BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam situasi dan kondisi masyarakat yang
masih dilanda krisis dalam berbagai bidang,
seperti ekonomi secara
faktual semakin menambah
jumlah angka kemiskinan.
Untuk mengatasi kemiskinan,
dakwah setidaknya bisa ditempuh melalui
berbagai jalan. Pertama,
memberi motivasi kepada
kaum muslimin yang
mampu untuk menumbuhkan
solidaritas sosial. Kedua,
yang paling mendasar dan mendesak
adalah dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata dan program-program yang langsung menyentuh
kebutuhan.
Usaha menyebarluaskan Islam
di tengah-tengah kehidupan
umat manusia merupakan usaha
dakwah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam, baik secara individu
maupun kelompok. Landasan
perintah itu telah ditegaskan
dalam Q.S Ali Imron ayat 104 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar, merekalah
orang-orang yang beruntung” (Depag R.I, 1993: 93).
Berpijak dari
landasan di atas,
serta mengingat kondisi
masyarakat yang semakin maju dan
plural, maka upaya penyebaran Islam membutuhkan inovasi-inovasi dan
strategi baru dalam
berdakwah. Strategi penyebarluasan Islam
telah ditunjukkan oleh
Nabi Muhammad SAW,
sehingga Islam dapat diterima
dan tersebar di belahan dunia. Dakwah dapat berjalan secara efektif, apabila
para penyelenggara dakwah
terlebih dahulu mengidentifikasi, mengantisipasi
masalah-masalah yang muncul
dan akan muncul
serta dilengkapi dengan
pengenalan obyek secara
tepat. Dengan dasar
tersebut disusunlah suatu
rancangan ke depan yang ditunjang oleh pelaksana dakwah yang berkemampuan tinggi, teratur dalam satuan
organisasi, digerakkan dan diarahkan
pada sasaran dakwah (Mahmudin, 2004: 7).
Perkembangan dakwah
dari waktu ke
waktu mengalami perubahan yang
signifikan. Karena permasalahan
yang kompleks dan
karakteristik masyarakat yang
berbeda, apalagi pada era globalisasi yang ditandai dengan revolusi
dibidang kewirausahaan teknologi
dan industri. Maka
jika saja itu bisa
di kembangkan dengan baik kesadaran historik yang di miliki, maka akan bertemu dengan kenyataan bahwa Nabi Muhammad SAW menekuni aktifitas hidupnya secara serius sebagai pedagang yang
ulet, baik bersama pamannya Abu Thalib,
maupun bersama Siti Khadijah, yang kemudian menjadi istrinya.
Kenyataan ini tentulah bukan
tanpa makna, melainkan memiliki makna yang sangat
dalam untuk ditauladani
oleh segenap umat
manusia, terutama umat Islam.
Bekerja dan
berusaha, termasuk berwirausaha
boleh dikatakan merupakan
bagian tak terpisahkan
dari kehidupan manusia
karena keberadaannya sebagai
khalifah fil-ardh dimaksudkan
untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat As-Saff ayat 10-11”wahai orang-orang
yang beriman! Maukah
kamu aku tunjukkan suatu
perdagangan yang dapat
menyelamatkan kamu dari
azab yang pedih (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-nya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu
jika kamu mengetahui (QS. As-Saff : 10-11)”
Dalam kamus
Bahasa Indonesia, wirausaha
diidentikkan dengan wiraswasta,
sehingga wirausahawan dapat
disebutkan sebagai orang
yang pandai atau berbakat
mengenal produk baru, menentukan cara produksi baru, dan
menyusun pedoman operasi
untuk pengadaan produk
baru, memasarkannya, serta
mengatur permodalan operasinya
(Suryanto, 1977: 601)
Akan tetapi adalah
suatu kenyataan bahwa
aktifitas berwirausaha merupakan bidang kehidupan yang kurang
berkembang secara memuaskan di kalangan
masyarakat pribumi atau masyarakat muslim Indonesia. H.
Dasuki adalah seorang tokoh masyarakat yang rajin dan ulet dalam menekuni
pekerjaannya, beliau merupakan
seorang tokoh masyarakat
yang sukses di wilayah Cakung Jakarta Timur. Bagi H. Dasuki suasana
sulit tidak menghambatnya untuk terus
bersungguh-sungguh dalam mencari rezeki untuk meningkatkan kualitas hidupnya, keluarga dan
masyarakat disekitarnya. Sejak kecil
beliau dan saudara sekandungnya yang lain sudah di didik untuk mandiri dan
bekerja keras oleh
orang tuanya, bahkan
beliau pernah di
didik dalam lingkungan
pondok pesantren di
Jawa Timur. Bekerja
dan terus berusaha sudah
beliau tekuni sejak
kecil, dari mulai
berdagang kecil-kecilan bersama orang tuanya maupun ketika beliau mempunyai
keluarga sendiri yang sukses dan
berhasil seperti sekarang.
Dakwah merupakan
kewajiban yang tidak
bisa di tawar-tawar
lagi, kewajiban dakwah
merupakan suatu keharusan
yang tidak mungkin dihindarkan
dari kehidupannya, karena
melekat erat kebersamaan
dengan pengakuan diri
sebagai penganut Islam
(muslim). Sebagaimana yang beliau
ketahui, senjata untuk menjatuhkan ummat
Islam salah satunya adalah faktor ekonomi.
Pasalnya, jika dilihat secara umum, yang menguasai perekonomian di
Indonesia bukan orang
pribumi, dan bahkasn
mereka non muslim.
Akibatnya hal
itu menjadi bumerang
bagi ummat Islam
sendiri, sebagai mayoritas penduduk di Indonesia.
Untuk
itu, perlu adanya
perbaikan ekonomi dan
saling kepedulian sesama
muslim untuk meningkatkan
ukhuwah, salah satu
faktor yang menyebabkan
jebloknya ekonomi ummat.
Berangkat dari situlah
H. Dasuki sebagai
seorang tokoh wirausaha
muslim menyadari bahwa
dalam setiap usaha kita terdapat campur tangan Sang
Kholiq. Untuk itu perlu menjunjung nilai-nilai
agama dan mengimplementasikan kedalam
sebuah kehidupan seorang wirausaha.
Berdasarkan latar
belakang diatas penulis
tertarik untuk lebih
jauh meneliti tentang
strategi dakwah H.
Dasuki dalam membangun
wirausaha muslim di wilayah
Cakung Jakarta Timur. Sehingga diharapkan nantinya akan menjadi strategi dakwah alternatif di
Indonesia.
Paling tidak
ada dua alasan
mengapa kewirausahaan perlu dikembangkan di
Indonesia, dengan penduduk
yang mayoritas muslim
ini.
Pertama, kenyataan dari
sejumlah angkatan kerja
yang ada, masih
sangat sedikit yang tertampung
dalam lapangan kerja, sehingga pembukaan lapangan kerja
baru menjadi suatu
keniscayaan dalam pemberdayaan
masyarakat Indonesia. Kedua,
Nabi Muhammad SAW
yang merupakan ikutan
dan teladan bagi
ummat Islam, komunitas
terbanyak negeri ini,
adalah seorang pedagang
yang sangat ulet
dan profesional, jujur,
memegang amanah, dan terpecaya. Bahkan
kredibilitas dan integritas
pribadinya sebagai pedagang mendapat
pengakuan, bukan hannya
dari kaum muslimin,
tetapi juga orang Yahudi dan Nasrani, dikarenakan Nabi
menjalankan usahanya dengan sangat prefesional, Semua
sejarah Nabi Muhammad
membuktikan hal ini
(Giri, 2003: 11).
Kitab suci
Al-qur’an memberi isyarat
mengenai kaitan antara kehidupan dengan bekerja keras, termasuk
berwirausaha misalnya “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di
muka bumi.
Dan carilah
karunia Allah, dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Q.S. Al-Jumuah: 10).
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
pemikiran di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : 1. Bagaimana
pelaksanaan dakwah H.
Dasuki dalam membangun
wirausaha muslim di wilayah Cakung Jakarta Timur ? 2. Bagaimana
strategi dakwah H.
Dasuki dalam membangun
wirausaha muslim di wilayah
Cakung Jakarta Timur ? 1.3. Tujuan dan
Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Dari
rumusan masalah di
atas, penelitian ini
mempunyai tujuan dan manfaat yang hendak dicapai yakni sebagai
berikut : 1) Untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan
dakwah H. Dasuki
dalam membangun wirausaha muslim
di wilayah Cakung Jakarta Timur.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi