan  masalah  individu  yang  menjadi  peserta  kegiatan  konseling  kelompok (Prayitno, 2004: 1).
Topik yang diangkat dalam konseling kesehatan reproduksi remaja di  wilayah Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang adalah topik yang bersifat  umum  dan  khusus.  Topik  umum  merupakan  topik  yang  menjadi  kepedulian  bersama  anggota  kelompok  seperti  bahaya  dari  seks  bebas,  sedangkan  topik  khusus  adalah  masalah  pribadi  yang  dialami  oleh  masing-masing  anggota  kelompok  seperti  permasalahannya  dengan  teman  atau  pacar.  Baik  topik  umum  maupun  topik  khusus  dibahas  melalui  suasana  dinamika  kelompok  yang  intensif  dan  konstruktif  yang  diikuti  oleh  semua  anggota  kelompok  di  bawah panduan konselor.
Dalam pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di wilayah  Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, konselor tidak hanya memberikan  pelayanan kepada remaja berdasarkan keilmuan konseling dan psikologisnya  saja tetapi juga mengikutsertakan konsep-konsep Islam yang bertujuan untuk  membentuk remaja yang berakhlak mulia.
Apresiasi  Islam  mengenai  seks  salah  satunya  terdapat  pada  surat  ArRumArtinya:  “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan  untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan  merasa  tenteram  kepadanya,  dan  dijadikan-Nya  di  antaramu  rasa  kasih  dan  sayang.  Sesungguhnya  pada  yang  demikian  itu  benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Depag, 1971 :  366) Dari  ayat  diatas  dijelaskan  bahwa  manusia  diciptakan  berpasangpasangan  untuk  kemudian  terjalin  dalam  ikatan  pernikahan.  Pernikahan  mempunyai  tujuan  sebagai  proses  kelangsungan  generasi  serta  menghindari  perzinaan.
Dalam  penerapan  konsep  Islam,  tentang  menutup  aurat,  larangan  berdua-duan antara pria dan wanita selain muhrim, menggunakan parfum yang  menyengat,  percampuran  dalam  pemandian  umum  merupakan  beberapa  hal  yang  harus  dilaksanakan  dalam  sistem  pendidikan  Islam  sebagai  langkah  preventif dalam  menghindari seks bebas. Hal ini mengacu pada firman Allah  surat Al-Isra’:  { Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah  suatu  perbuatan  yang  keji.  Dan  suatu  jalan  yang  buruk ”  (Depag,  1971: 258) Zina  adalah  hubungan  seksual  antara  pria  dengan  wanita  yang  tidak  terikat  oleh  perkawinan  yang  sah  yang  dilakukan  secara  sengaja  (Dahlan,  1996:  2026).  Walaupun  demikian,  tetapi  segala  perbuatan  yang  mendekati  zina  merupakan  hal  mutlak  yang  harus  dipahami  umat  Islam  agar  tidak  terperangkap  dalam  pemahaman  yang  salah  mengenai  seksualitas  manusia  yang  menyimpang  dari  ajaran  Islam.  Dengan  ungkapan  janganlah  berbuat  zina,  yang berarti pelarangan zina bukan sekedar koitus yang tidak sah tetapi  segala hal yang mendekatinya juga dilarang.    Penelitian ini menjelaskan pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi  remaja  yang  dilakukan  konselor  yang  dikoordirnir  oleh  Pemerintah  Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang sebagai upaya preventif seks bebas  serta dampaknya pada remaja.
Peneliti  memilih  Kecamatan  Ulujami  Kabupaten  Pemalang  sebagai  tempat pelaksanaan pemilihan karena di wilayah ini sering terjadi kasus seks  bebas  pada  remaja  dan  terdapat  tempat  porstitusi  yang  beberapa  pelakunya  berusia remaja.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih  lanjut  mengenai  pelaksanaan  konseling  kesehatan  reproduksi  remaja  dalam  upaya  penanggulangan  seks  bebas  pada  remaja  di  Kecamatan  Ulujami  Kabupaten Pemalang.
B.  Rumusan Masalah  Berdasarkan  latar  belakang  diatas  maka  dapat  diambil  pokok  permasalahan sebagai berikut : 1.  Bagaimanakah  pelaksanaan  konseling   kesehatan  reproduksi  remaja  di  Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang?  2.  Bagaimanakah  dampak  konseling   kesehatan  reproduksi  remaja  bagi  remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang?   C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian  Berangkat dari pokok permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari  penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.  Untuk  mendeskripsikan  pelaksanaan  konseling  kesehatan  reproduksi  remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
2.  Untuk  mendeskripsikan  dampak  konseling   kesehatan  reproduksi  remaja  bagi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.  Penelitian  ini  diharapkan  akan  dapat  memberikan  sumbangan  khasanah  ilmiah  yang  berkaitan  dengan  Bimbingan  dan  Penyuluhan  Islam,  khususnya masalah  pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di  Kecamatan  Ulujami  Kabupaten  Pemalang  serta  menjadi  pedoman  atau  panduan pihak-pihak yang terkait dalam  pelaksanaan konseling kesehatan  reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
2.  Penelitian  ini  dapat  diaplikasikan  bagi  konselor  dalam  pelaksanaan  konseling  kesehatan  reproduksi  remaja  dan  juga  diharapkan  dapat  memberikan  informasi  seksual  berdasarkan  tuntunan  Islam  dalam  pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami  Kabupaten Pemalang.
 D.  Tinjauan Pustaka  Berdasarkan  latar  belakang  dan  rumusan  masalah  diatas  maka  dapat  diambil  tinjauan  pustaka  yang  ada  relevansinya  dengan  penelitian  ini,  diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama,  skripsi  Faisal  Khasib  (2009)  dengan  judul  “Implementasi  Pendidikan  Kesehatan  Reproduksi  Di  Pondok  Pesantren  Miftahussaadah  Mijen Semarang (Studi Kasus Upaya Mencegah Penyimpangan Reproduksi)”.
Penelitian ini menjelaskan pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi  yang  dilakukan  oleh  Lembaga  Informasi  dan  Konsultasi  Islam  Miftahussa’adah  (eLIKIS  MIFSA).  Lembaga  ini  didirikan  sebagai  respon  terhadap  perkembangan  zaman  yang  kian  hari  semakin  banyak  permasalahan  yang  ditimbulkan  khususnya  terhadap  remaja, tidak terkecuali  santri,  di  antaranya  masalah  reproduksi, narkoba, HIV/ AIDS, dan lain-lain. Salah satu solusinya  dengan  memberikan  pendidikan  kesehatan  reproduksi  pada  para  santri.
Implementasi  pendidikan  kesehatan  reproduksi  di  pondok  pesantren  Miftahussa’adah Mijen Semarang dapat terlaksana dengan baik, hal ini karena  adanya keterkaitan antara komponen-komponen pengajaran yang terlihat pada  waktu  proses  belajar  mengajar  tersebut  berlangsung.  Adapun  komponenkomponen  tersebut  adalah  tujuan,  materi,  metode,  media  dan  evaluasi  pendidikan. Walaupun sudah berjalan dengan baik, tetapi masih ada beberapa  kendala  dalam  pelaksanaan  pendidikan  kesehatan  reproduksi  di  pondok  pesantren  Miftahussa’adah,  di  antaranya  keterbatasan  alokasi  waktu,  terbatasnya  sarana  dan  prasarana  yang  mendukung  pelaksanaan  pendidikan   kesehatan  reproduksi,  terbatasnya  pemahaman  para  ustadz  mengenai  kesehatan  reproduksi  dan  masih  adanya  sikap  yang  menganggap  tabu  untuk  mempelajari  persoalan  reproduksi  (seks)  sebagian  ustadz  dan  santri.
Pendidikan  kesehatan  reproduksi  oleh  Lembaga  Informasi  dan  Konsultasi  Islam (eLIKIS) merupakan suatu upaya  mencegah penyimpangan  reproduksi bagi para santri pondok pesantren Miftahussa’adah Mijen Semarang.

Dari tinjauan pustaka diatas, hal yang membedakan dengan penelitian  yang peneliti susun terletak pada objek dan tujuan penelitan. Dalam penelitian  diatas  objek  penelitiannya  adalah  santri  pondok  pesantren  yang  relatif  memiliki  pengetahuan  agama  Islam  yang  sama,  sehingga  memudahkan  konselor  jika  menggunakan  konseling  dengan  pendekatan  Islam  dan  tujuan  dari  konseling  tersebut  adalah  untuk  mencegah  penyimpangan  reproduksi,  dimana  penyimpangan  reproduksi  tersebut  masih  bersifat  universal,  yaitu  meliputi onani, masturbasi, lesbian dan homoseksual. Hal ini berbeda dengan  objek dan tujuan dari penelitian yang peneliti susun, objek penelitiannya ialah  remaja yang mengikuti pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di  Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang  yang relatif memiliki pengetahuan  keislaman yang berbeda-beda sehingga membutuhkan usaha yang keras bagi  konselor dalam melaksanakan konseling dengan pendekatan Islam, sedangkan  tujuannya adalah untuk mencegah perilaku seks bebas pada remaja.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi